saat kami mulai jalan kak Arta terlihat sangat aneh karena dia banyak bergerak seperti tidak tenang dan itu membuat aku sangat risih melihatnya.
"kamu kenapa sih kak?? kaya cacing kepanasan"
kataku pada akhirnya
"anu loo yank"
masih tak tenang
"anu apa!! minggir deh kak takut aku!!"
kataku mulai panik
"aku hhmmm akuuu"
ragu
"kamu kenapa kak!??"
tanyaku
"aku begah yank perutku penuh kekenyangan kayanya hehehe"
katanya dengan cengengesan
"astagfirullah kak Arta!!!! kan udah aku bilang tadi!!"
omelku
"hehehehe maaf yang"
kak arta mulai menepi
"aih kakak ini!!"
kataku kesal
"hehehe gantian yang"
dengan wajah bodohnya
"males banget dek kak"
kataku kesal
"YAaank"
memohon
"hhhhmmm"
dan pada akhirnya aku yang membawa mobil, walaupun aku membawa dengan sangat pelan kami pun sampai di rumah Yulia dengan selamat.
dan di sepanjang perjalanan aku tidak habis-habis mengomel pada kak arta.
bagaimana tidak tadi dia yang menasehati aku kalau makannya secukupnya aja tapi dia makan dengan sepenuhnya.
saat kami semua turun dari mobil menuju rumah besar balri dan yulia.
aku menekan bel pintu mereka dan menunggu beberapa saat pintu itu pun.
"tarika!!"
Yulia membuka pintu
"hhmm"
jawabku dengan malas.
"laah kenapa???"
tanyanya langsung
"nanti aja lah yuk ayo masuk masuk"
langsungku
"buset dah tarika sebenarnya yang punya rumah siapa sih"
kata bunda heran
"Oalah itu anak gak ada sopan sopanya"
kata ayah melanjutkan
"hahahahah gak usah di ambil pusing udah biasa gitu kami juga gitu kok kalau main ke rumah tarika, ya udah yuk yuk pada masuk"
Yulia mempersilahkan
saat semuanya masuk aku yang sudah duduk terlebih dahulu di ruang tamu dihampiri oleh Yulia dan saat itu dia dengan kepo menanyai aku kenapa bisa bad mood seperti sekarang.
dan akupun menceritakan soal aku yang mengemudikan mobil dikarenakan apa kekenyangan lalu tidak dapat berkonsentrasi saat mengemudi.
"hahahahahaha kak Arta kak Arta"
Yulia pun tertawa
"kesel banget aku Yul, kamu taunya aku paling malas bawa mobil apa lagi aku masih baru baru"
omelku
"alah yank yank lebai deh"
kata kak Arta pelan
"kakak tuh yang lebai!!"
jawabku manyun
"iihh kalian ini apaan sih di rumah orang kok malah ribut"
kata fandri ikut ikutan
"diam!!!"
kata aku dan kak Arta kompak
"hahahahahaha lagi ribut aja kompak, hahahaha kalian ini"
Yulia kembali tertawa
"iihh!!"
aku membuang muka
"udah udah kaya anak anak kalian dua ini"
bundapun pada akhirnya membuka suara
dan pada saat itu tidak ada kata-kata yang keluar dari mulut kami.
"hahahah baru membisu kalian"
ejek fandri
"udah fan jangan di pancing lagi"
lirik ayah
"hehehe iya yah"
menunduk
Yulia pergi ke belakang memanggil Balri dan Arya.
dan tak lama setelah itu dia kembali dengan membawa kue lengkap dengan minuman.
pada saat itu aku pun langsung melirik ke kak Arta yang sudah terpelongo.
"ayo pada di makan"
kata balri yang baru datang
"iya iya"
jawab kami
belum lagi kami habis terpelongo balri lanjut lagi mengagetkan kami.
"yank keluarin lontong sayurnya"
lanjut Balri
"hah!!"
kak Arta kaget
"kenapa ar!??"
tanya Balri
"aduh bal bukan apa apa yaa, aku udah kenyang banget loo"
kata kak Arta dengan jujur
"yaah kok gitu aah gak enak laah masak aku makannya sendiri, yang lain gimana mau makan lontong sayur kan enak loo"
kata balri pada semua
"aah ya ya kami makan kok"
jawab yang lainnya
dan dengan segera Yulia memanggil beberapa orang untuk membawakan lontong untuk kami.
syukurnya pada saat itu aku belum kenyang dan masih ada cukup ruang dalam perutku untuk menampung beberapa makanan.
sedangkan kak Arta sudah terlihat mual dan ingin muntah saat itu.
"hahahha rasain"
aku tertawa dalam hati
setelah kami semua selesai makan aku dengan Yulia bersama Bunda dan anak-anak pergi meninggalkan Kak Arta dan yang lainnya.
"Ar Mabar yok"
ajak balri
"gak ah!!"
langsung menolak
"lah kenapa???"
tanya Balri
"nnty hilang kepala kak Arta di buat kak tarika hahahah"
jawab fandri dengan tertawa
"maksudnya???"
balri bingung
"iya bal aku udah malas main game buat perpecahan rumah tangga hahahaha, takut kalau main lagi beneran hilang ini kepala hahahahah"
kak Arta tertawa
"ooohh pernah ribut gegara geme kalian"
baru mengerti
"iya bal"
"hahahahahaha parah tarika ah"
tertawanya lagi
"kak Arta kan suami takut istri"
ejek fandri
"iya emang puas kamu fan"
manyun
"hahahahahahaha"
semuanya pun tertawa termasuk ayah
saat itu ayah pun mendekat dan mulai menasehati sekumpulan cowok yang mengolok-olok itu.
"kalian tau gak bedanya takut dengan menghormati"
tanya ayah begitu duduk di samping fandri
"tau!"
jawab mereka kompak
"seperti itulah perasaan kita sebagai suami terhadap seorang istri, terkadang di dalam pertengkaran ada kalanya seorang suami harus mengalah bukan karena dia lemah tapi karena memang dalam sudut pandang manapun seorang cowok akan selalu salah dimata cewek dan itu benar"
jelas ayah
"ya gak juga laah om"
bantah balri
"terserah kamu mau bilang nggak atau gimana, memang seperti itu!! tugas seorang suami hanya bisa sabar, pengertian dan mengalah dari istri"
"yaah kalau gitu habis lah di pijak pijak harga diri suami"
kata fandri merasa tak terima
"sembarangan kalau ngomong!!! mana ada yang seperti itu cuman istri durhaka yang mau melakukan hal seperti itu, kalau misalnya suaminya baik pasti istrinya akan berperilaku baik juga enggak mungkinlah seorang istri tidak ada rasa menghargai pada suaminya,namanya juga suami istri pasti saling mencintai kan otomatis perasaan seperti itu pasti ada"
lanjut ayah
setelah mendengar ceramah yang cukup panjang mereka akhirnya pun ia mencoba mencerna kata-kata ayah.
walaupun sering mendengar sebuah kamus kehidupan yang mengatakan kalau
(wanita tidak pernah salah)
tapi rasanya agak sedikit tidak adil bukan kalau sebagai cowok selalu di salahkan.
tapi setelah mendengar yang di katakan ayah tadi semua mulai mudah di mengerti, karena semua wanita itu di ciptakan sangat sepesial terkhusus untuk pasangannya.
"denger itu pesan ayah yaa, kita sebagai seorang laki-laki harus bertanggung jawab selalu melindungi dan menyayangi istri kita dengan setulus hati, dia adalah teman hidup kita dia adalah ibu dari anak kita dan dia kehidupan dalam rumah tangga kita jadi jagalah dia dengan perasaannya"
"iya yah"
Arta
"iya om pasti"
lanjut Balri
"fandri akan ingat pesan ayah walaupun fandri belum menikah"
setelah pembicaraan yang cukup panjang itu para wanita akhirnya kembali dan kamipun langsung mendekat ke mereka.
dengan terus menatap wajah istri aku tersenyum tersandar padanya.
"kenapa sih kak"
tanyanya heran
"gak ada kok yank tiba tiba aku pengen nyandar di tempat paling nyaman ini"
"apaan sih kak"
semakin bingung
tak jauh dari kami balri pun melakukan hal yang sama pada istrinya Yulia.
perlahan saat duduk bersandar aku menggenggam tangannya dengan lembut.
"kaaak"
panggilnya
"iya sayang"
"kenapa sih"
tanyanya lagi
"gak ada loo yang"
tak dapat di jelaskan bagaimana rasa ini.
tapi yang jelas hati ini benar benar tak salah memilih pelabuhan cinta pada wanita yang ada di sampingku saat ini.
"oohh Tuhan jaga perasaan ini untuk selamanya"
==============================
semoga suka