.
.
.
"Ada temen adek gue yang lagi butuh kerjaan, namanya Adit."
Adit?
Refa bergumam nama itu dalam hati.
Refa sekilas mengalihkan pandangan matanya dari sketsa yang sedang dia buat ke arah Ferdi. "Kalau gitu bawa aja orangnya kemari."
Senyuman Ferdi seharusnya membuatnya yakin, seperti apa orang yang direkomendasikan Ferdi. Ferdi adalah sahabatnya sejak sekolah SMA-nya dulu, jadi setidaknya Refa sudah mengenal betul sifat Ferdi.
Adit dalam bayangan Refa adalah seorang cowok. Tapi apa yang dilihatnya sekarang.
Pandangan mata Refaleo naik turun memperhatikan sosok di depannya. Refaleo berhenti memandang wajah seseorang yang berdiri di depannya sebelum beralih pada Ferdi yang tepat berdiri di sebelah orang itu.
"Ferdi," ucapnya datar tanpa ada emosi.
"Iya, Ref." Ferdi tersenyum santai menghadapi bos sekaligus sahabatnya.
"Sudah jelas tertulis kan kalau yang gue butuhkan cowok." Dagunya naik menunjuk sosok di depannya. "Bukan mahluk kaya gini."
Hati Adit mencelos mendengar ucapan calon—semoga—Boss-nya. Apa dia seburuk itu? Hingga pria cantik di depannya menyebutnya 'mahluk' bukan wanita atau perempuan.
Demi Tuhan, Adit juga manusia, bahkan kaum yang sama yang melahirkan pria cantik ini.
Awalnya Adit pikir, Boss-nya adalah wanita cantik yang anggun. Wajar saja Adit berpikir begitu.
Karena saat dia datang ke butik dan masuk ke ruangan ini, yang Adit lihat adalah sosok kurus tinggi dengan rambut hitam lurus panjang yang menjuntai indah dipunggungnya.
Pria itu sedang sibuk memasangkan baju di manekin wanita, apalagi beberapa kali pria ini menyikap rambut panjangnya ke belakang karena menghalau wajah.
Dan alangkah kagetnya saat pria ini berbalik. Cantik, pikir Adit. Walau Adit sadar yang di depannya adalah pria.
"Tapi gue belum menemukan kandidat yang oke, Boss." Ferdi berusaha membujuk Boss-nya. Ferdi juga sadar kalau Refa pasti akan melakukan hal ini.
"Adit ini teman adik gue, jadi gue yakin dia bisa dipercaya dan kerja dengan serius."
"Sa-saya bisa—"
"Enggak-enggak," tangan Refa mengibas-ibas seperti mengusir. "Mending gue kerja sendiri."
Ck, sombong banget sih ini cowok, belum juga gue ngomong. Adit mengomel dalam hati.
Adit memang butuh pekerjaan saat ini. Kontrakan yang di tempati olehnya, adik dan Ibunya sudah menunggak enam bulan, jika akhir bulan ini tidak dibayar, ia dan keluarganya harus angkat kaki dari sana.
Apalagi di umurnya yang ke dua puluh delapan tahun, cukup sulit untuk mendapatkan pekerjaan.
"Yakin? Kemaren siapa yang marah-marah mau di cariin asisten cepat." Ferdi menyeringgai mengingat Refa yang kemaren uring-uringan karena kerja sendiri.
"Tolong Pak, saya butuh kerjaan ini. Saya yakin bisa—"
"Pak?" ucap Refa tak suka. "Hellow... gue bukan bapak, lo." Sesaat Adit kaget dengan suara keras Refa.
"Jangan sekali-kali panggil dia bapak, Dit." Ferdi berbisik di dekat Adit.
"Jakarta Fashion Week tinggal dua bulan lagi." Kali ini Ferdi bicara serius dengan menatap wajah Refa. "Kita butuh orang yang bisa bantu lo. Dan lo tahu kan, kalau gue cuma bisa bantu lo untuk urusan luar kantor selama ini."
Refaleo terdiam, berpikir. Apa dia bisa bekerjasama dengan wanita ini?
Sejak karirnya menanjak dan mulai dikenal banyak orang, ia mulai kesulitan bekerja sendiri. Refa selalu memiliki asisten, tapi dari awal asistennya selalu pria tidak pernah wanita sekalipun.
Tapi mengingat seminggu ini jadwal kerjanya yang hancur, email-email dari kliennya yang belum ada dibalas satupun. Beberapa kali kliennya complain karena Refa tidak datang pada meeting sesuai jadwal yang di janjikan karena keasikan membuat sketsa.
Tidak ada yang mengatur scedule-nya. Tidak ada yang membantunya untuk mengecek bahan-bahan juga. Lambungnyapun sedikit bermasalah karena tidak ada yang mengingatkannya untuk makan tepat waktu. Belum lagi laporan keuangan bulan lalu.
Argh!
Kepalanya terasa mau pecah.
Refa memang butuh, tapi tidak dengan bekerja dengan wanita.
"Fer, gue mau lo cari sesuai dengan yang gue mau sampai minggu ini. Titik!"
"Kalau masih belum nemu juga, gimana?"
"Oke, gue pertimbangin dia."
.
.
.
.
.
Curriculum Vitae
Name : Aditia Maharani
Gender : Female
Date, Place of Brith : Jakarta, 15 September 1988
Religion : Muslim
Status : Single
Height / Weight : 164 cm / 50 kg
Address : Jl. Melati 9 No.27 Jakarta
Refaleo menatap lembaran Cv milik Adit. Sudah seminggu Refa menyeleksi beberapa kandidat yang Ferdi berikan. Semuanya memang pria, tapi tidak ada yang membuat Refa berkesan untuk menerima salah satu dari mereka.
Dan kini Refa mengingat gadis tomboy, teman adik Ferdi yang datang seminggu lalu.
Mungkin untuk sementara tak apalah, batinnya berbicara.
Refa memperhatikan sekeliling ruangannya, memang berantakan. Rasanya memang Refa ingin kabur dari tempat itu sekarang juga.
Tangannya mengambil handhone-nya yang berada di sudut meja kerjanya. Jarinya bergerak mencari nomor Ferdi.
Tak menunggu lama sampai mendengar jawaban dari Ferdi.
"Besok senin, bawa temannya adek lo itu."
Klik.
Refa langsung memutuskan panggilan tanpa menunggu jawaban dari Ferdi. Sambil memejamkan mata, Refa menyenderkan punggungnya ke sandaran kursi. Refa butuh istirahat.
***