Di situ di suruh jelaskan nama pengadu, umur, alamat, pekerjaan, kemudian isi pengaduan, kapan terjadinya, dan situ juga tertulis pasal-pasal dan hukumannya kalau isi pengaduan nya bohong. Sipengadu bisa dipenjara beberapa tahun sesuai dengan kualitas kebohongannya, si Bungsu tidak mengisi apapun. Dan polwan itupun kembali menunjuk surat pengaduan itu, si Bungsu menjawabnya dengan menggeleng.
"Kalau tidak mengadukan apa-apa sebaiknya anda pergi, saya tak punya waktu.."kata polwan itu sengit.
Tak lama kemudian dia membanting kedua telpon yang ada ditangannya, lalu mengangkat telepon yang satunya, yang sejak tadi berering-dering terus.
"Ya! tidak! Lebih baik nyonya menelpon pemadam kebakaran. Tidak! saya katakan tidak. Kami tidak punya tangga untuk menurunkannya, telepon saja pemadam kebakaran. Mereka punya tangga sampai ke langit, anda cari saja nomornya di buku telepon…"kembali dia membanting telepon itu, Namun telepon itu berdering lagi.
"Nyonya, saya lapar. Belum makan tau..!" kembali dia membanting telepon itu.
Kembali memandang si Bungsu sambil menghenyakan pantatnya yang besar itu di kursi.
"Well, Tuan. Saya tidak punya waktu untuk anda. Jika anda tidak ada pengaduan apa-apa, saya harap anda menghindar dihadapan saya. Anda menghalangi orang lain yang ingin mengadu. Menghindarlah sebelum saya lempar dengan telepon ini…"
Muka si Bungsu jadi merah, polisi taik apa ini pikirnya. Kasar dan kurang ajar. Kertas yang sudah dia isi dengan beberapa kata dia coret dengan kasar. Lalu dengan penuh kekesalan dia tulis beberapa kalimat.
"LU benar-benar polisi judes dan jelek. Lapar kok menjadi kasar, datang ke hotelku nanti ku beri makan sampai buncit..."
Lalu menghempaskan kertas pengaduan itu didepan meja polwan itu, kemudian balik kanan. Pergi dengan hati bengkak dan muak. Lalu menyetop taksi diluar. Naik dan menyuruh jalan.
"Kemana tuan..?"
"Kemana saja…"
Sopir taksi itu tidak bertanya lagi, dia sudah teramat sering mendengar kalimat tersebut dari penumpangnya. Dia tahu harus membawa kemana penumpang yang berkata demikian. Dia bawa penumpang tersebut ke segala penjuru, kemudian berhenti didepan sebuah restoran.
"Disini ada makanan laut yang enak sekali, ada udang, kepiting, ikan. Semuanya masih segar, anda tinggal pilih dan tinggal menunggu sebentar dan disini juga ada nasi, Anda dari salah satu negara di asia bukan?"
"Benar saya berasal dari asia, anda bermata tajam…"
"Terima kasih, saya pernah bertugas di vietnam selama sepuluh tahun. Saya mengenal beberapa orang asia. Anda dari Malaysia atau Indonesia?"
"Ah. Anda menebak benar sekali. Saya dari Indonesia.."
"Indonesia, Hmm.. Negeri yang indah. Saya pernah cuti sepekan di negeri anda, saya turun di Jakarta sehari dan di Bali sepekan. Negeri yang indah meski penduduknya miskin, Maaf.."
"Anda benar, Apakah anda ingin menemani saya makan?"
"Terimakasih, saya membawa makananan sendiri…"
Si Bungsu senang dengan sopir taksi ini. Dia ingin dapat kawan dikota ini, siapa tahu dari dia dapat informasi tentang Michiko atau jejak pembunuh Tongky.
"Marilah kita makan, saya traktir anda.."
Sopir itu tertawa, kemudian mereka turun, masuk keretoran itu dan naik ke lantai dua. Si Bungsu memesan sepiring udang goreng, sopir itu memesan sejenis ikan kerapu berukuran besar.
"Anda berasal dari negeri ini.?"
"Ah, maafkan kita belum berkenalan. Nama saya Malcolm. Henry malcolm.." sopir separuh baya itu mengulurkan tangannya pada si Bungsu yang duduk didepannya. Si Bungsu menjabat tangan nya sambil menyebutkan namanya.
"Ya, saya berasal dari negeri ini, tapi dari wilayah agak selatan. Sebuah kampung miskin bernama Palm Knock. Penduduk dari sana kebanyakan jadi buruh disini. Tentang negeri anda itu Indonesia, adalah negeri yang indah. Komunis cukup berkuasa disana ya?'
"Ya, komunis cukup banyak. Bukan berkuasa…"
"Sama saja, maksud saya disini pun ada partai komunis. Dan itu legal, hanya disini mereka tidak punya posisi, hanya partai minoritas. Tak masuk hitungan. Anda sudah berapa lama disini?"
"Baru sebulan lebih…"
"Wow..Baru benar. Selamat datang…."
Namun selesai makan dan si Bungsu menceritakan tentang kematian tongky, Negro yang mati disebuah hotel di Dallas itu adalah temannya, sopir itu terlihat jadi berubah sikap. Dia nampak agak takut.
"Maaf saya tak bisa membantu anda, walau ingin benar. Anda berhadapan bukan dengan manusia. Anda berhadapan dengan sindikat Iblis. Mereka tidak segan-segan menembak pastor atau kanak-kanak sekalipun.!"
Si Bungsu akhirnya kembali kehotel. Tidur karena lelah berpikir, apa daya dia untuk memulai pencarian?
Beberapa hari kemudian. Dia sedang menoton televisi tentang keterlibatan Amerika dalam perang Vietnam, ketika didengarnya pintu kamar diketuk. Dia bangkit membuka pintu.
Seorang wanita cantik berdiri didepan pintu, Hmm.. Paling-paling menawarkan untuk menemani tidur, pikirnya.
"Maaf, saya tidak memesan.." katanya sambil menutup pintu.
Namun pintu itu ditendang wanita tersebut, si Bungsu kaget kerana tendangan itu cukup kuat dan muka wanita itu merah mendengar 'penolakan' si Bungsu.!
"Kalau anda tidak memesan saya, saya tidak akan muncul disini. Anda yang menulis di kertas ini bukan?" ujarnya sambil melempar secarik kertas ke muka si Bungsu, lalu melangkah masuk.
Si Bungsu ngeri melihat nekatnya wanita ini. Ini pasti semacam rencana pemerasan, pikirnya.
"Kapan saya memesan anda, nona?" katanya dengan suara agak ditahan, masih mencoba bersopan-sopan karena yang dia hadapi adalah wanita.
"Baca kertas itu, itu tulisan tangan anda bukan?"ujar wanita cantik berbau harum itu setelah berada dikamar dan tumitnya menghantam pintu hingga tertutup.
Si Bungsu masih menatap perempuan itu. Ini perangkap pikirnya, pasti! Dia menatap perempuan yang menyelonong masuk kekamarnya dan duduk di sofa tanpa disilakan. Perempuan cantik itu juga menatapnya. Si Bungsu mau tak mau menatap kertas yang dilempar ke dia tadi. Ya, tulisan di kertas itu memang tulisan nya. Asli! Dia heran, inikan kertas laporan yang tak jadi dibuatnya beberapa hari lalu di kantor polisi dan dia banting di meja seorang polwan yang judesnya selangit itu. Kok bisa jatuh ketangan wanita ini.?
"Y.. ya ini tulisan saya. Tapi ini kan.."bicaranya terputus saat dia menatap tepat-tepat ke wanita itu. Samar-samar ingatannya kembali membayangkan wajah polwan yang ada di polsek tersebut. Samar-samar wajah polwan itu terbayang lagi.
"Ya Tuhan, inikan polwan yang ada di polsek tersebut?"
Wanita itu yang penampilan nya jauh berbeda di banding saat dia bertugas di polsek dimana dia bertugas, hanya menatap dia dengan diam. Tentu saja polwan itu dengan mudah menemukan hotel dan kamarnya, karena memang dia yang menuliskan nya di form pengaduan. Walau telah dia coret tentu tulisan itu tidak hilang. Tulisan yang di coret dan ditambah dengan tulisan "Lu benar-benar polisi judes dan jelek, lapar jadi alasan buat marah-marah, datang saja ke hotelku akan ku kasih makan sampai buncit..!"
Si Bungsu gelagapan, sungguh mati, dia menulis begitu di formulir karena dia kesal. Karena niat untuk menemukan pembunuh Tongky tidak tercapai. Namun bagaimanna pun tulisan itu memang salah.
"Maaf, saya benar-benar menyesal tentang apa saya tulis itu.."ujar si Bungsu perlahan.
"Saya datang mau makan sampai buncit.."ujar polwan itu datar.
"Maafkan tulisan saya yang tidak senonoh itu.."
"Well, Anda datang kekantor polisi dengan maksud tertentu. Anda teman lelaki yang bernama Tongky yang terbunuh didepan hotel ini. Kepolisian menugaskan saya untuk membantu anda secara diam-diam, karena anda baru dikota ini. Bantuan diam-diam ini diberikan karena organisasi klu klux klan itu amat kuat dan brutal. Sebelum kita bahas tentang kematian teman anda, kita kerestoran dulu, saya ingin makan sampai buncit.."
Muka si Bungsu merah karena kembali disindir dengan apa yang dia tulis di kertas itu. Kendati demikian dia tatap Polwan itu. Dia benar-benar tak membayangkan kalau wanita yang menendang pintu nya adalah polwan "Judes dan Jelek" hari itu. Dia terkejut ketika polwan itu bicara.
"Kenapa anda melongo, ada yang salah?"
"Waktu di kantor polsek itu kok cantik.."
"Sekarang lebih cantik lagi bukan …"kata si polwan.
Si Bungsu mati kutu, jalan pikirannya ditebak wanita itu. Tapi si Bungsu mana mau kalah.
"Siapa bilang lebih cantik?"
"Lalu?"
"Anda amat pas kalau jadi bintang film.."polwan itu tersenyum.
"Bintang film Drakula.."sambung si Bungsu cepat.
Kini mau tak mau, polwan itu yang mati kutu.
"Saya, benar-benar minta maaf. Karena tadi tidak mengenal anda. Penampilan anda sangat berbeda dari saat berdinas.."ujar si Bungsu sambil mengulurkan tangan.
Mereka berkenalan dan naik kerestoran hotel di lantai 12. Polisi wanita itu bernama Angela. Mereka mengambil tempat di dekat kaca lebar dari mana mereka bisa memandang sebagian kota Dallas.
"Maaf kekasaran saya dikantor beberapa hari yang lalu…"Gadis itu membuka pembicaraan.
"Soalnya ,saya benar-benar lelah dan jengkel. Semua persoalan ditimpakan kesaya. Maksud saya penugasan penerima telepon itu merupakan hukuman buat saya. Saya menolak menangani kasus perkosaan, soalnya terlalu sadis. Tapi siang tadi merupakan penugasan terakhir saya…"
"Apakah mengakhiri hukuman..?"
"Ya dan sekaligus dapat cuti sebulan. Sudah tiga tahun saya menantikan cuti besar ini. Dan itulah mengapa saya ingin tugas saya hari selesai dengan cepat. Dan saya mujur dihari pertama saya cuti anda mengundang saya…."
Mereka bertatapan, Si Bungsu tersenyum, polwan itu juga tersenyum. Polisi berpangkat letnan itu paling-paling baru berumur dua puluh tiga tahun.
"Kenapa menatap saya terus…"
"Soalnya anda amat cantik, nona. Saya tak dapat membayangkan betapa anda menghadapi tugas berat sebagi polisi ditempat anda bekerja. Gadis seusia anda, harusnya menempuh satu dari dua jalan. Pertama jadi istri seorang jutawan, kedua pacaran dengan anak-anak orang kaya. Bertamasya dari satu pantai kepantai lain.."wajah Angela bersemu memerah.
"Anda merayu saya …"ujarnya dengan senyum.
"Adalah bodoh, ada lelaki yang ada didepan anda tidak berusaha merayu anda…"
"Anda membuat saya kikuk.. Mmm, apakah anda tahu penyebab kematian anda itu?"Si Bungsu menarik napas panjang kemudian menjawab.
"Karena dia seorang Negro.."
"Karena dia Negro dan koran memberitakan dia sebagai pahlawan setelah dia dia berhasil memberi isyarat kepada pasukan Amerika. Yang menyebabkan sepasukan tentara bisa membebaskan pesawat dari pembajakan.." Angela menyambung.
"Untuk itu anda datang kekantor polisi, untuk mengetahui alamat pembunuh itu..?"si Bungsu menatap gadis itu, kemudian mengangguk dan Angela juga menatapnya.
"Apa yang anda perbuat kalau sudah mengetahui alamat pembunuhnya?"
"Saya akan membunuh dia pula.."suara si Bungsu terdengar pelan namun pasti.
Gadis itu yakin kalau lelaki didepannya ini bukan lelaki sembarangan. Ada sesuatu yang tersembunyi di balik sikapnya yang tenang ini. Di balik matanya yang bersinar lembut. Namun apalah arti sesuatu "Yang luar biasa" itu jika dibanding dengan sebuah organisasi maut bernama Klu klux klan.?
Dia jadi kasihan terhadap lelaki ini, namun dia tidak ingin menyakitinya dengan mengatakan bahwa mustahil untuk menyentuh pembunuh temanya itu.
"Barangkali membutuhkan kerja keras untuk menemukan pembunuh teman anda itu.."
"Saya tahu, untuk itulah saya datang kekantor polisi waktu itu…"
"Anda berharap disana ada alamat mereka?"
"Ya, bukankah polisi mencatat identitas mereka?"
"Benar, tapi perlu anda ketahui bahwa alamat yang dia berikan adalah palsu…"
"Kalau begitu, saya ingin menemui kedua polisi gadungan itu, menanyakan sendiri pada mereka…"
"Mereka sudah dibebaskan…"
"Di bebaskan?"
"Ya, mereka dibebaskan karena ada yang menjaminnya dengan membayar lima ribu dolar…"
"Dibebaskan, padahal dengan tuduhan pembunuhan?"