''Tidak, Tuan Menteri. Telpon itu..'' dia menunjuk ke sebuah telepon hitam di sudut ruangan, "adalah telepon yang telah diblokir hanya untuk pembicaraan antara tempat ini dengan Gedung Putih di Washington. Artinya, kalau ada perubahan, Presiden tentu akan memberi tahu kemari lewat pembantunya. Begitu aturan permainan yang telah sama-sama kita sepakati."
Menteri Luar Negeri itu mengangguk. Ya, semua yang dijelaskan oleh Direktur CIA barusan memang seperti apa yang dia ketahui. Lalu pesawat mana yang mengaku membawa para tahanan itu?
''Coba hubungi Washington. Cek penerbangan dengan pesawat yang mengaku membawa tawanan itu..''
Dan seperti diingatkan pada sesuatu, direktur CIA itu menyokong pendapat menteri tersebut. Ya, kenapa mereka tak ingat untuk mencek identitas pesawat itu? Direktur CIA itu segera mengangkat telepon dan segera pula mendapat hubungan dengan Presiden Kennedy.
''Ya, kami juga mengikuti percakapan dari pesawat itu..'' jawab Presiden.
Panglima Angkatan Darat Mexico bertubuh gemuk dan masih tetap menggigit-gigit ujung cerutunya itu mau tak mau mengakui betapa cepatnya orang Amerika ini bertindak. Dari telepon seberang sana kembali terdengar suara Presiden Kennedy:
''Untuk Anda ketahui, pesawat yang mengaku sebagai pembawa tahanan itu adalah pesawat penumpang biasa. Segala identitas yang dia sebutkan kepada para pembajak, adalah benar. Penerbangnya adalah bekas pilot angkatan laut di Pacific. Bernama Maxmillan, terakhir berpangkal kolonel. Nampaknya dia mendengar panggilan yang dilakukan para pembajak. Dan memutuskan sendiri untuk mengikuti panggilan itu. Mengakui dirinya sebagai pesawat yang membawa para pembajak. Pesawat yang dia bawa adalah Boeing dan mengangkut enam puluh wisatawan menuju Tahiti. Dia tiba-tiba merubah arah, menuju ke Mexico dan membawa serta para penumpangnya. Kami belum mengetahui rencananya lebih lanjut..''
Direktur CIA itu memberitahu isi percakapan teleponnya dengan Presiden itu kepada Menteri Luar Negerinya. Mereka membuka lagi saluran pembicaraan dengan pesawat pembajak itu. Dan saat itu, si pembajak tengah mengadakan hubungan dengan pesawat yang mengaku sebagai pembawa para sandera tersebut.
''Berapa jam lagi Anda akan sampai..''
''Anda bisa mengikuti penerbangan kami terus menerus. Dalam waktu kurang dari satu setengah jam Anda sudah bisa bertemu dengan teman-teman Anda…''
''Kami ingin bicara dengan salah seorang dari tawanan yang Anda bawa itu..'' ucapan gadis pimpinan pembajak itu membuat denyut jantung semua orang yang berada di tower itu seperti terhenti seketika.
Tidak hanya mereka, Presiden Kennedy sendiri bersama para menterinya yang mengikuti pembicaraan itu lewat radio yang dipasang di Gedung Putih oleh NASA, pada tertegun kaget. Habislah usaha itu semua! Kebohongan Maxmillan, pilot pesawat Boeing itu, segera akan ketahuan. Di dalam pesawatnya tak seorangpun yang berasal dari Cuba.
Pihak FBI yang membawahi penyidikan dalam negeri telah memeriksa manifes penumpang di PAN American. Dari nama-nama penumpang diketahui tak seorangpun berasal dari Cuba.
Mereka yang di Gedung Putih, serta mereka yang ada di tower di lapangan udara Mexico, menanti detik-detik berlalu dengan jantung seakan meledak. Apa jalan keluar bagi pilot itu?
''Kami akan usahakan salah seorang diantara mereka untuk bicara kemari..'' jawab si pilot.
Sepi.
Presiden Kennedy bertatapan dengan para menterinya. Gila! Pilot itu sudah gila. Siapa yang akan dia suruh bicara dengan para pembajak? Tiba-tiba terdengar suara di radio, suara pilot yang bernama Maxmillan itu:
''Nona, apakah Anda meminta seseorang yang ditentukan namanya?''
Sepi. Kemudian gadis itu menjawab:
''Tidak, pokoknya salah seorang perwira. Ingat, kami ingin salah seorang perwira..''
''Baik, saya akan perintahkan co pilot saya untuk memanggilnya..''
Sepi! Sepi yang menegangkan. Apa yang akan dibuat pilot yang tengah membawa wisatawan yang rata-rata berusia tua menuju Tahiti itu? Siapa yang akan dia panggil? Dan tiba-tiba suara di radio:
''Nona, ini orang yang Anda kehendaki..''
Sepi. Kemudian terdengar suara gadis itu dalam bahasa Cuba yang sulit dimengerti orang lain. Selama gadis itu bicara di radio, semua pembesar Amerika yang mendengarkan, baik yang di Washington maupun yang di lapangan udara Mexico, terpaksa menahan nafas saking tegangnya.
Gadis itu meminta identitas 'perwira' Cuba tersebut. Dan tiba-tiba suara lelaki di radio menjawab pertanyaan gadis itu, ucapannya dalam bahasa Cuba terdengar berat, sendat dan tertahan-tahan:
''Maaf, saya tak tahu siapa Anda. Untuk apa Anda ingin bicara dengan saya..''
Semua orang di tower dan di Gedung Putih saling pandang. Ternyata ada orang Cuba di pesawat itu!
Tapi, apakah sebenarnya yang terjadi di pesawat PAN American itu? Kenapa tiba-tiba saja dia mengaku bahwa pesawatnya itu membawa para tahanan dari Alcatras? Dan siapa pula tahanan yang bicara dalam bahasa Cuba spesifik itu yang mengaku sebagai salah seorang perwira Cuba yang ditahan di Alcatras?
Maxmillan adalah pilot senior dari Angkatan Laut. Dia berhenti dari angkatan laut untuk menjadi penerbang di PAN American. Dia, sebagaimana umumnya orang Amerika, telah mengetahui pembajakan yang berlangsung itu lewat siaran televisi. Mereka juga mengetahui bahwa pesawat yang dibajak itu tengah menuju Mexico. Maxmillan semula tak tertarik sama sekali. Dia menaiki pesawatnya menuju Tahiti, untuk kemudian besok kembali lagi lewat San Fransisco.
Dia tengah menuju San Fransisco ketika dia dengar panggilan pembajak itu di radionya. Seluruh pesawat yang terbang dengan ketinggian tertentu memang bisa saling berhubungan dalam jarak tertentu pula. Tergantung tinggi rendahnya frekuensi radio yang dipergunakan.
Ketika pertama kali dia mendengar panggilan itu, dia tak peduli sama sekali. Copilotnya tetap memonitor percakapan di radio. Copilot itu sudah mematikan radio, setelah beberapa saat mendengarkan, ketika tiba-tiba sesuatu menyelinap dalam hati pilot veteran angkatan laut tersebut.
''Hidupkan kembali radio..'' ujarnya.
Copilot membuka hubungan kembali. Kembali ada panggilan, dan pilot itu menjawab. Copilot yang kaget dia isyaratkan untuk diam, dan agar segera menutup pintu dari cokpit ke kabin yang terbuka. Dia juga memberi isyarat pada copilotnya untuk memberi brifing singkat di ruang rapat kecil yang terletak persis di belakang ruang kemudi.
Copilot PAN American itu juga seorang veteran perang. Hanya bedanya, kalau Maxmillan adalah veteran dari Perang Dunia II, maka copilotnya veteran perang Vietnam. Kini dia tahu, Maxmillan yang bekas kolonel itu akan melakukan semacam avonturir. Dia lalu memberi brifing kepada para pramugari. Kemudian kembali duduk di sebelah pilot. Sementara ketiga pramugari yang bertugas di pesawat itu kembali ke ruang penumpang dengan sikap yang tenang dan senyum seperti biasa menghias bibir mereka.
Tiba-tiba panggilan pembajak itu kembali bergema di radio. Kapten Pilot tersebut segera meraih alat kecil dekat mulutnya, dan bicara menyahuti panggilan. Pembicaraan mereka yang pertama itu, pengakuan si pilot dapat didengar di tower dan di Washington.
Ketegangan di Washington ataupun di tower lapangan udara Mexico tatkala pembajak meminta bicara dengan salah seorang perwira yang diakui tengah dibawa oleh pesawat itu, ternyata tak terjadi di pesawat Maxmillan.
Captain Pilot Maxmillan ternyata telah memperhitungkan kemungkinan itu secermat mungkin. Dia ternyata menyanggupi dan akan memanggilkan perwira itu. Dan baik Washington, maupun di tower lapangan udara Mexico, yang sejak semula memang telah disediakan penterjemah bahasa Cuba, segera dapat mendengar pembicaraan antara 'perwira Cuba' yang di pesawat dengan pembajak di Mexico.
Di Gedung Putih, Kennedy maupun Menteri Luar Negerinya yang ada di Mexico kaget karena ternyata di dalam pesawat itu ada orang Cuba. Sehingga si pilot dapat memenuhi tuntutan si pembajak. Lalu, ketegangan tentu saja belum berakhir, letaklah si Cuba yang dalam pesawat itu dapat bicara Cuba, namun bagaimana dengan identitas pasukan yang diminta oleh si pembajak? Dan mereka mendengar terus.
Siapa sebenarnya yang menjawab di radio? Apakah benar orang Cuba dan perwira yang ditahan di Alcatras? Jelas tidak, orang Cuba yang menjawab itu tak lain daripada Maxmillan sendiri! Ya, dia adalah kapten pilot pesawat terbang itu sendiri. Baik Kennedy maupun semua orang yang ada di sekitarnya di Gedung Putih itu, ataupun para pejabat di tower lapangan udara, tak tahu bahwa yang bicara itu adalah pilot mereka sendiri. Bahkan copilot yang ada dekat bekas kolonel itu jadi kaget mendengar pimpinannya ngomong cas cis cus mirip orang Cuba.
Bagi Maxmillan, bahasa itu bukan bahasa asing baginya. Sebab bahasa itu adalah bahasanya sendiri. Ya, dia punya darah Cuba lewat garis keturunan ibunya. Empat jenjang di atas ibunya adalah orang Cuba. Nah, neneknya yang Cuba itu kawin dengan orang Amerika, yang akhirnya melahirkan ibunya, kemudian dirinya.
Dimasa kecilnya dia hidup di Pulau Samun, sebuah pulau kecil di teluk Babi, di perairan Cuba. Saat itu rezim Batista baru saja berkuasa. Ayahnya membawa dia dan seluruh keluarganya pindah tatkala Batista dari seorang Presiden yang demokrat berubah menjadi diktator. Mereka menetap di negara bagian Utah. Sampai akhirnya Maxmillan muda melamar jadi penerbang angkatan laut.
Karirnya merangkak dari pangkat paling bawah, untuk kemudian lewat beberapa kali peperangan, lewat beberapa kali tugas belajar, keluar sebagai salah seorang pahlawan perang dari Lautan Pacifik, dia memperoleh pangkat kolonel. Dan minta pensiun meski angkatan laut tengah mengusulkan kenaikan pangkatnya menjadi Jendral.
Namun masa kecilnya dan garis keturunan ibunya yang Cuba, tak pernah dia ceritakan pada siapapun. Di rumah, semasa ibunya masih hidup mereka sering bicara dalam bahasa Cuba.
Adalah agak aneh, betapa CIA maupun FBI, badan intelijen luar negeri dan dalam negeri Amerika, yang tersohor teliti itu, tak mengetahui dan tak punya fail sama sekali tentang perwira menengah senior ini. Yaitu dokumen tentang masa lalunya di Cuba.
Kecerobohan begitu bukannya hal yang aneh terjadi di FBI ataupun CIA. Pada dasarnya mereka memang mengaku badan intelijen yang rapi dan berkuasa. Namun dibanding dengan KGB, badan intelijen Rusia, maka kerapian dan ketelitian CIA atau FBI jauh tercecer.
Apalagi jika ingin dibandingkan dengan GRU, badan intelijen Angkatan Darat Rusia, yang lebih berkuasa daripada KGB, maka FBI dan CIA terbirit-birit di belakang.
Kini Maxmillan tiba-tiba mengingat lagi masa kecilnya. Masa kecil yang pahit. Teringat saat-saat kakaknya diperkosa oleh pasukan Batista yang baru bangkit. Teringat betapa ayahnya,
Maxmillan Sr dikenakan wajib militer, dan dijebloskan ke penjara tatkala menolak wajib militer itu. Teringat Pulau Samun yang subur tapi miskin. Dialah yang bicara, memakai bahasa Cuba, yang sudah berbilang tahun tak dia ucapkan.
Tiba-tiba di radio kembali terdengar suara pramugari yang memimpin pembajakan itu, di Washington serta di tower Bandara Mexico, pembicaraan itu segera diterjemahkan, sehingga semua orang di dua tempat itu segera mengerti.
''Saya ingin penjelasan tentang diri Anda..'' kata gadis itu di radio, ''pangkat, kesatuan, nomor register di pasukan dan kedudukan terakhir Anda sebelum dikirim ke Alcatras''
Kennedy menelan ludah yang tiba-tiba serasa menyumbat tenggorokannya. Demikian pula Direktur CIA yang ada di tower Bandara Mexico. Apa yang akan dijawab orang di pesawat itu?
''Sekali lagi, Nona, saya tak tahu siapa Anda. Saya tak tahu maksud Anda, dan saya tak tahu latar belakang politik Anda..'' pilot itu menjawab dalam bahasa Cuba.
Pramugari yang memimpin pembajakan itu jadi kesal. Dengan menahan marah, dia coba juga menjelaskan situasi saat itu. Bahwa mereka tengah membajak sebuah pesawat JAL yang berisi Menteri Muda bidang Pertahanan Amerika untuk membebaskan si perwira, berikut teman-temannya di Alcatras!
Dijelaskan pula, bahwa waktu tersedia satu setengah jam lagi untuk saling tukar menukar tawanan. Dijelaskannya bahwa di pesawat JAL itu ada tujuh anggotanya, dan kini berada di lapangan udara Mexico.