Chereads / TIKAM SAMURAI / Chapter 147 - Penyelamatan

Chapter 147 - Penyelamatan

Kepala Staf Angkatan Perang Mexico segera maklum apa yang harus dia perbuat. Dia meraih sebuah corong, dan memerintahkan pada seluruh anak buahnya di sekitar lapangan itu, untuk tidak membalas isyarat apapun yang datangnya dari pesawat.

''Cahaya itu lagi…'' seru penjaga tower.

Benar, cahaya halus itu kembali berkelip-kelip, hanya berjarak sebuah jendela dari jendela kaca yang pecah bekas pembajak itu tadi menembak.

''Tembakan peluru bius lewat jendela yang pecah. Ulangi… tembakan peluru bius… Pasukan elit Amerika… memiliki… peluru jenis..itu. Jika … isyarat saya ini dimengerti, beri isyarat dengan sesuatu… apa saja..''

Mereka berpandangan lagi.

''Seseorang di dalam pesawat itu bisa kita jadikan perantara untuk menolong kita keluar dari kemelut ini. Dia memakai sandi yang hanya biasa dipakai Tentara Sekutu. Barangkali yang mengirim sandi ini adalah seorang ajudan Menteri Muda kita..'' kata salah seorang staf Menteri Luar Negeri Amerika.

''Kita harus cepat memberi isyarat seperti yang dikehendakinya..'' ujar kolonel yang menterjemahkan isyarat tadi dengan cepat.

''Ada senter atau sejenis itu di sini?'' tanyanya. Namun pertanyaan itu mendapat sanggahan dari beberapa orang. Termasuk Menteri Luar Negerinya.

''Orang itu sudah mengatakan agar kita tak membalas isyaratnya. Kita tak bisa memakai senter''.

''Tapi Tuan Menteri, kita tak membalas isyarat apa-apa. Kita hanya akan menghidupkan senter itu sekali saja. Dan habis. Itu sebagai isyarat bahwa kita menerima pesannya..''

Terjadi perdebatan, akhirnya pendapat kolonel yang memang telah kenyang dengan perang di berbagai tempat itu diterima. Kepadanya diberikan sebuah lentera segi empat yang dihidupkan dengan listrik. Lentera itu dihadapkan ke pesawat. Tombol ditekan, hidup hanya sedetik.

Mereka menanti dengan tegang. Di pesawat, Tongky melihat cahaya yang hanya sedetik itu. Namun dia tahu, itu adalah jawaban atas isyaratnya. Dia lega, namun sekaligus juga waspada. Dia memperhatikan para pembajak itu, apakah ada diantara mereka yang melihat cahaya tersebut? Sepi. Tak ada seorangpun yang tahu.

''Isyarat itu lagi..!'' seseorang berkata di tower.

Kolonel CIA itu kembali menterjemahkan:

''Tembakan peluru jika saya memberi isyarat dengan sinar panjang. Namun jika peluru itu siap, harap beri isyarat kembali dengan hanya sebuah cahaya seperti tadi!''

Sepi.

''Apakah pasukan khusus yang didatangkan dari El Paso membawa serta peluru yang dimaksud orang itu?'' tanya Menteri Luar Negeri.

Direktur CIA menggeleng.

''Kemana peluru itu harus kita cari?''

Tiba-tiba Direktur CIA itu berseri wajahnya.

''Terima kasih, Tuan mengingatkan kami. Benar dalam paket bantuan untuk pasukan tuan ada peluru itu. Tapi paket khusus yang didatangkan setahun lalu''

Yang hadir di tower itu seperti mendapat nafas baru.

''Anda sebutkan saja kode peti senjata dan peluru yang dimaksudkan..'' ujar Kepala Staf Angkatan Perang itu.

Direktur CIA itu segera menyebutkan kodenya. Kepala Staf Angkatan Perang Mexico mencatat dan memberi instruksi lewat telepon pada anak buahnya.

''Apakah tempat penyimpanan amunisi Anda jauh dari sini?'' tanya Menteri Luar Negeri Amerika.

''Itu rahasia, tapi kami akan mendatangkannya dalam waktu singkat..''

Mexico memang dikenal sebagai negeri yang punya hubungan dekat dengan Amerika.

Amerika memerlukan negara di selatan ini untuk membendung komunis. Dalam waktu singkat dari gudang amunisi yang letaknya memang di sekitar lapangan udara, peluru yang diminta datang, berikut bedilnya sekalian.

Senapan mirip M16 yang belum banyak beredar saat itu. Namun loopnya agak khusus, agak besar. Loop yang agak besar ini adalah untuk tempat peluru kimia tersebut. Pelurunya berbentuk cerutu sebesar kelingking. Pangkalnya agak besar untuk tempat bertumpu pada bedil. Jika ditembakkan, cerutu sebesar kelingking itulah yang terbang. Menancap di tempat yang dikehendaki. Kemudian peluru itu akan pecah dan menyebarkan kimianya secara diam-diam. Tanpa suara, tanpa bunyi dan tanpa warna.

''Berapa kekuatan peluru ini dan berapa lama dia mulai bereaksi?'' tanya Menteri Luar Negeri AS.

''Peluru ini segera bereaksi begitu dia mencapai sasaran. Untuk pesawat sebesar yang di lapangan sana, dengan penumpang sekitar enam puluh orang, kita hanya membutuhkan waktu satu menit dengan jenis peluru yang ini..'' ujar Kepala CIA itu sambil memilih peluru berkepala hijau.

'Kini beri isyarat ke sana, kita siap untuk melaksanakannya. Siapa yang akan menembak hingga persis masuk ke jendela yang pecah itu?''

''Ada empat atau lima orang yang yang bisa menembak ke sana, termasuk kolonel ini..'' ujar Kepala CIA itu.

Mereka segera bersiap. Kolonel itu mempersiapkan bedilnya. Membidik lewat teleskop dengan sinar infra merah ke lobang jendela yang pecah itu. Kemudian memberi isyarat bahwa dia sudah siap.

''Beri isyarat ke pesawat itu…'' ujar Menteri Luar Negeri.

Kepala CIA itu segera memencet tombol lentera listrik sekali. Lalu menanti. Tongky yang memang telah menanti isyarat itu segera memencet senternya. Orang-orang di menara membaca pesannya kembali:

''Tunggu isyarat berikutnya untuk menembak..''

Mereka yang di Tower menanti. Si Bungsu yang dibisiki oleh Tongky tentang rencananya, diberi tahu pula bahwa orang di tower telah siap. Dan si Bungsu harus memulai rencana yang mereka rancang. Dia harus berpura-pura pergi ke WC di belakang. Kemudian dengan segela usaha harus bisa membuat pembajak yang di sebelah kananya beranjak dari sana.

Sebab tempat di belakang pembajak itu tegak adalah tempat dimana peluru bius itu akan bersarang, jika ditembakan dari tower.

Jika pembajak itu masih tegak di sana, maka peluru bius itu akan menghantam kepala atau lehernya. Jika itu terjadi, maka kawan-kawannya yang lain pasti akan meledakkan granat mereka, karena menyangka bahwa pihak keamanan mulai menyerang. Jika pembajak itu berhasil tegak, maka peluru itu akan menghantam bahagian yang lembut di belakang tempat tegaknya, ditambah dengan suara batuk yang diatur Tongky, maka terkaman peluru itu tak bakal diketahui. Selanjutnya mereka boleh tidur bersama. Si Bungsu mulai angkat bicara:

''Boleh saya ke WC di belakang?''

Pembajak yang harus menghindar itu tak menyahut, hanya memberi isyarat dengan mengayun ujung pistolnya ke arah belakang. Artinya dia mengizinkan si Bungsu ke belakang. Si Bungsu menanti beberapa saat, kemudian tegak. Ketika lewat dekat orang itu dia tersenyum. Namun pembajak itu seperti patung yang beku. Tak bereaksi sedikitpun.

Si Bungsu terus ke belakang. Di dalam toilet dia hanya mencuci muka, dan bersisir. Ketika dia keluar, Tongky sudah menanti dengan tegang. Namun pembajak itu masih di tempatnya, tak bergeser sedikitpun. Si Bungsu lewat lagi ke depan. Ketika akan melewati tempat pembajak yang harus dia pindahkan itu, Yuanita muncul di depan sana.

''Nona, saya ingin ke tempatmu..'' katanya sambil bergegas ke depan.

Gadis cantik itu tentu saja terganga heran. Tapi pembajak yang lain jadi berang. Yang tegak di sisi kanan tempatnya lewat berusaha menjangkaunya, namun tak berhasil. Karena itu pembajak tersebut memburu pula ke depan. Dan saat itu Tongky yang sudah siap dengan senter mininya memberi isyarat.

''Itu isyaratnya…!'' seru Direktur CIA yang ada di tower.

Seruan itu sekaligus berupa perintah pada kolonel yang sejak tadi tetap membidik. Pelatuk dia tarik. Peluru bius itu meluncur dan masuk persis di lobang kaca jendela yang pecah itu. Menghujam di sandaran tempat duduk dimana pembajak tadi berada.

''Hei, bajingan, kau kembali atau kutembak..'' seru pembajak itu pada si Bungsu.

Si Bungsu terhenti. Lalu menatap pada Yuanita di depan sana. Gadis itu tersenyum manis.

"Jangan nervus, Love. Duduklah di tempatmu kembali. Atau kalau kau ingin duduk di depan ini agar lebih dekat denganku, mari.. silahkan…''

Si Bungsu tersenyum dan melangkah. Namun dia terhuyung. Pembajak itu, pramugari itu juga terhuyung. Semuanya rubuh pada waktu hampir bersamaan!

Peluru kimia buatan Amerika itu bekerja amat cepat dan amat tepat waktunya. Peluru yang ditembakan itu ternyata ada tiga buah, beruntun dalam waktu setengah detik. Dan begitu menghantam sasarannya di sandaran tempat duduk, bius yang amat tinggi dosisnya itu segera bekerja.

Mesin pendingin udara yang ada dalam pesawat itu justru mempercepat menyebarnya pengaruh bius itu ke segala pelosok pesawat. Dalam waktu hanya setengah menit, tak seorangpun dalam kabin penumpang yang sadar, kecuali Tongky yang memang telah waspada benar.

Dia veteran perang Vietnam. Karenanya dia mengenal dengan baik cara kerja senjata buatan Amerika itu. Karena itu, begitu dia menekan senter kecilnya untuk memberi isyarat, dia telah menyiapkan diri. Sehelai sapu tangan dia pergunakan menutup mulut dan hidungnya.

Kini ketika semua orang sudah terkulai, dan si Bungsu sendiri terkapar di gang kecil di tengah pesawat itu menindih seorang pembajak. Tongky segera menghidupkan senternya.

Beberapa isyarat, kemudian panglima angkatan perang Mexico dan wakil Panglima Angkatan Darat Amerika yang ada di tower segera bergerak.

Di kokpit, pilot dan pembantunya kaget melihat tentara begitu banyak berlarian ke pesawatnya. Celaka, orang ini ingin meledakkan pesawat dengan ke cerobohan mendekati pesawat, pikir pilot jepang itu. Sebab sampai detik itu dia belum mengetahui apa yang terjadi di pesawatnya. Dia tidak tahu kalau seluruh pembajak, termasuk ketiga pramugarinya. telah tertidur malang melintang, tertidur pulas!

Dia tak tahu karena pintu kearah mereka dikunci oleh pembajak dari luar. Kini yang tertinggal di kokpit hanya dia dan co-pilotnya. Dan mereka berdua pula lah yang selamat dari pembiusan, sebab udara dalam ruangan penumpang tak dapat menembus masuk ke kokpit bila pintu di tutup.

Tongky sendiri hanya bisa bertahan beberapa saat, setelah dia lihat orang berlarian kepesawat, kepalanya mulai goyang. Saputangan nya tak cukup kuat untuk menahan serangan bius yang hebat itu. Dan saat ketika dia akan pulas, dia masih sempat melihat samar-samar pintu pesawat di buka dari luar! kemudian gelap!

Pintu pesawat itu memang dibuka oleh pasukan khusus Amerika dari luar. Mereka telah mahir benar bagaimana caranya membuka pintu pesawat itu dari luar. Begitu masuk, mereka yang sudah memakai masker pelindung itu segera melihat-lihat tubuh-tubuh yang malang melintang.

Dengan cepat mereka menyebar, menurut perhitungan yang telah dibuat di perkirakan para pembajak telah menempati posisi-posisi penting di pesawat. yaitu di bagian depan dekat kokpit pilot, kemudian bagian tengah dekat pintu darurat, kemudian dibahagian belakang.

Estimasi tentara anti teror itu memang benar, di bagian yang disangka itu, pasukan Amerika itu mendapai para pembajak terkapar. Pistol ditangan, granat di pangkuan.

Yang pertama diamankan adalah granat buatan rusia itu, lalu pistol. Kedua benda itu dimasukan ke dalam kantong plastik yang berbeda. Dan tangan para pembajak itu di belenggu. ketika kokpit dibuka, pilot dan co-pilotnya ternganga kaget. Mereka benar-benar menyangka bahwa pesawat mereka selamat berikut seluruh penumpangnya. Para penumpang dibiarkan duduk di kursi masing-masing.

Tubuh si Bungsu yang menindih seorang pembajak segera didudukan, dan pembajak yang terkapar dengan senjata ditangannya segera diamankan.

Para pembajak yang berjumlah tujuh orang itu termasuk Yuanita, Pramugari Al Italian yang cantik itu segera di masukan ke mobil anti peluru yang telah siaga di bawah pesawat. Untuk mengembalikan kesadaran penumpang pasukan khusus itu juga telah memiliki persiapan.

Setelah pasukan pertama yang bertugas mengamankan pesawat dari pembajak dan meneliti kalau-kalau ada bom waktu. dan menyingkir setelah merasa pesawat aman, pasukan berikutnya masuk. Mereka memakai pakaian seperti bahan dari asbes yang tahan api dan memakai masker. Jumlah mereka empat orang, masing-masing membawa tabung, mirip tabung pemadam kebakaran ukuran sedang.

Begitu pilot dan pasukan Amerika yang bertugas pertama meninggalkan pesawat, pintu-pintu pesawat segera ditutup. Kemudian 'Tabung yang mirip tabung pemadam kebakaran' yang ada ditangan mereka segera di semprotkan dan menyemburkan sejenis asap kemerah-merahan. Yang tak lain dari jenis Zat kimia pemusnah bius berdosis tinggi yang tadi terhirup oleh para penumpang.