Chereads / TIKAM SAMURAI / Chapter 160 - Kamarnya di sebelah kanan.

Chapter 160 - Kamarnya di sebelah kanan.

Rumah yang di jadikan penjara itu terdiri dari beberapa kamar. Pintu-pintu hanya berjerajak besi, tak punya daun penutup. Si Bungsu ditempatkan disebuah kamar berukuran 3x3m, bersama seorang lelaki yang nampaknya keturunan Indian. Angela dimasukan ke sel yang terletak persis di depan sel tahanannya. Dia hanya sendiri dalam kamar tahanan itu. Mereka dimasukan kesana sekitar pukul dua tengah malam.

Orang Amerika keturunan Indian dikamar itu segera mengingatkan si Bungsu pada bintang film Jhon Wayne yang tersohor itu. Tinggi besar dengan mata sipit. Hanya bedanya orang ini berkulit seperti warna tembaga.

"Anda lihat Choncita?"Tiba-tiba saja indian itu bertanya kepada si Bungsu, Si Bungsu tak segera menjawab.

"Anda bisa berbahasa inggris?" tanya Indian itu pula. Si Bungsu mengangguk.

"Choncita, anak gadisku. Berambut panjang hitam dengan anting-anting besar. Dia dibawa tadi keluar bersama gadis yang lain. Mereka juga membawa kampak besarku. Kaulihat dia?"

Si Bungsu tidak menjawab. Dia teringat gadis yang terlentang diatas altar itu, berambut hitam lebat dan beranting-anting besar dan tubuh menggairahkan. Yang mati dipuncak nikmat dengan kepala di belah kapak, ternyata kapak ayahnya!

"Kau melihat mereka diluar sana?"Kembali Indian itu bertanya.

"Maaf, dia sudah mati…"

Indian itu termenung. Matanya menatap keluar sana seperti mata elang. Rahangnya kelihatan mengeras. Dia bicara sendiri dalam bahasa Indian Comanche yang tidak diketahui si Bungsu. Si Bungsu teringat lelaki besar yang menggagahi anak indian ini, juga bertampang Indian.

Sayup-sayup diluar terdengar suara lolong anjing. Tempat ini pastilah diluar kota. Kemana saja orang-orang anggota klu klux klan yang tadi berkumpul di acara persembahan di luar tadi? Si Bungsu tersandar dengan tangannya terikat dengan borgol ke belakang, ketika sesosok tubuh muncul. Dia segera ingat kalau dia si bos rumah judi yang dia sikat uangnya itu.

Nafas lelaki itu menyebarkan bau minuman keras. Tanpa menoleh kekiri atau kekanan dia langsung menuju kekamar tahanan Angela berada. Dia membuka kunci kamar tahanan tersebut. Lalu masuk, tanpa menutupkan pintu dia segera membukai pakaiannya. Angela saat itu tertidur pulas. Si Bungsu tahu apa yang akan dilakukan lelaki jahanam tersebut. Namun dia tak berdaya, kedua tangan nya masih terborgol kebelakang.

"Angela bangun…!"serunya berusaha memberitahukan gadis itu akan bahaya yang dia hadapi.

Angela tersentak bangun. Dan memekik melihat lelaki telanjang di dalam kamarnya yang diterangi listrik 100 watt itu. Namun gadis itu yang tangannya juga terikat tidak bisa berbuat apa-apa.

"Sudah ku katakan, kau akan menyesal karena memukul wajahku, Nona.."ujar pemilik rumah judi yang berkebangsaan yahudi itu.

Lalu sekali sergap, Angela sudah berada di dalam pelukannya, bibirnya menjalar kemana-kemana. Angela meronta. Tangan yahudi itu menyentakan pakaiannya. Terbuka bagian atas. Si Bungsu mengatupkan bibir. Dia tak berdaya. Belenggu jahanam itu mencekam kedua tangannya kebelakang. Tangan yahudi itu merenggut lagi, lagi dan lagi!

Angela kini terengah, tak berkain secabikpun. Indian sekamar dengan si Bungsu hanya menatap sesaat kekamar didepannya. Dimana tengah terjadi pertarungan yang tak berimbang itu, kemudian dia menunuduk. Diam seperti patung.

Di seberang sana tubuh si yahudi itu telah menimpa tubuh Angela yang menggiurkan. Gadis itu berusaha menyelamatkan dirinya. Namun dia hanya seorang perempuan.

Dia memang belajar bela diri, karate dan yudo, dua kali seminggu selama dinas di kepolisian. Namun dengan tangan terikat kebelakang apa yang dapat dia perbuat.

Tangan yahudi itu meremas-remas dengan penuh nafsu. Angela merasa sakit seluruh tubuhnya. Yahudi itu menghimpit dirinya, Angela menerjangkan kakinya yahudi itu tercampak kesamping. Kemudian yahudi itu bangkit, dan menghimpit lagi, menghantamkan tinjunya kepelipis Angela. Angela pingsan!Dengan leluasa yahudi itu melaksanakan niatnya. Si Bungsu menggigil, betapa laknatnya.

Gadis itu datang kemari karena ingin menolongnya mencari jejak pembunuh Tongky. Kini gadis itu dicemarkan kehormatannya dihadapan mata kepalanya, tanpa dia dapat berbuat secuilpun!

Yahudi itu leluasa sekali karena Angela pingsan. Nafasnya mendengus, bibirnya menjalar keseluruh tubuh Angela yang tidak tertutup. Indian yang anaknya telah binasa setelah dibius, diberi perangsang dan dinodai itu, tertunduk. Lalu suatu saat dia menoleh pada si Bungsu. Lelaki asing itu dia lihat tertunduk dan matanya basah menahan berang dan tubuhnya yang basah bermandi peluh. Dia melihat di bawah cahaya terang 100 watt dalam kamar itu, betapa lelaki itu berdarah tentang pergelangan tangannya yang di borgol.

Dia tahu lelaki ini ingin melepaskan borgolnya. Usaha nya justru membuat borgol itu memakan daging tangannya. Tapi dia melihat sesuatu ditangan si Bungsu, seperti pisau kecil. Rupanya dalam usaha membuka borgol itu, membuat samurai kecilnya yang terselip dilengan itu meluncur turun.

Sebuah samurai kecil tergeletak dilantai. Perlahan Indian itu mendekati si Bungsu. Mengambil samurai itu dan menelitinya.

"Milikmu?"si Bungsu mengangguk. Dan indian itu tiba-tiba bergerak cepat. Dia meraih tangan si Bungsu, meneliti borgolnya. Kemudian ujung samurai yang tipis itu dia masukkan ke lubang borgol. Waktu itu yahudi diseberang sana selesai. Dia melekatkan pakaian, kemudian melangkah meninggalkan kamar tahanan.

Lelaki itu menoleh pada si Bungsu yang tersandar, pada Indian yang terbaring diam, sambil melambaikan tangan. Kemudian dengan wajah berpeluh berjalan keluar. Begitu dia lenyap, Indian itu bangkit. Melanjutkan pekerjaannya. Dan hanya selang dua menit, borgol itu terbuka. Meski terbuka hanya sebelah, namun bagi si Bungsu hal itu sudah lebih dari cukup.

Dia bangkit, tapi satu hal dia hadapi lagi, pintu kamar mereka terkunci dari luar. Tengah dia tegak bingung, lelaki indian itu memberi isyarat dan dia berjalan ke pinggir kamar yang berdinding batu. Si Bungsu masih tetap ditempatnya. Tiba-tiba indian itu menghantam dinding itu dengan kepalan tangannya, dinding itu jebol! Dia hantam beberapa kali dan dinding itu rubuh.

"Keluar lewat sini…" imbaunya.

Si Bungsu yang ternganga akan tenaga Indian itu buat sesaat masih termangu. Indian itu sudah keluar. Si Bungsu ikut menyelinap dilobang yang pas-pasan badan itu. Dia menyelinap dimana kamar Angela terbaring dalam keadaan tak berkain secabik pun.

Cepat dia menutup tubuh gadis itu dengan kainnya yang terserak-serak. Dan ketika dia memangku tubuh gadis itu dipintu, dia melihat indian besar itu telah tegak disana, sebuah senapan otomatis tergenggam ditangan nya.

"Kemana jalan keluar bisiknya?"bisiknya.

Tanpa banyak bicara indian itu berjalan duluan, menyelinap keluar dan mendapatkan tubuh anaknya di altar. Hanya kini tubuhnya sudah ditutupi kain putih bersih dengan lambang salib terbakar ditengahnya. lambang klu Klux Klan!

Indian itu menatap anaknya, kemudian bergegas mencari jalan keluar markas ini nampaknya terdiri dari tiga bangunan. Di tengah ketiga bangunan itu altar tersebut berada, dekat pintu si Bungsu mendapati tubuh terkulai .Barangkali lehernya patah. Dan si Bungsu menduga, orang ini adalah pengawal yang dibunuh oleh tangan si Indian untuk mendapatkan bedilnya.

Mereka berlari cepat dengan si Bungsu masih memanggul tubuh Angela. Si Indian membawa si Bungsu kegedung kedua. Disana mereka menyelinap, masuk mendapatkan beberapa kamar tertutup namun tidak terkunci. Di sebuah kamar si Indian menyelinap masuk. Kemudian keluar lagi, dia meyerahkan bedilnya pada si Bungsu.

"Anda jaga jangan ada yang masuk…"kata indian itu singkat.

Sekilas si Bungsu melihat kampak besar yang dipakai untuk membunuh kedua gadis di upacara itu berada ditangan si Indian. Indian itu sudah menyelinap lagi kedalam kamar.

Si Bungsu mendudukan Angela di sebuah kursi di ruang tengah. Dan dari dalam tiba-tiba dia dengar erangan panjang. Dia menghambur kedalam dan Indian itu dilihat tegak dengan kampak berlumur darah. Di tepi kamar dilihat si Bungsu sesosok tubuh, yang segera dikenal si Bungsu sebagai lelaki besar tinggi yang membunuh kedua gadis malam tadi, yang salah satunya adalah anak dari indian itu. Kepala lelaki yang berwajah indian itu terbelah dua, persis seperti kepala gadis yang dia bunuh setelah dia gagahi diatas altar tersebut.

"Cepat kita tinggalkan tempat ini…."kata Indian tersebut saat mereka berjalan keluar.

Angela terbangun dari pingsan yang hebat. Dan mulutnya terbuka untuk memekik. Namun Indian itu bergerak cepat. Sebuah pukulan menghantam tengkuk gadis itu. Dia pingsan lagi. Indian itu tidak menunggu lama, dia membopong gadis itu keluar. Si Bungsu mengikuti dari belakang sambil mengawasi dengan bedilnya.

"Jalan ini…"ujar si indian sambil berbelok kekanan.

Nampaknya dia hapal daerah ini. Jalan yang dia tempuh menuju mobil pick-up putih. Indian itu bertindak cepat. Mereka masuk, dan dengan merenggutkan kabel kontak, mengadu kabel positif dan negatifnya mobil itu hidup. Kemudian seperti dilonjakkan menghambur kearah jalan. Memasuki padang rumput, kemudian beberapa kali tembakan terdengar dari rumah tersebut. Kaca belakang dan dinding mobil berkeping dihantam peluru. Namun Indian itu mahir sekali. Dia melarikan mobil itu, berbelok-belok. Beberapa menit kemudian mereka sampai dijalan raya, mobil itu melunjur dalam udara pagi yang dingin.

Angela siuman. Dan memekik kuat-kuat. Gadis itu amat terguncang atas perlakuan yang dia terima tadi malam. Dinodai oleh si yahudi pemilik rumah judi tersebut dan dia kembali memekik.

"Kuasai diri mu nak…"kata si indian itu sambil tetap melarikan mobil dengan kencang.

Angela menangis terisak. Kemudian merebahkan dirinya ke bahu si Bungsu yang duduk dikanannya. Si Bungsu hanya diam. Tangannya memeluk bahu gadis itu dan membelai kepalanya.

Mobil itu dilarikan kencang membelah udara subuh. di arahkan ke jantung kota Dallas. Si Indian terus memacu mobilnya, dan tiba-tiba saja mereka sudah berada dihalaman sebuah rumah bagus.

Bangunan rumah itu cukup besar dan berpekarangan luas, namun tidak berpagar. Seekor anjing besar muncul dan menggonggong. Si Indian membuka pintu, anjing yang luar biasa besarnya itu menerkam. Indian tetap duduk dengan diam. Dan begitu anjing itu sampai kedekat dia, tangannya terulur. Entah dengan cara bagaimana, tiba-tiba saja leher anjing itu berhasil dia cekik dengan tangan kirinya yang berada di sebelah pintu yang terbuka. Anjing itu meronta, mengggelepar. Namun jepitan tangan si Indian itu kuat seperti jepitan besi. Lalu tubuh anjing itu diam tak berkutik. Dengan sekali ayun tubuh anjing yang besarnya tak kurang dari manusia dewasa itu tercampak hingga dua depa. Indian itu meraih senapan yang tersandar dekat si Bungsu. Meletakkanya di pangkuan Angela.

"Turunlah. Masuk kerumah itu. Lelaki yang menodai mu itu berada dalam rumah ini.Jangan khawatir, dirumah ini dia tinggal sendirian. Paling-paling yang ada hanya seorang pengawal atau ajudannya. Dia bisa kau bereskan dengan senapan ini…"

Si Bungsu terheran-heran. Nampaknya si Indian kenal betul dengan sindikat klu Klux klan ini. Atau sekurang-kurangnya dia kenal betul dengan si yahudi pemilik rumah judi itu.

Angela turun, setelah si Bungsu turun duluan. Gadis itu bergegas masuk dari pintu depan yang nampaknya tak terkunci. Begitu masuk, seorang lelaki yang di kenali Angela sebagai petugas di rumah judi malam tadi, datang menghadang. Namun matanya terbelalak melihat tubuh si Indian yang berdiri di belakang Angela. Tangannya bergerak kebalik jas, meraih pistol. Angela mengangkat bedil. Namun sebelum bedilnya meletus. Lelaki yang didepannya sudah terjungkal. Dikepalanya persis tentang dahi, tertancap kampak besar! Indian tersebut bergerak lebih cepat.

"Kamarnya di sebelah kanan yang pintunya bercat hijau…"Indian itu berkata seperti memberi petunjuk pada Angela.

Gadis itu segera menuju kesana. Memasuki ruangan tengah yang seluruh lantainya beralas beludru berwarna putih. Di sebelah kanan ada pintu berwarna hijau, ditengah ruangan itu ada sebuah taman dengan air mancur dan ikan-ikan dari tropis yang berwarna-warni. Angela membuka kamar dengan bedil yang siap dimuntahkan. Kamar itu seluruh lantainya berwarna belundru biru. Di Pembaringan yang besar lagi antik, tertelentang sesosok tubuh. Si Yahudi! Angela menarik picu bedilnya. Namun sesaat sebelum itu, dia teringat sesuatu.

Dia memindahkan sasaran tembaknya dari kepala kebahagiaan lain. Tembakannya menggema. Menghantam paha si yahudi. Yahudi tersebut terbangun dan meraung. Dipintu dilihatnya gadis yang baru yang baru dua atau tiga jam berselang dia tiduri di tahanan, kini tegak dengan bedil yang masih mengepulkan asap. Bibirnya bergerak-gerak pucat dan ketakutan.

Demikian takutnya yahudi besar itu, hingga tak ada suara yang keluar dari mulutnya. Dia pulang hanya dengan seorang pengawal. Siapa nyana, sebelum matahari terbit, orang baru saja dia nistai, dan siap untuk dijadikan korban dalam acara klu klux klan, kini muncul seperti malaikat maut.

Angela tak segera menyudahi nyawanya. Dia memberi isyarat pada si Bungsu. Dan si Bungsu tahu maksud isyarat itu. Dia mendekati pembaringan. Tapi saat itu pula yahudi itu meraih sesuatu dari bawah bantalnya. Sepucuk pistol!

Pistol itu dengan cepat diarahkan pada si Bungsu, dan sebelum si Bungsu Bereaksi, sebuah ledakan bergema, lelaki itu terpekik. Pergelangannya hancur, pistol tercampak. Angela ternyata bertindak lebih duluan!