Chereads / TIKAM SAMURAI / Chapter 148 - Saya Tak Tahu Namanya..

Chapter 148 - Saya Tak Tahu Namanya..

Keempat petugas itu, satu di belakang, dua ditengah dan satu didepan, menyemprot pesawat sampai isi tabung mereka habis, kemudian mereka sendiri mengambil tempat duduk di kursi yang masih kosong. Lalu menanti! asap kemerah-merahan itu jika berbaur dengan udara luar akan berubah menjadi racun yang mematikan. itulah mengapa sebelum menyemprot tadi, jendela yang pecah ditembak pembajak tadi, ditutup dengan rapat oleh seorang ahli solder kaca.

Satu jam berlalu, komandan pasukan kecil penyemprot tadi melihat jam tangan nya yang ada alat detektornya. jarum jam itu mirip dengan jarum amper mobil, bergerak kekiri atau kekanan. Kini jarumnya berada di posisi nol sebalah kiri artinya keadaan telah aman. dia memberi isyarat pada ketiga anggotanya dengan mengacungkan jempol keatas. Ketiga anggota nya mengangguk dan berdiri. Masing-masing menuju kepintu darurat yang ada didepan dan dikanan kiri pesawat itu, serentak mereka membuka pintu itu, Segera udara dari luar masuk kepesawat itu! yang duduk didekat pintu itu segera sadar lebih awal, Begitulah proses penyadaran dari senjata kimia dalam bentuk bius yang tak banyak negara mengenalnya di dunia.

Pasukan yang memakai masker tadi sudah tidak ada lagi disana, mereka telah digantikan pasukan ketiga yang berpakaian sipil, kelihatan ramah dan rapi. Begitu penumpang terheran-heran melihat pesawat terbuka, melihat teman-temannya seperti bangun daritidur. di depan sana pilot dan pembantunya yang tadi segera diamankan, kelihatan dengan senyum yang lebar. Pilot itu bicara, didampingi seorang amerika yang tak lain adalah menteri Luar negeri.

"Tuan-tuan dan Nyonya-nyonya, kami mohon maaf. tadi telah terjadi sedikit gangguan dalam penerbangan ini, tapi kini semuanya telah berlalu. Kita, seperti yang anda lihat, tak kurang satu apapun jua, kita akan melanjutkan penerbangan kita ketempat tujuan…"

Para penumpang masih terheran-heran. Menteri Luar Negeri Amerika dan si Duta Besar maju, menyalami Menteri Muda Amerika yang baru siuman. Mengguncang tangannya erat-erat, lalu bicara kepada penompang:

''Atas nama Pemerintah Amerika, atas nama Presiden Kennedy, kami menyampaikan maaf yang besar atas peristiwa ini. Tuan-tuan mendapat gangguan dalam perjalanan karena adanya Menteri Muda kami di pesawat ini, yang ingin mereka jadikan sandera. Kini, sebagaimana disampaikan pilot ini, semuanya telah berlalu. Sebagai tanda terima kasih atas ketabahan Anda semua, kami akan mengantarkan Anda ke kota tujuan masing-masing.

Kami akan antarkan dengan pesawat terbang khusus ke kota terkecil yang jadi tujuan Anda.. Dan pada tuan yang duduk di belakang sana.. kami ingin bicara secara khusus..''

Menteri Luar Negeri Amerika itu menatap pada Tongky yang sudah sadar sejak tadi dan tetap duduk diam di tempatnya.

Demikianlah berakhirnya drama pembajakan itu. Tongky yang diminta untuk bicara khusus dengan menteri itu menolak dengan halus. Dia hanya minta antarkan bersama si Bungsu untuk diterbangkan ke Dallas, kota tujuan mereka dan dengan satu syarat, kehadiran mereka tidak dipublisir oleh koran yang saat ini jelas saja mendapatkan berita yang luar biasa hebat dan heroiknya.

Menteri Luar Negeri Amerika itu terpaksa menerima penolakan Tongky. Dan hanya dalam waktu setengah jam sejak mereka mengetahui nama Tongky lewat daftar penumpang, mereka telah tahu sejarah hidup veteran perang Vietnam itu. Mereka tahu, Negro warganegara Inggeris itu adalah seorang sersan mayor dalam pasukan Baret Hijau Inggeris yang terkenal. Yang beberapa kali menyelamatkan regu pasukan Amerika yang terjebak oleh tentara Viet Cong dalam perang Vietnam.

Mereka juga mengetahui, sersan itu kini berdomisili di Singapura. Bersama mantan Kapten Fabian sebagai komandannya, juga dari pasukan Green Barret. Diketahui, bahwa mereka di kota Singa itu menghimpun semacam kelompok yang terdiri dari bekas pasukan Baret Hijau Inggeris terkenal itu.

Dalam waktu yang juga tak sampai setengah jam, lewat Washington DC, mereka mengetahui latar belakang kehidupan kawan Tongky yang bernama si Bungsu. Mereka punya fail tentang anak muda itu, dimulai dari zaman Jepang di Sumatera Barat.

Tentara Amerika yang merupakan bahagian dari tentara Sekutu telah menyebar mata-mata jauh sebelum sekutu masuk ke Indonesia. Dari mata-mata inilah diserap informasi, bahwa ada seorang anak muda bernama si Bungsu, yang dengan samurainya membabat tentara Jepang.

Kemudian fail, data tentang diri anak muda itu kini lengkap tatkala masuk berita dari Tokyo dan Nagasaki, Jepang. Saat itu yang jadi Presiden Amerika adalah Eisinhower. Dan di Jepang tentara Amerika suatu malam bahagian utara Tokyo, disebuah daerah bernama Asakusa disebuah penginapan mesum, mereka kehilangan dua orang tentara yang mati dibacok samurai.

Kemudian, berbulan-bulan setelah itu, diketahui bahwa yang membabat perwira dan bintara Amerika itu adalah seorang anak muda berkebangsaan Indonesia, bernama si Bungsu! Data tentang dirinya telah dikirim ke Washington lewat mata-mata yang warga Indonesia atau Jepang.

Ketika anak muda ini diadili di Tokyo, penduduk kota itu jadi heboh dan memprotes. Soalnya anak muda itu membunuh kedua tentara Amerika karena akan memperkosa gadis Jepang yang bernama Michiko! Rasa harga diri dan rasa terima kasih Bangsa Jepang jadi meledak begitu mengetahui pemuda yang membela gadis Jepang itu diadili dan bisa diancam hukuman tembak!

Akhirnya pihak Departemen Keamanan Amerika yang terkenal dengan sebutan Pentagon itu, mengirim surat perintah kepada Panglima Pendudukan Amerika di Jepang, agar perkara anak muda itu dideponir saja. Di petieskan. Anak muda itu diusahakan bebas tetapi harus meninggalkan kota Tokyo tanpa publisitas. Sebab betapapun jua, Amerika tak mau kehilangan muka, membebaskan begitu saja orang yang membunuh dua orang tentaranya!

Dan anak muda itu dibebaskan. Kemudian ternyata dia menuju ke Kyoto, ke kota tua dimana dia mencari musuh besarnya, Saburo Matsuyama! Semua data itu dikirim ke Washington oleh CIA. Dan kini, baik orang CIA maupun Menteri Luar Negeri Amerika itu bertemu langsung dengan kedua orang tersebut.

Tentang pesawat Pan American yang di'sopiri' oleh Kolonel Maxmillan begitu mendapat kabar bahwa pembajakan telah berakhir, segera membelokan pesawatnya kembali menuju Tahiti di Laut Teduh.

Tak kurang dari Presiden Kennedy mengucapkan terima kasihnya kepada Kolonel Maxmillan itu lewat radio. Mula-mula radio itu dari tower di lapangan udara Mexico. Maxmillan membuat hubungan.

"Yap, Pan American di sini…"katanya.

"Mister, Anda telah menolong kami semua di lapangan udara ini keluar dari kemelut yang amat besar. Kami menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya…" Maxmillan tak menjawab.

"Ada seseorang yang ingin bicara dengan anda di radio…"

"Yap, silahkan masuk…" katanya membalas dengan datar.

Dan suara yang dipersilahkan masuk itu terdengar di radio pesawatnya yang tengah terbang ke Tahiti.

"Kolonel Maxmillan…"

"Yap…"

"Ini Washington DC…"

"Yap…Ada yang bisa saya bantu untuk Tuan?"

"Anda justru baru saja telah membantu kami. Saya atas nama seluruh rakyat Amerika, dan atas nama pribadi, Jhon F Kennedy, menyampaikan penghargaan yang besar atas bantuan anda tadi…"

Kali ini Maxmillan memang terkejut, tatkala mengetahui bahwa yang tengah berbicara langsung dengannya dari Washington DC adalah Presiden Jhon F. Kennedy, presidennya sendiri.

"Oh maaf Tuan Presiden, saya tak menyangka anda akan menghubungi saya langsung…"

"Saya bangga dapat berbicara langsung dengan anda Kolonel. Bantuan anda telah menyelamatkan lebih seratus nyawa…"

"Ah, saya tak membantu apa-apa, Tuan Presiden. Saya hanya menipu pembajak itu dari pesawat saya.."

"Tak semua orang bisa melakukan apa yang anda lakukan kolonel. Tipuan yang anda lakukan adalah tipuan yang penuh perikemanusiaan. dan akan di ingat bangsa Amerika dalam jangka waktu yang lama. Kalau saya boleh tahu, apakah anda yang tadi bicara bahasa Kuba, yang mengaku sebagai kolonel Yoseph Maxmillan itu..?"

"Benar, Tuan Presiden…"

"Ah, anda telah berhasil menipu tidak hanya para pembajak itu, kolonel. Anda juga berhasil memperbodoh pembantu-pembantu saya, orang FBI dan CIA yang mengaku terkenal hebat itu…"

"Maafkan, saya tidak bermaksud demikian, presiden…"

"Tidak usah minta maaf, saya amat bahagia hari ini. Saya mengundang anda datang ke Gedung Putih begitu anda kembali dari tugas anda…"

Maxmillan tak segera dapat mendapat menjawab undangan itu. Undangan seorang presiden merupakan hal yang tak lazim. Hanya orang-orang tertentu yang mendapat undangan demikian. Dan kini, Maxmillan, veteran perang dunia II itu mendapat kehormatan tersebut. Namun Maxmillan seperti halnya banyak orang amerika lainnya, yang tak suka popularitas dan berhati jujur, menganggap bahwa kehormatan itu belum pantas untuknya. Dengan rendah hati dia menjawab.

"Terima kasih atas undangan anda, Presiden. Saya yakin, saya merupakan sedikit dari puluhan juta rakyat Amerika, yang amat bangga atas undangan anda. Namun, saya mohon maaf, dari Tahiti saya harus menjenguk ibu saya yang kini dirawat di sebuah rumah sakit…"

"Sampaikan salam saya pada ibu anda tuan…"

"Akan saya sampaikan, Tuan Presiden. Dan saya yakin adalah sesuatu yang amat membanggakannya mendapat kiriman salam dari Tuan…"

"Baiklah, kelak kalau anda punya waktu, anda bisa menelpon saya langsung di GedungPutih. Dan saya yakin merupakan hari yang membanggakan bagi saya kelak bila bertemu dengan anda…"

"Terimakasih tuan Presiden…"

Dan hubungan radio itupun berakhir, pesawat yang dia kemudikan membelah udara amerika memasuki wilayah lautan Pasifik. Sementara itu di Mexico City, seluruh aparat yang terlibat dalam penyelesaian pembajakan itu bergerak dengan cepat.

Ketujuh pembajak segera di bawa oleh Angkatan Udara Amerika, ke suatu tempat di Amerika Serikat, yang seorang pun tidak tahu tujuannya, selain pimpinan tertinggi negara itu saja. Para Sandera yang dibebaskan itu, sesuai dengan janji Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, segera di terbangkan dengan pesawat carteran ketempat mereka masing-masing. Dikota di mana mereka turun, pengawalan di lakukan dengan ketat, tetapi tidak menyolok.

Dalam perjalanan menuju kota masing-masing, beberapa petugas yang menyertai para sandera itu meminta pada mereka untuk tidak memberikan keterangan pers kepada para wartawan. Himbauan itu disampaikan demi keselamatan para sandera itu sendiri.

"Kita tidak bisa mengawasi semua orang di negeri kita ini untuk melindungi anda…"ujar petugas FBI itu di dalam pesawat,

"Letaklah(anggaplah) kita bisa mengawasi orang-orang asing yang dicurigai, tapi bagaimana kalau misalnya yang akan mencelakai anda adalah orang Amerika yang tak kita curigai sedikitpun? Harap anda ketahui, sungguh sukar bagi kita untuk mengawasi yang mana orang Amerika yang pro-Komunis dan mana yang tidak…"

Para bekas sandera itu memang lebih suka berdiam diri dari pada harus di ancam marabahaya. Itulah sebabnya kenapa masing-masing, mereka umumnya berdiam diri saja ketika dikerubuti para wartawan untuk mendapatkan cerita dari drama pembajakan yang amat menegangkan itu.

Saat para pembajak akan di naikan kepesawat, gadis Pramugari yang jadi pimpinannya tiba-tiba mengajukan permintaan.

"Saya ingin mengajukan sebuah permintaan…"katanya ketika dia akan dipindahkan dari mobil tahan peluru kepesawat khusus Angkatan Udara Amerika yang telah menanti.

Direktur CIA yang menyertai mereka mengangguk menyetujui permintaan untuk mendengarkan permintaan gadis itu.

"Saya ingin bertemu dengan salah seorang dari penumpang pesawat itu tadi.."

"Salah satu dari yang anda sandera itu?"

"Benar…"

Direktur CIA itu saling pandang dengan petugas keamanan.

''Jangan khawatir. Dia bukan bahagian dari kami. Dia benar-benar seorang penumpang biasa. Seorang lelaki. Saya harap Anda bisa mengerti..''

Dan tiba-tiba saja Direktur CIA itu menjadi maklum. Dia punya seorang anak gadis yang sebaya dengan pramugari cantik ini. Gadisnya itu seorang yang manja.

''Baik, Anda bisa sebutkan namanya. Tapi kami hanya bisa memberi waktu lima menit. Tak lebih''

''Terimakasih. Saya justru hanya butuh waktu setengah menit..''

''Nona, bisa sebutkan namanya, agar kami bawa dia kemari..''

''Saya tak tahu namanya..''

Direktur CIA itu tertegun heran.