Pengumuman itu singkat saja, dilanjutkan dengan lagu kebangsaan Amerika dan nyanyian duka. Sore harinya, seisi rumah yang memang menantikan pengumuman lebih lanjut, melihat dalam acara televisi peristiwa pembunuhan itu bermula.
Kelihatan mobil iringan yang paling depan adalah mobil polisi yang didahului oleh dua belas polisi bersepeda motor. Menyusul Jep, kemudian dua lagi sedan berwarna hitam.
Di belakangnya terlihat Kennedy dalam sebuah mobil sedan terbuka. Dia duduk di bahagian kanan. Di kirinya duduk istrinya Jaqqueline. Kedua mereka memakai pakaian warna gelap. Di belakang mobil Presiden ada mobil lainnya. Presiden melambaikan tangan sambil tersenyum. Televisi mengalihkan kameranya kederetan manusia yang memenuhi jalan raya, yang juga melambaikan tangannya pada Presiden.
Kemudian kamera beralih lagi pada Presiden. Lalu pada istrinya yang melambaikan tangan kiri dengan senyumannya yang khas. Di bangku kanan depan, di sebelah sopir duduk ajudan Presiden, berkaca mata hitam yang nampaknya sebagai pelindung matanya yang plarak-plirik kesegala arah dengan waspada. Mobil itu kemudian berbelok kekanan, dan di latar dilatar belakang si Bungsu melihat perpustakaan tua itu!
Hatinya berdebar melihat gedung itu, kemudian kamera kembali mengarahkan lensanya pada Presiden. Dan... persis saat itu, ya persisi saat itu terjadilah peristiwa itu.
Mulanya seperti tak terjadi apa-apa. Presiden Kennedy yang tengah melambai, kelihatan turun tangannya. Kepalanya seperti akan menunduk. Istrinya yang juga melambai, dengan bibir masih tersenyum menoleh kepada Presiden. Kepala Presiden tiba-tiba terkulai pada pangkuan istrinya. Kepalanya kelihatan berdarah!
Jacqueline Kennedy berobah wajahnya. Tangannya terangkat, menutup mulutnya, wajahnya panik. Kemudian tangannya yang menutup mulut, merangkul kepala suaminya. Dia memekik. Bajunya yang putih dilumuri darah presiden.
Sampai detik itu, belum seorang pun pengawal presiden yang tahu apa yang telah terjadi. Baik yang di mobil belakang, maupun ajudannya. Disaat Jacqueline terpekik itulah ajudan yang duduk di bangku depan menoleh kebelakang. Dia segera bangkit. Dan saat itu Jacqueline yang panik menolakkan kepala suaminya. Kepala presiden terkulai kekanan. Dan..sesuatu yang tak lumrah pun terjadi.
Dalam paniknya, isteri presiden kelihatan berdiri di bangku mobil. Kemudian lewat kap yang terbuka, dia merangkak naik kekap belakang, dan terjun kejalan! Wajahnya amat panik dan takut. Istri presiden itu lari meningggalkan mobil. Dan saat itulah salah seorang pengawal presiden kelihatan menyeret Jacqueline naik kembali ke mobil. Mendudukkannya disisi presiden dan mungkin sadar akan peristiwa itu, Jaqqueline kemudian memeluk presiden.
Dan setelah itu, adalah huru-hara! Orang berkumpul. Kamera televisi kelihatan goyang. Barangkali kameranya terdesak-desak oleh kerumunan petugas. Namun peristiwa tertembaknya Kennedy itu kelihatan jelas. Mobil presiden kelihatan dijalankan dan keluar dari iringan semula. Dengan pengawalan yang amat ketat, yang sebenarnya sudah terlambat, mobil itu dilarikan ke rumah sakit.
Demikian jelasnya peristiwa tersebut. Dan si Bungsu amat yakin, tembakan itu ada sangkut pautnya dengan gedung tua pustaka dan lelaki dengan berbedil di lantai enam itu!
Kemudian televisi kembali memperdengarkan lagu kebangsaan Amerika, disambung dengan lagu-lagu gereja serta doa-doa yang menghanyut kan rakyat Amerika dalam duka yang amat dalam.
"Dia akhirnya meninggal, terbunuh…"terdengar suara Yoshua getir disudut ruangan.
Si Bungsu menoleh. Melihat lelaki Indian itu menunduk dalam. Tapi tetap saja kelihatan pipi tuanya basah! lama sunyi.
Si Bungsu memikirkan dimana, Angela kini. Dia tentu sibuk sekali. Presiden itu akhirnya terbunuh. Persis seperti ramalan Angela. Suara Yoshua sementara itu terdengar lagi, getir, dan bergetar.
"Sesudah Abe Lincoln, dialah satu-satunya presiden yang menaruh simpati pada Negro dan Indian, yang memperhatikan nasib suku bangsa yang hampir punah ini. Akhirnya dia mati…akankah mati pula harapan kami, orang-orang indian pemilik sah benua ini….?"
Sepi.
Pertanyaan itu memang tak untuk dijawab. Si Bungsu menunduk. Pikirannya tertuju pada Angela yang tak pulang. Berita tentang kematian Kennedy tetap merupakan berita utama siaran televisi dan radio.
Siang itu, mayat presiden itu dibawa dengan pesawat American One, pesawat kepresidenan. Dan di pesawat itu pula, ketika masih diudara menuju Washington, Wakil Presiden Lyndon B. Jhonson diambil sumpahnya sebagai Presiden, menggantikan Kennedy yang meninggal.
Yang mengambil sumpahnya adalah jaksa Agung Amerika, Robert Kenndey, adik Presiden yang meninggal. Jacqueline Kennedy, istri mendiang presiden itu menjadi saksi dalam sumpah tersebut. Janda itu memakai pakaian serba hitam, wajahnya dibasahi air mata.
Televisi Amerika menyiarkan berita itu kesegenap penjuru tanah air. Itulah peristiwa paling tragis dipermukaan bumi pada tanggal 22 November 1963. Seorang Presiden dari negara terbesar dan terkuat didunia, negara yang paling depan dalam demokrasi dan hak asasi manusia, dibunuh oleh orang yang saat dia diangkut ke Washington belum diketahui identitasnya.
Malam itu si bungsu tersentak ketika mendengar siaran radio, kemudian siaran televisi, bahwa telah ditemukan tempat darimana pembunuh itu berada. Kamera kemudian memperlihatkan beberapa petugas FBI, CIA, dan Polisi dallas menuju... gedung pustaka!
Si Bungsu tahu gedung itu! petugas-petugas itu masuk kelantai pertama. Diterima oleh petugas pustaka tua dan gemuk! Kemudian mereka masuk, naik lewat tangga kelantai enam. Masuk keruang kosong yang kemaren ditempati oleh "petugas"berbedil panjang itu.
Di dalam ruangan itu terlihat dua petugas menjaga. Di lantai ada sebuah senapan. SiBungsu telah melihat senapan itu kemaren ketika dia mengintip kesana bersama ElangMerah. Di lantai berserakan beberapa selongsong peluru.
Si Bungsu merasa tegang. Jahanam, firasatnya benar, tapi..bukankah Angela telah melaporkan apa yang mereka lihat dan mereka curigai itu pada Polisi Dallas, pada CIA dan FBI? Bukankah Instansi-instansi itu mengatakan bahwa orang berbedil dilantai enam, yang selalu mengintip dari belakang Jendela ke jalan raya yang akan dilewati presiden itu adalah anggota keamanan?
Para petugas itu malah sempat datang ke apartemen mereka. Nampaknya untuk menangkap mereka!
Bulu tengkuk si Bungsu merinding. Nampaknya ini semacam persekongkolan! Ah, mustahil petugas-petugas keamanan itu bersekongkol membunuh presiden mereka. Tiba-tiba Elang Merah kaget dan tertegak. si Bungsu pun jadi kaget, menatap padanya.
"Lihat! Lihat itu Angela..!"pekiknya.
Si Bungsu menoleh dan melihat seorang polisi wanita di borgol dan digiring diantara petugas keamanan. Si Bungsu gemetar. Angela kelihatan beberapa kali menoleh kekamera televisi. Dan suatu saat, dia memekik sambil menolehkan wajahnya kekamera yang agak mendekat.
"Darling, jangan perlihatkan dirimu! menghindarlah, please..!"suara gadis itu penuh permohonan.
Jutaan pemirsa televisi tidak mengerti pada siapa ucapan itu ditujukan, mereka hanya tahu, bahwa beberapa orang yang dicurigai ditahan. Di antaranya adalah polisi wanita berpangkat Letnan itu.
"Nampaknya, ini suatu persekongkolan.."ujar reporter televisi tersebut melanjutkan,
"Barangkali perwira polisi itu ingin menyampaikan pesan pada pembunuh Kennedy, yang mungkin kekasihnya, agar jangan menampakkan diri…"
Si Bungsu berpeluh.
Wajahnya pucat,dia tahu. Ucapan Angela itu ditujukan padanya. Gadis itu menyampaikan pesan padanya. Ketika dia melihat kamera televisi,dia mempergunakan kesempatan itu dengan harapan siaran televisi itu akan dilihat Yoshua atau si Bungsu!
Pesan itu memang sampai! Si Bungsu melihat dan mendengar suaranya yang memohon. Si Bungsu tahu pesan itu khususnya untuknya! Ya Tuhan! Ya Tuhan! Angela ternyata terseret sebagai kambing hitam, di tuduh sebagai salah seorang komplotan pembunuhan Kennedy!
Si Bungsu ingin bangkit. Namun seluruh tubuhnya terasa lemas. Fikirannya tak bisa bekerja dengan normal. Dia menoleh pada Yoshua, yang matanya nanap menatap televisi. Seperti tak percaya apa yang dia lihat sebentar ini.
"Yoshua.."ujar si Bungsu seperti mohon pertolongan.
Masih ditempat duduknya, Indian itu lantas berkata.
"Kita akan bebaskan dia, Nak. Demi arwah nenek moyangku, dia akan kita bebaskan. Betapun caranya. Saya yakin dia korban dia korban dari suatu komplotan yang ingin mencari dalih untuk mengalihkan perhatian orang pada yang lain…"
Si Bungsu semalaman tak bisa tidur. Tolehan kepala Angela beberapa kali mencari kamera televisi, kemudian ucapannya yang terdengar memohon, yang terekam oleh pesawat televisi itu mengiang berulang-ulang di telinganya.
"Kekasih jangan perlihatkan dirimu. Menghindarlah, kumohon…"
Siapa yang berkomplot membunuh presiden itu? si Bungsu membalik di pembaringan. Gelisah. Keringat membasahi pakaian tidurnya.
Siang esoknya, televisi tiba-tiba menyiarkan tertangkapnya pembunuh itu! si pembunuh bernama Oswald! Dia adalah lelaki yang dicekik Elang Merah karena kedapatan mengintip si Bungsu di pustaka.
Dan kini si Bungsu jadi tahu kenapa lelaki itu mengintip dia. Barangkali dia curiga kalau si Bungsu adalah petugas FBI atau CIA. Yang di tugaskan pula untuk mengamankan gedung itu.
Lelaki bernama Oswald itu ditangkap disebuah gedung teater. Kemudian dipenjarakan disebuah penjara bawah tanah kota Dallas. Reporter televisi Amerika mengulas bahwa dalam kasus pembunuhan Kennedy seperti ada reinkarnasi peristiwa Presiden Abraham Lincoln.
Kedua presiden ini mempunyai banyak persamaan. Lincoln adalah pembenci perbudakan. Dialah pembebas Amerika dari perbudakan yang telah ratusan tahun lamanya. Sebaliknya Kennedy juga benci pada perbudakan serta sikap rasisme lainnya. Termasuk sikap kulit putih pada orang Indian.
Sikap begini amat jarang tersua pada Presiden Amerika. Kalaupun mereka tak menyukai Rasialisme, mereka tak berani menyatakan terus terang. Sebab takut akan dibenci kulit putih. Lain halnya dengan Kennedy. Salah seorang perwira senior yang dinaikan pangkatnya menjadi Jendral berbintang empat adalah Negro. Negro pertama dengan pangkat setinggi itu.
Kemudian juga memproklamirkan pembebasan fasilitas sekolah dan hak kehidupan yang lebih layak bagi orang-orang Negro dan Indian. Tindakannya itu dapat kecaman yang pedas dari senat Amerika. Namun dia tak peduli. Untuk menindak pelanggaran yang terjadi, terutama dalam menjalankan politik antirasis dalam negeri itu, dia mengangkat adiknya Robert Kennedy jadi Jaksa Agung.
Kemudian, menurut reporter televisi, dalam peristiwa pembunuhannya sendiri kedua presiden yang dicintai rakyatnya itu terdapat kesamaan-kesamaan "aneh". Lincoln dan Kennedy sama-sama dibunuh dengan senjata api. Peluru menembus tengkuk keduanya dari belakang.
Lincoln di bunuh digedung teater, kemudian pembunuhnya melarikan diri ke pustaka. Kennedy di bunuh dari pustaka, pembunuhnya melarikan diri ke teater.