''Ya saya tak tahu namanya. Namun saya bisa sebutkan ciri-cirinya''.
''Baiklah. Anda sebutkan ciri-cirinya..''
Yuanita menyebutkan ciri lelaki yang ingin dia temui itu. Di ruang khusus di salah satu tempat dekat lapangan itu, para bekas sandera masih ada yang menunggu pesawat.
Sebahagian besar diantara mereka telah diterbangkan ke kota masing-masing. Seorang petugas bergegas ke sana. Menyeruak diantara petugas keamanan yang menjaga dengan ketat. Berbisik dan mencari-cari. Kemudian mendekati seorang lelaki.
''Tuan, Anda diminta datang ke ruang itu..'' petugas tersebut bicara pada si lelaki.
Lelaki itu, yang tak lain daripada si Bungsu, jadi kaget.
''Saya..?''
''Ya, Tuan..!''
Si Bungsu memandang pada Tongky yang tengah duduk bersandar di kursi sambil menaikkan kaki ke meja. Di meja ada dua botol bir yang telah kosong. Sebuah piring yang penuh tulang ayam.
''Saya dengan teman saya ini?''
''Tidak, Anda sendirian..''
Tongky mengedipkan mata. Dan si Bungsu mengikuti petugas itu. Dia segera dibawa ke luar ruangan. Ke sebuah jalan di depan ruang tunggu. Naik ke sebuah jip, kemudian jip itu dipacu ke sudut lapangan yang lain. Lalu berhenti di dekat sebuah pesawat jet kecil yang dijaga dengan ketat.
Di dekat tangga, ada tiga orang tegak. Satu diantaranya adalah perempuan. Yang segera dikenali oleh si Bungsu sebagai Yuanita.
"Dia yang Anda maksud..?'' tanya Direktur CIA itu begitu jip tersebut berhenti.
Gadis itu mengangguk. Matanya tak lepas menatap si Bungsu yang termangu-mangu di atas jip. Si Bungsu benar-benar tak tahu akan mengapa. Dia turun dari jip itu. Kemudian melangkah mendekati gadis yang tetap saja memandangnya tak berkedip.
Petugas-petugas, termasuk Direktur CIA, menatap setiap gerak kedua orang itu dengan diam. Sebenarnya adalah tak sopan berlaku demikian. Menatap sepasang anak muda yang barangkali entah akan mengapa. Tapi yang mereka hadapi ini bukan sembarang anak muda. Yang perempuan adalah gembong pembajak komunis yang amat militan.
Siapa tahu, kesempatan seperti ini dia pergunakan untuk bunuh diri, atau melakukan penyanderaan lagi, misalnya. Jika gerakan mencurigakan seperti itu mereka lihat, mereka sudah siap sedia. Gadis ini merupakan salah satu tertuduh utama, dan merupakan mata rantai amat penting dalam menggulung sindikat terorisme internasional. Makanya dia tak boleh diabaikan.
Itu pula sebabnya, meski dalam keadaan bagaimanapun, dia harus diawasi dengan ketat, walaupun terasa agak kurang sopan. Namun si Bungsu sama sekali tak tahu untuk apa dia datang ke sana. Kalaupun benar seperti yang diucapkan Direktur CIA, maka dia juga tak tahu kenapa gadis itu memintanya untuk datang.
Dia mendekati gadis itu. Yang rambutnya tergerai ditiup angin di lapangan udara Mexico City itu. Kemudian tegak tiga langkah di depannya. Dia masih menatap sejenak. Menatap gadis yang sejak tadi memang telah menantinya.
''Anda meminta saya untuk kemari, Nona?'' tanya si Bungsu pelan.
Gadis itu tak menjawab, melainkan mendekat padanya. Mengulurkan tangan untuk bersalaman. Si Bungsu ragu-ragu, namun akhirnya menyambut uluran tangan itu. Gadis itu menjabatnya dengan erat, dan tanpa diduga —dan tak dapat dielakkan si Bungsu— Yuanita menarik tangannya mendekat. Menyebabkan tubuh mereka saling merapat dan tubuhnya langsung dipeluk gadis itu. Tidak berhenti sampai di sana, gadis itu mencium bibirnya.
Si Bungsu gelagapan. Namun entah mengapa, dia tidak mau berlaku kurang sopan dan dianggap tidak gentelmen. Perlahan tangan nya membalas memeluk pinggang Yuanita, dan membalas ciumannya. Ketika peristiwa itu selesai, dengan masih memegang tangan si Bungsu, gadis itu merenggangkan diri.
"Terima kasih Love, peluk ciummu kubawa mati. Sebentar lagi…"ujarnya dengan mata berkaca.
Kemudian gadis itu berbalik, menuju kepesawat yang menunggu dari tadi. Setelah pesawat itu berangkat, si Bungsu kembali naik ke mobil jip yang tadi membawanya. Direktur CIA itu juga ikut naik, duduk disampingnya di kursi depan. Jip itu kembali keruang tunggu khusus. Direktur CIA berkata pelan pada si Bungsu ketika jip meluncur di avron menuju ruang tunggu.
"Kalian pasti belum saling kenal…"
"Belum…"jawab si Bungsu pelan.
"Perempuan memang laut yang amat dalam. Yang amat sukar menduga isinya. Saya yakin dia mencintai anda, dengan amat sangat…"
Si Bungsu menoleh kesampingnya, pada lelaki yang tidak diketahuinya bahwa orang itu adalah Direktur CIA. Sebuah lembaga Intelijen yang amat berpengaruh didunia. Dia diam tidak memberi komentar atas ucapan itu, sungguh mati dia amat terguncang atas peristiwa sebentar ini.
Dia bukan lelaki yang lemah iman, tapi tidak pula lelaki yang berpura-pura berlagak suci. Dia datang dan sampai ke negeri ini justru dalam usaha mencari gadis yang amat dikasihinya. Dalam sejarah hidupnya yang amat panjang dan berbelit ini, tak berapa yang pernah singgah di hatinya.
Namun peristiwa dengan Yuanita yang barusan tadi, gadis yang tidak dia kenal itu, benar-benar membuncah perasaannya. Jip itu baru saja akan mencapai tempat dimana para penumpang yang pernah menjadi sandera itu menanti, ketika mereka mendengar suara seperti letupan bedil di udara.
Letupan itu tak begitu menarik perhatian mereka yang ada di jip tersebut. Mereka baru tertarik tatkala beberapa petugas lapangan menunjuk kesuatu titik jauh dibelakang sana.
Makin lama makin banyak yang melihat, dan mereka juga melihat, kearah pesawat jet angkatan udara Amerika yang tadi membawa para pembajak komunis asal cuba itu. Jauh disana kelihatan sisa asap yang mengepul, kemudian.. lenyap!
"Jet itu meledak…"kata seseorang.
Kepastian tentang itu baru didapat ketika dua orang petugas tower berlarian mendekati Direktur CIA yang ada didekat si Bungsu.
"Pesawat itu meledak…"katanya.
Semua terdiam, tak seorang pun yang tahu penyebabnya. Namun sudah bisa diduga, pesawat itu hancur berkeping karena Bom waktu yang berasal dari salah seorang teroris tesebut. Mereka memang telah di periksa dengan amat teliti. Namun dengan meledaknya pesawat itu di udara, bisa dipastikan ketelitian pihak Amerika ternyata masih terkecoh oleh kelihaian teroris itu.
Ledakan itu mustahil disebabkan pihak Amerika, sebab jet itu milik Angkatan Udara Amerika. Yang menerbangkannya tentu Pilot Amerika, seorang AU Amerika berpangkat Mayor yang terpercaya.
Si Bungsu termangu. Membayangkan betapa gadis yang baru sebentar ini memeluk dan menciumnya, kini hancur berkeping.
"Ya tuhan,.."terdengar kepala CIA di samping nya berucap.
Tongky yang juga berlarian keluar dari ruang tunggu menatap langit, di langit tidak terlihat apa-apa, kosong.
"Pesawat itu meledak?"tanya Tongky.
Si Bungsu hanya tegak mematung. Mereka tegak dengan diam disisi jip itu sampai akhirnya panggilan untuk berangkat terdengar.
Di pesawat yang membawa mereka ke Dallas, si Bungsu masih memikirkan ledakan pesawat jet itu. Para pembajak tersebut ternyata masih memilih mati dari pada harus diinterogasi dan diadili di Amerika. Apakah tak mungkin yang meledakan pesawat itu adalah Yuanita?
Gadis itu tadi air matanya berlinang ketika mereka berpelukan. Apakah peluk dan ciuman gadis itu adalah peluk dan cium perpisahan? Tiba-tiba dia teringat bisikan gadis itu dengan mata berkaca sesaat setelah mereka berciuman.
"Terima kasih Love, peluk ciummu kubawa mati. Sebentar lagi…"
Ya Tuhan, gadis itu memang merencanakan kematiannya. Dan sesaat sebelum kematiannya, dia mengucapkan selamat tinggal dalam bentuk lain pada lelaki yang barangkali dia cintai.
Lelaki yang belum dia kenal, anak Indonesia yang berasal dari Situjuh Ladang Laweh.
Ya Tuhan, mengapa aku tidak arif kemana ujung ucapannya tadi, bisik hati si Bungsu.
***00***
DALLAS!
Kota ini berada di Texas. Salah satu negara bahagian Amerika Serikat. Ada dua hal yang segera terbayang di kepala setiap orang bila mendengar nama Texas. Pertama adalah ladang-ladang Minyak yang tersohor. Disinilah pusat minyak yang terkenal dengan sebutan CALTEX itu bermarkas besar. Sebuah perusahaan minyak patungan dua raksasa dari California dan Texas.
Operasi minyaknya hampir menjangkau nyaris seluruh wilayah di permukaan bumi. Mulai dari wilayah bersalju di Amerika Utara sampai ke wilayah tak berpenghuni di daerah Selatan Australia. Mulai dari Houston di timur sampai ke Inggris ke belahan bumi paling barat dan mencengkam di padang-padang pasir negara Arab di wilayah timur tengah.
Texas juga mengingatkan orang pada zaman paling keras dan paling hitam dalam sejarah Amerika Serikat. Yaitu zaman Wild West, saat berkuasanya para bandit dan cowboy. Yang memerintah dari punggung kuda. Melintasi punggung- punggung bukit berbatu terjal, membelah padang-padang prairi yang di penuhi kaktus-kaktus berduri.
Kota ini merupakan pusat kegiatan para bandit yang tak kenal ampun. Bicara tentang Dallas adalah bicara tentang dunia bandit. Tak ada kota-kota di dunia yang bisa menandingi kehebatan bandit-bandit Dallas. Tak ada kota manapun di dunia, yang pernah menjadi pusat kegiatan bandit sehebat Dallas. Dunia cukup banyak mengenal kelompok-kelompok bandit yang termasyhur. Sebutlah misalnya Yakuza di jepang, POLT di Rusia.KLU KLUX KLAN dari Amerika. Mira dari Israel.
Tapi dunia hanya mengenal satu komplotan bandit yang pernah ada di permukaan bumi. Komplotan itu adalah MAFIA yang berasal dari Sicilia di Italia sana. Dan dunia juga mengenal bahwa jantung Mafia yang tersohor itu adalah di DALLAS!
Kini dikota itulah si Bungsu, lelaki bersamurai yang berasal dari Gunung Sago itu datang! ke kota pusat para bandit. Ke kota pusat perjudian yang senantiasa mengundang maut. Ke kota yang kata orang-orang yang tak punya rasa belas kasihan kepada siapapun.! Ke kota yang telah menjadi belantara kejahatan.
Dallas ditahun kedatangan si Bungsu itu berpenduduk kurang lebih sekitar tujuh juta jiwa. Kotanya yang luas terbagi dalam tiga bahagian utama. Bahagian utara disebut sebagai Civilation City, di bahagian ini terletak kantor-kantor pemerintah. di bahagian selatan disebut sebagai Country city, daerah pemukiman pegawai, pedagang, bankir dan.. siapapun tahu, di antara mereka juga merangkap profesi sebagai…bandit!Di bahagian tengah, disebut sebagai Centrum City. Pusat kota tidak hanya disebut Centrum karena berada di tengah. Pengertian Centrum diartikan sebagai 'pusat'nya segala kegiatan. Kegiatan yang dimaksud adalah kegiatan yang mengatur dunia! Sekali lagi, "yang mengatur dunia"! Di bahagian inilah para bandit Mafia mengatur cabang dan kegiatannya hampir di seluruh penjuru dunia.
Di bahagian ini pula terdapat sebuah kantor Caltex, yang kelihatannya tak begitu besar, namun dari situlah seluruh kebijaksanaan perusahaan minya raksasa itu dikomandokan. Dan.. di bahagian ini pula pusat perjudian, pelacuran serta kegiatan politik disutradarai! Jadi bedanya amat menyolok antara kota bahagian utara dimana Gubernur berkantor dengan bahagian Centrum dimana para bandit bermarkas.
Bahagian Utara dengan gubernurnya dianggap tidak sebagai pusat kekuasaan. Tidak sebagai pusat pengambil keputusan. Keputusan dan kekuasaan justru ditentukan oleh orang-orang yang bukan duduk di pemerintahan, tak berpangkat dan tak jelas identitasnya. Mereka bermarkas di Centrum City!
Itulah selintas gambaran tentang Dallas. Dan ke sanalah si Bungsu menuju. Ke belantara yang tak berbelas kasihan itu.
Dia dan Tongky menginap di Dallas Hotel. Hotelnya terbilang sederhana. Bertingkat dua belas dengan gedung model Abad ke 19. Begitu masuk loby hotel, seorang gadis cantik berpakaian seperti perwira Spanyol zaman Napoleon membukakan pintu mobil. Membawanya masuk dan mengantarkan ke bahagian front office.
Di sana, dua orang gadis yang hanya mengenakan kutang, memperlihatkan sebahagian besar dari dadanya yang ranum, menerima mereka. Mulai dari mencatatkan nama, menentukan kamar, lalu mengantarkan mereka ke kamar.
Yang mengantarkan seorang gadis dengan pakaian Ceong Sam yang lazim dipakai di negeri Cina. Belahan samping baju itu seperti dirobek. Mulai dari mata kaki, sampai ke atas pinggul. Belahan itu menampakan betis, paha, pinggul yang tak bertutup.
Mereka menaiki lif yang modelnya kuno sekali. Sebuah kotak empat segi dengan tutup seperti jerajak besi di penjara. Ketika tombol bernomor dipencet, yaitu tingkat dimana mereka akan ditempatkan, lif itu memperdengarkan bunyi berdenyit. Persis seperti membuka pintu di rumah-rumah kuno.
Gadis yang memakai baju "robek lebar" di paha, dan model dada terkelayak separuhnya itu tersenyum manis. Tongky mengerdipkan mata pada gadis itu. Mereka menempati kamar 707. Gadis itu mengantarkan mereka sampai ke dalam kamar. Menunjukan letak kamar mandi, tempat sabun, lemari pakaian, handuk dan lain-lain.
''Jika Anda butuh apa saja, tekan bel itu… dan ngomong lah, mintalah. Apa saja, akan kami layani…'' ujar gadis itu.
''Kalau kami minta Anda, Nona..?'' ujar Tongky memulai kedegilannya.
''Tuan hanya tinggal menekan aiphone itu, dan katakan pada bos saya, bahwa saya demam dan harus berada di kamar ini untuk jangka waktu yang ditentukan..'' gadis itu menjawab penuh sikap profesional. Tongky bersiul.
''Terimakasih, kami akan pikir tombol mana yang akan kami tekan setelah kami mandi nanti..'' ujar bekas pasukan Baret Hijau itu sambil meletakan uang sepuluh dollar ke belahan dada gadis itu, yang terbuka dua pertiga bahagiannya. Gadis itu tersenyum dan meninggalkan kamar.