Chereads / pacar pertamaku bukan cinta pertamaku / Chapter 3 - saudara, teman sekamar, teman beda kelas

Chapter 3 - saudara, teman sekamar, teman beda kelas

kondisi tempat tinggal desy yg jauh dari sekolah barunya serta jadwal siswa baru yang mengharuskan untuk masuk siang membuat desy memiliki waktu yang banyak di pagi hari. sayangnya desy belum menjadi seorang yang benar benar mandiri. dari usia sekolah memang desy tidak pernah hidup bersama dengan kedua orang tuanya tapi bukan berarti kehidupannya juga sulit. fokus utama dari keluarga besarnya adalah pendidikan. selama desy terus berprestasi dan rajin belajar dia hanya cukup melakukan kewajiban bebersih saja. menyapu dan mencuci piring, hanya itu yang biasa desy lakukan.

desy pun tidak memiliki persiapan khusus ketika dia harus pindah dan hidup dengan orang lain alias ngekos (1). berbanding terbalik dengan rosyta, rosyta dapat melakukan semua hal dengan baik. mencuci baju, bebersih, dan juga hal yang tidak biasa dilakukan oleh desy adalah kebiasaan bangun sangat pagi dilanjut belajar. yaps, desy harus belajar dari awal bagaimana mengurus dirinya sendiri. rosyta mungkin sifatnya tidak terlalu baik, tapi desy mengakui dia bahkan tak serajin rosyta yang pintar mengambil hati pemilik tempat tinggal. tentunya pembiasaan itu tidaklah gampang bagi seorang bocah yg tak pernah melakukan apapun sendiri.

disisi lain rosyta bukanlah orang yang suka berbaik hati membantu desy ketika dia kesulitan. yang dilakukaknnya hanyalah mengejek penuh kebahagiaan. desy tak pernah mengambil hati setiap perkataannya. bisa dibilang desy hanya bersikap pasif dan cenderung tak pernah memberontak. karena dia berfikir terlalu beresiko melakukan hal itu ditempat orang lain dan karena masih saudara.

disekolah untungnya desy tak bertemu lagi dengan rosyta. tentunya hal itu membuatnya sedikit bernafas lega. akhirnya dia memiliki waktu untuk dirinya sendiri dan kehidupannya. semuanya asing, dimana yang lain saling bertukar sapa dan senyum karena mereka saling mengenal. ragu, bingung, tak tau harus memulai dengan bagaimana untuk bisa berbaur paling tidak 1 tahun berikutnya dengan mereka.

matanya berkeliling diseluruh kelas. tempat duduknya membuat dia bisa mengawasi dengan mudah suasana dan atmosfir kelas. yah...lumayan banyak yang tampan dikelas ini, batinnya. beberapa gadis terlihat pintar dan berkelas. untuk sesaat dirinya merasa rendah, lalu sebatas apakah dirinya dibanding mereka? seberapa berpengaruhnya kelas itu jika tanpanya. seringkali rasa itu muncul dalam diri terdalamnya. tak begitu banyak bicara namun juga menghindari untuk terlihat begitu mencolok.

pikiran desy untuk beberapa saat melayang layang tanpa arah dan tujuan. berfikir yang bahkan mungkin orang lain tak pernah terfikirkan. dalam hatinya hanya ada satu hal yang harus dia lakukan. setidaknya aku harus memiliki seorang teman yang bisa aku ajak duduk bersama, bercerita bersama, belajar bersama, bermain bersama, mencontek bersama, bahkan hanya sekedar ke kantin dan kamar mandi bersama. begitulah setidaknya... tanpa berharap banyak, desy pun akhirnya memiliki seorang teman yang mau duduk dengannnya. hermy, iya...namanya hermy...lebih cantik daripada desy. rapi, sopan, dan baik. itulah kesan pertama yang desy dapatkan. dia merasa beruntung ada teman yang mau duduk dengannya sebaik dan semanis hermy.