''Tuhanku, mereka adalah orang-orang gila..'' ucapan ini keluar dari mulut Menteri Luar Negeri Amerika Serikat yang ada di tower, yang sejak tadi terdiam menyaksikan tragedi itu.
Jelas yang dia maksud sebagai orang gila adalah para pembajak itu. Lewat teropong di tangannya, seorang petugas tower mengetahui, bahwa tembakan itu dilepaskan dari balik kaca dekat pintu tengah.
Artinya, tembakan itu dilakukan dari dalam pesawat. Pelurunya terlebih dahulu memecah kaca yang dua lapis itu, kemudian menghantam mobil tangki.
Tiba-tiba ada suara di radio menara kontrol.
''Ya, menara kontrol..'' jawab petugas.
Semua yang ada di ruang menara itu mendengarkan dengan diam. Jumlah mereka sekitar dua belas orang. Menteri Luar Negeri Amerika, Panglima Angkatan Darat Amerika, Direktur CIA, dua orang pasukan khusus Amerika, Panglima Angkatan Darat Mexico, Panglima Angkatan Udara Mexico serta petugas-petugas menara.
''Menara kontrol…?'' terdengar suara wanita di radio.
''Ya, menara kontrol''
''Dengarkan baik-baik, kami tahu Anda tidak sendirian di sana, pasti ada wakil pemerintah Anda, ada wakil pemerintah Amerika Serikat. Kami tahu itu. Nah, kami ingin bicara dengan orang Amerika itu…''
Petugas tower memberikan radio tersebut kepada Menteri Luar Negeri Amerika Serikat. Menteri itu mengambil mik, dan bicara:
''Saya wakil pemerintah Amerika Serikat''
''Terangkan nama dan jabatan Anda''
Menteri Luar Negeri itu segera menjelaskan nama dan jabatannya secara terus terang.
''Baiklah, Tuan Menteri. Tembakan terhadap mobil tangki itu sebuah peringatan bagi Anda..''
''Anda berlaku brutal dengan membunuh petugas lapangan Mexico yang tak berdosa..''
''Kami tak usah Anda bohongi, Tuan Menteri. Kami tahu, diantara petugas Mexico itu ada orang orang-orang Amerika. Atau barangkali semua mereka adalah tentara Amerika yang menyamar dan menggantikan tugas orang-orang Mexico. Kami ingin mengingatkan Tuan dan pemerintah Tuan, tak ada seorangpun yang boleh mendekati pesawat ini, tidak petugas Mexico, apalagi petugas Tuan. Jika ada yang mendekat, tak peduli apapun kendaraanya, jika tidak seizin kami, akan kami ledakkan. Jika kendaraan itu tak bisa kami ledakkan, maka kami akan meledakkan pesawat ini. Kami hanya akan bicara dengan Tuan jika sudah ada berita tentang tuntutan kami..''
Kemudian hubungan radio itu diputuskan. Menteri Luar Negeri itu betukar pandang dengan teman-temannya.
Sepi.
''Bahan makanan yang ada di pesawat itu untuk berapa lama?'' tanyanya pelan.
Direktur CIA yang tegak di sisinya, yang telah menghubungi lapangan udara Singapura, Hongkong dan Honolulu, yaitu pelabuhan-pelabuhan yang telah dilalui pesawat JAL itu, segera melaporkan:
''Mereka punya bahan makanan untuk dua hari. Yaitu terdiri dari snack dan steak, juga ada minuman ringan, kopi dan teh. Makanan itu diperkirakan telah mereka makan ketika menembus perbatasan siang dan malam menjelang Honolulu, dan kemudian memakannya lagi antara penerbangan Honolulu dan Mexico. Jika semua penumpang makan dan minum jatah mereka, maka makanan dan minuman itu masih tersisa untuk sekali makan lagi.
Tetapi menurut dugaan, sebahagian besar diantara penumpang tak menghabiskan jatahnya, atau tak mengambilnya sama sekali. Barangkali selera makan mereka lenyap karena takut. Itu berarti mereka memiliki cadangan makanan yang lebih banyak…"
Menteri Luar Negeri itu terdiam. Laporan itu berarti menghilangkan harapan mereka untuk mendekati pesawat itu dengan alasan mengantarkan bahan makanan. Mereka di pesawat mempunyai cukup makanan!
Menteri Luar Negeri itu menyuruh hubungi mereka yang di pesawat. Petugas menara menghidupkan kontak. Sekali. Dua kali. Sepi. Dicoba lagi. Sekali. Dua kali. Lalu…
''Ya..!''
''Nona Yuanita, saya ingin bicara''
''Apakah sudah ada kepastian tentang teman-teman kami yang di Alcatras?''
''Ya. Kami ingin bicara soal itu, Nona''
''Saya dengarkan''
''Kami mengalami kesulitan untuk mengumpulkan mereka. Mereka terpencar di berbagai penja…''
''Tuan menteri, kami sebenarnya dengan mudah membunuh Tuan dan seluruh orang yang ada di dekat Tuan, sekarang. Kami tak suka omong kosong Tuan sebentar ini. Kami sudah mengatakan bahwa tahanan yang kami maksudkan ada di Alcatras. Kami telah memberi pemerintah Tuan waktu yang cukup untuk membawa mereka kemari. Masih ada waktu dua jam lagi. Kami akan menanti…'''
"Nona…"
"Kami ingin buktikan, bahwa kami tidak omong kosong dengan ucapan saya tadi bahwa kami bisa membunuh Tuan dan semua yang ada di sekitar Tuan…"
Sebelum menteri itu sadar apa yang dimaksud gadis yang di pesawat itu, tiba-tiba saja kaca tower itu hancur berderai! Dan sebuah peluru menghantam jam di bahagian belakang,dekat kepala menteri itu.
Menteri itu kaget bukan main. Begitu juga semua yang hadir disana. Mereka segera menyadari dari jendela pesawat di mana tadi pembajak itu menembak mobil tangki, bisa di tarik lurus ke menara ini.
Jarak menara dari pesawat itu ada sekitar 700 meter. Dan jarak itu merupakan jarak tembak sebuah senapan otomatis mutakhir buatan Rusia, Amerika atau Inggris. Penembak di pesawat itu nampaknya hanya memutar tegaknya saja untuk menembak kearah menara kontrol.
Kalau tadi ketika menembak mobil tangki itu dia menghadap kearah belakang pesawat. Kini untuk menembak kearah menara dia menghadap kedepan. Untuk mengetahui isi menara, mereka cukup memakai teropong. Nampaknya mereka memang dilengkapi peralatan yang komplit.
Panglima Angkatan darat Mexico geleng-geleng kepala. Dia memang sudah memerintahkan mempersiapkan angkatan darat di sekitar bandara. Di sekitar lapangan itu kini, terlindung dengan berbagai kamusflase, berjaga lebih dari sepuluh tank dan sepuluh panser.
Namun apa yang harus diperbuat pasukan itu kalau yang ada di pesawat adalah teroris gila? Barangkali memang mereka tidak bisa meledakan tank atau panser disaat kendaraan itu mendekati pesawat. Namun sesuai dengan ancamannya, mereka bisa meledakan pesawat itu berikut dengan isinya.
"Sudah berlalu setengah jam.." Kata menteri Luar Negri Amerika pelan.
Semua seperti dikomando melihat kearah jam tangan masing masing Kemudian saling bertukar pandangan. Kemudian kembali memandang ke pesawat Japan Air Lines di kejauhan sana.
"Coba hubungi lagi kembali pesawat itu…" ujar Menteri Luar Negeri tersebut.
Petugas tower itu segera membuka hubungan radionya. Kemudian memanggil-manggil tetapi tidak ada sahutan dari seberang sana.
"Mereka tidak menjawab Tuan menteri…"
"Apakah anda bisa membuka saluran satu arah. sehingga pembicaraan saya bisa di dengar mereka, meski tanpa mereka membuka saluran Radionya?"
Petugas itu memandang atasan nya dan atasan nya menjawab.
"Bisa, kita bisa memakai jalur darurat. Yaitu mengadakan hubungan dengan radio kabin. Hanya seluruh pembicaraan anda akan didengar oleh semua penumpang, Jalur ini dilarang dipakai tetapi dalam situasi begini, kalau tuan ingin memanfaatkanya akan kami hubungkan…"
Menteri Luar Negeri Amerika itu menatap Panglima Angkatan Darat Mexico yang tegak disisinya. Dia seorang lelaki berkulit tembaga, agak pendek dan gemuk dengan cerutu yang tak lepas dari sela bibirnya. Panglima Angkatan darat ini menatap ke lapangan. Dia terkejut ketika menteri luar negeri itu bicara di sampingnya.
"Jika tuan mengizinkan saya memakai jalur itu, Panglima…"
"Oh..Boleh, boleh ! segala jalur boleh anda pakai tuan Menteri…"
Panglima itu mengangguk kearah Komandan Tower yang juga seorng tentara berpangkat Kolonel. dan Komandan tower itu juga mengangguk kearah anak buahnya,yang kemudian menekan sebuah tombol merah. Terdengar suara berdengung lemah.
"Anda bisa bicara kini, Tuan menteri…"Menteri Luar Negeri itu meraih mik yang disodorkan petugas tower itu.
"Nona Yuanita, dan anda yang mengatas namakan perjuangan Komunisme Internasional di pesawat Japan Air Lines, saya menteri luar negeri Amerika Serikat, yang diberi kuasa penuh berunding dengan anda. Kami tahu, Anda menguasai keadaan secara total. Tuntutan Anda akan kami penuhi, Presiden Kennedy tengah memerintahkan tawanan politik yang ada di Al Catras itu menuju kemari dengan pesawat khusus, sesuai dengan permintaan anda.
Cuma waktunya barangkali tak bisa persis dua jam sejak Anda menuntut tadi, kiranya Anda bisa mengerti, kami harapkan perpanjangan waktu. Dan.. kami harapkan Anda membolehkan petugas lapangan Mexico untuk menjemput tiga mayat penumpang yang ada dalam pesawat, demi perikemanusiaan..''
Sepi. Tak ada jawaban. Mereka yang ada di tower itu, yang umumnya pejabat tinggi Amerika dan Mexico, pada bertukar pandangan.
Menteri Luar Negeri Amerika itu sudah berniat untuk bicara lagi, ketika tiba-tiba terdengar suara perempuan:
''Saya harap Anda tak omong kosong, Tuan Menteri. Untuk membuktikannya, mulai detik ini, kami akan memonitor pesawat yang bertolak menuju Mexico. Kami akan hubungi pesawat itu langsung dari pesawat ini. Dan tak seorangpun yang boleh kemari mengambil mayat atau urusan apapun, sebelum kami meninggalkan pesawat ini..''
Kembali sepi. Kali ini Menteri Luar Negeri Amerika itu benar-benar berpeluh dingin. Itulah sesuatu yang tak terpikirkan olehnya.
Bahwa setiap pesawat yang terbang di udara bisa saling mengadakan kontak dengan pesawat manapun jua, baik yang di udara maupun yang di darat, dalam radius ratusan kilometer.
Artinya, mereka yang di pesawat JAL itu akan segera mengetahui, apakah Menteri Luar Negeri itu berbohong atau tidak! Mereka jadi tegang. Perlahan rasa putus asa untuk menyelamatkan isi pesawat itu mulai muncul. Memang takkan ada sebuah pesawatpun yang akan menerbangkan tahanan dari Alcatras! Tak ada sama sekali!
Dan sebentar lagi, jika tak sebuah pun pesawat yang … pikiran mereka tentang itu segera terputus, ketika dari pesawat JAL itu terdengar suara pilot, suara dalam aksen Jepang, memanggil seluruh pesawat yang melintasi daratan Amerika Serikat yang tengah terbang menuju Mexico, meminta konfirmasi nomor penerbangan, jenis pesawat, muatan dan identitas lainnya.
Sepi! Tak ada yang menjawab panggilan pesawat yang dibajak itu. Tapi akhirnya pesawat JAL itu mendapat kontak dengan tiga buah pesawat yang menuju Mexico. Mereka melihatnya lewat layar radar, dan ketiga pesawat itu muncul di layar radar yang ada di tower dimana para pembesar itu berada. Dua di antaranya adalah pesawat Mexico sendiri. Yang satu lagi pesawat penumpang biasa. Kemudian yang satu lagi adalah pesawat Angkatan Udara Uruguay yang mengadakan patroli.
Sepi!
Ternyata gadis yang memimpin pembajakan ini memang seorang yang telah terlatih benar. Dipilih dari deretan pramugari senior. Yang mengetahui tidak hanya soal menggunakan senjata, tetapi juga soal navigasi. Masalah penerbangan lengkap dengan hubungan radionya. Para pembajak ini bukan pembajak kelas teri!
Kali ini ketegangan benar-benar mencekam dalam tower itu. Dari radio yang terbuka salurannya mereka tahu bahwa pembajak di pesawat JAL itu mengadakan kontak terus menerus dengan tiap pesawat yang terlihat dalam radar mereka. Menteri Luar Negeri Amerika itu benar-benar mati kutu. Para pembajak pasti segera mengetahui bahwa tak sebuahpun pesawat yang diterbangkan dari New York, atau dari manapun di Amerika sana ke arah Mexico ini membawa tahanan yang minta dibebaskan itu. Ketegangan itu terganggu seketika, saat ada sahutan di radio. Ada percakapan.
''Jelaskan kembali identitas Anda dan muatan yang Anda bawa. Ganti!'' suara itu adalah suara si gadis pramugari, pimpinan pembajak!
Semua mata memandang ke radar di tower itu. Sebuah radar besar buatan Jerman Barat. Dari arah utara, diantara beberapa titik, kelihatan sebuah titik menuju ke selatan.
Nampaknya dengan pesawat itulah pembajak tadi mengadakan kontak. Pesawat yang dalam penerbangan itu menjawab dengan menjelaskan identitasnya, kemudian menyambung:
''Kami dari New York. Membawa sejumlah tahanan politik Cuba ke Mexico. Harap bersiap menanti kami, ganti!''
Penjelasan itu diulangi sampai dua kali. Sepi. Duta Besar Amerika di Tower itu saling bertukar pandang dengan Direktur CIA. Mereka sama-sama bingung, benarkah pesawat itu membawa para tawanan? Dia memberi isyarat pada operator untuk memastikan hubungan.
Operator menekan sebuah tombol. Dan memberi isyarat bahwa hubungan telah putus dengan pesawat itu.
''Ada perubahan?'' tanya Menteri Luar Negeri itu kepada Direktur CIA. Orang yang ditanya menggeleng kepala.
''Tak ada perubahan, Tuan Menteri. Semua masih tetap seperti yang digariskan Presiden. Saya kira ini suatu kesalahan..''
''Apakah saat kita berada di sini Presiden merubah keputusan untuk memenuhi tuntutan para pembajak?''