Ia memelukku cukup lama dan menangis di pundakku, dengan agak pelan aku mengatakan kepadanya bahwa semuanya telah aman terkendali sambil mengelus kepalanya.
"Ehm, Tenang saja, tenang saja nona aku ada disini kok, semuanya sudah aman, tidak perlu menangis. Ayo kita segera kembali dan berkumpul dengan yang lainnya nona.
Saat aku mengatakan itu dengan cemberut ia melihat ku, lalu dengan teriakannya ia memerintahkanku.
"Berlutut!"
Kau pikir aku ini cengeng, beraninya kau mengatakan itu dan melakukan itu. Sekarang juga kau harus meminta maaf padaku!.
Ba-baik.
Aku lalu meminta maaf padanya, tampaknya ia tidak mau di perlakukan seperti seorang anak kecil. "Ya, aku salah".
Setelah meminta maaf padanya akupun kembali diijinkan berdiri, dengan memberitahunya untuk segera meninggalkan tempat ini.
Nona, sebaiknya kita segera pergi meninggalkan tempat ini dan bertemu dengan pelayan serta ksatria, mereka telah mencari nona.
Baiklah, ayo kita segera pergi dari sini. Ta-tapi, ada sesuatu yang harus kau lakukan.
"Ehm, apa itu?
Karena kita akan melewati hutan...,
Dia melihat ke arah samping.
Ada apa itu?
Ka-kau tidak tahu?
Maaf sekali nona saya sama sekali tidak tahu.
Aku kebingungan dengan apa yang ia katakan.
Apakah kau tidak melewati hutan untuk datang kesini?
Iya, aku datang kesini melewati hutan, lalu apa yang ingin dimaksud kan nona?
Apakah langit saat ini sudah gelap?
"Iya, Lalu?"
"Ti-Tidak kah kau bisa membaca siatuasinya!"
Saat aku memikirkan situasi yang dimaksudkan olehnya, terlintas dipikiran ku kalau aku melewati hutan yang menakutkan, terlebih saat ini sudah malam dan pastinya kondisi hutan akan sangat gelap, sehingga otomatis hutan ini akan terlihat lebih menakutkan. Langsung saja aku menjawabnya dengan keras.
"Oh, iya nona liliana pasti ketakutan dengan hutan ini!"
"Suaramu terlalu keras, menunduk dan berguling sekarang!"
Segera aku melakukan perintahnya tanpa bisa melawan. Dan sampai ia puas melihat ku, ia pun menghentikan perintahnya pada ku.
"Maaf nona"
Karena kau sudah mengetahuinya tidak perlu aku jelaskan lagi, lalu adakah yang bisa kamu lakukan tentang itu.
Tanpa membalasnya, segera saja ku angkat dia dan ku gendong di tanganku. Terlihat dia malu pada perlakuan ku.
"Ka-kau apa yang mau kau lakukan?"
Dengan cepat aku melangkahkan kaki dan berlari keluar membawanya. Aku membawanya dengan sedikit pelan.
"I-ini terlalu cepat, apa yang sedang kau lakukan hei!"
Aku segera keluar dari gua dan menuruni bukit saat memasuki hutan yang dimaksud olehnya aku menambah kecepatan ku, sehingga bisa melewati nya lebih cepat dari yang dia harapkan. Terlihat ia mempererat pegangan pada pundakku.
"Ka-kau, ini berbahaya. Segera berhenti, berhenti..."
Tanpa menghiraukannya, aku tetap mempercepat langkah kaki ku, langit terlihat gelap karena sudah malam. Dengan mata yang bisa melihat di dalam kegelapan membuat ku bisa melihat kondisi hutan lebih leluasa.
Ia terlihat terkejut saat aku bisa bergerak lebih cepat dari sebelumnya. Pada akhirnya aku telah keluar dari zona hutan yang menyeramkan. Dan aku sampai di tempat dimana aku melihat monster yang tadi aku lewati. Karena merasa tidak aman aku berhenti sejenak dan menurunkan nona liliana.
Terlihat di wajahnya masih ketakutan dengan kecepatan ku saat berlari. Apakah ia akan marah padaku.
Kenapa kau berhenti?
Tidak, aku hanya ingin beristirahat.
Bagaimana kau bisa berlari dengan cepat dan membawaku sambil melawan monster - monster itu?
Tidak seperti yang kuduga; ternyata ia justru penasaran dengan apa yang telah kulakukan tadi. Saat aku mengendongnya, ada beberapa monster yang terlihat seperti beruang, serigala, harimau dengan ukuran yang biasa namun memilki tanduk di sekujur tubuhnya menyerang kami. Dengan cepat aku menendang dan menembakkan tenaga dalam ku pada mereka semua.
"Ah, itu aku tidak tahu"
"Kau tidak tahu?"
"Ya, tidak tahu.
Apakah kau memiliki sihir penguat?
"Tidak, aku sama sekali tidak memiliki sihir."
"Mustahil, bagaimana bisa kau melakukan semua itu jika kau tidak memiliki sihir, katakan dengan jujur.
"Benar, aku sama sekali tidak memiliki sihir".
"I-itu, bagaimana mungkin kau bisa melakukan itu semua tanpa sihir.
Aku menggunakan tenaga dalam.
"Tenaga dalam?"
"Iya, aku menyerang mereka mengunakan tenaga dalam, tenaga dalam adalah aliran chi di dalam tubuh manusia di dapat setelah melatih aliran pernafasan bersamaan dengan tubuh kita. Dan dengan terus menerus melatih nya dapat membuat kita memiliki chi, memang benar untuk mencapai tingkat hingga bisa melepaskan keluar membutuhkan usaha yang cukup keras.
Apakah aku bisa melatihnya?
"Eh, kenapa?
Dengan menyatukan tangan di dekat dadanya ia menjawab dengan suara yang lembut.
"Aku, aku ingin sekali bisa membantu wilayah ku".
Memangnya ada apa dengan wilayah nona?
Wilayah kami sedang terancam akan di ambil alih oleh kerajaan lain. Oleh sebab itu aku ingin bisa berguna bagi ayah.
Aku teringat dengan penjelasan pelayan dan kepala ksatria waktu itu, mereka mengatakan bahwa wilayah mereka sedang di serang oleh kerajaan milan dan di desak oleh Ras giant. Tampaknya memang wilayah mereka sangat terdesak.
"Tapi, bukankah nona adalah seorang wanita bangsawan, bagaimana mungkin nona ikut dalam perang?"
"Tidak, aku tidak peduli aku adalah seorang wanita bangsawan, bagaimana pun aku harus ikut menyelamatkan wilayah ku!.
"Ehm, tapi nona untuk melatih sampai ke tingkat ku saat ini itu sulit". 'Oh iya, bukankah nona bisa belajar sihir'.
"Tidak, aku tidak bisa sihir!"
Bukankah nona memiliki sejumlah mana di dalam tubuh nona, kalau aku tidak salah.
Setelah melatih ke tingkat yang lebih tinggi, saat ini aku bisa merasakan kehadiran mana dalam tubuh seseorang, membuat ku bisa merasakan bahwa nona liliana sebenarnya memiliki bakat sihir.
"Memang benar, kalau aku memiliki mana, namun sayang sekali aku sama sekali tidak bisa mengunakan satu pun mantra yang di berikan padaku".
"Kenapa bisa begitu?"
Entahlah, aku sama sekali tidak tahu. Padahal keluarga ku mereka memiliki bakat sihir. Ayah adalah seorang bangsawan yang memiliki sihir api dan merupakan seorang Fire Wizard terkenal di kerajaan. Sedangkan ibu adalah Water Magician. Dengan orang tua seperti itu seharusnya aku bisa melakukan sihir, namun kenyataannya aku hanya memiliki mana, dan tidak bisa mengunakan sihir sama sekali.
"Seorang yang memiliki mana namun tidak bisa sihir. Bagaimana mungkin, tidak kah nona sudah membaca semua mantranya?"
"Sudah", kedelapan mantra yang di berikan padaku tidak memiliki respon sama sekali saat ku bacakan. Membuat ku tidak tahu jenis sihir apa yang bisa ku gunakan. Kudengar saat seseorang membaca mantra itu, jika ia memiliki jenis sihir tersebut akan muncul sebuah keajaiban seperti sebuah percikan.
"Hem, membingungkan. Oh iya, tidak, tunggu bukankah jenis sihir itu masih ada 2 lagi.
"Maksudmu?"
Aku menjelaskan padanya saat mengingat apa yang pernah di jelaskan oleh pelayan Raffin.
"Mustahil, ke dua jenis sihir itu sama sekali tidak ada. Setahuku diseluruh kerajaan, jenis sihir itu hanya ada 8. Oleh sebab itu mantra sihir untuk mengetahui jenis sihir yang diberikan hanya ada 8. Aku belum pernah mendengar bahwa ada 2 jenis sihir lagi di dunia ini.
Apakah pelayan Raffin telah membohongiku, rasanya tidak mungkin jika seorang mantan ksatria mau memberitahuku sesuatu yang tidak pernah ada. Kalau dipikir-pikir, memang ia mengatakan bahwa ke 2 jenis sihir itu sudah tidak ada lagi, jadi mungkin saja mantranya pun juga tidak disediakan. Pikirku.
Saat aku berpikir itu, aku pun teringat akan sebutan gelar ayah dan ibunya, lalu aku bertanya mengenai itu padanya.
Wizard dan Magician, kenapa mereka di berikan sebutan yang berbeda?
Apakah kau tidak tahu soal gelar tersebut?
"Tidak"
Kau tahu tentang jenis sihir dan mana, tapi kenapa kau sama sekali tidak tahu tentang gelar.
"Ha..., baiklah aku akan menjelaskannya.
Wizard adalah seseorang yang memiliki kemampuan menguasai sihir dengan sangat hebat. Sedang kan Magician adalah sebutan seseorang yang hanya memiliki kemapuan sihir namun tidak begitu hebat.
Begitu ya.
******
Di sebuah danau, terdapat sesosok pria dengan kaki kambing dan tanduk yang terlihat sedang berbicara dengan seorang perempuan manusia cantik yang muncul dari danau. Kulitnya putih dengan rambut sebahu berwana orange.
"Hai satyr, apakah kau tidak mau menikah dengan ku.
Tidak Dziwozona.
"Ah sakitnya, kenapa kau menolakku, bukankah kau menyukai ku.
Tentu saja tidak, aku akan menikahi seorang wanita dengan bakat sihir void.
"Sihir Void?" Jangan bercanda tidak ada seorang pun yang memiliki sihir itu lagi di dunia ini sejak ribuan tahun yang lalu.
Bagaimana jika aku mengatakan bahwa jenis sihir itu telah terlahir kembali.
Maksudmu utusan Dewa Yuha? Bukankah ia telah meninggal.
"Tidak", aku tidak mengatakan bahwa ia yang suci. Tapi, seorang manusia.
"Hah, apakah kau berpikir akan menikahi seorang manusia?
"Iya!"
"Tidak bisa", kau dan aku adalah roh. Bagaimana mungkin kau mau menikah dengan manusia yang tidak abadi itu, bukankah jauh lebih bagus jika kau menikahi ku dengan begitu kita bisa hidup bersama di hutan ini.
Lalu setelah itu kau akan menengelamkanku?
Tidak, aku sangat mencintai mu Satyr. Tidak mungkin kau kuperlakukan seperti para manusia yang merupakan laki-laki bejat dan penuh nafsu itu.
"Hmm, maaf sekali Dziwozona. Aku sama sekali tidak menginginkan mu. Jaga saja danau ini.
"Kenapa? Kenapa kau mau menikah dengan manusia, sekalipun ia memiliki sihir void apa gunanya itu untuk mu?"
Itu adalah rahasia Dziwozona.
Segera sosok pria itu pergi meninggalkan sang wanita, yang hanya bisa melihat nya menjauh dan duduk di atas permukaan air danau.