Chereads / Artika family / Chapter 129 - siap siap

Chapter 129 - siap siap

dengan tubuh yang sangat lelah aku bangun pagi ini membuka mata dengan seorang pangeran tampan di sampingku aku belai lembut wajahnya yang masih terlelap.

"sayaaang"

panggilnya panjang

mendengarnya membuatku kembali tersenyum entah dia memanggil dalam keadaan sadar ataupun tidak tapi itu membuatku sangat senang.

aku dengan perlahan bangun agar tidak membangunkan nya karena hari ini adalah hari berlibur.

seperti biasa setelah menyegarkan diri aku membangunkan kedua anakku selalu menyuruh mereka untuk mandi setelah itu barulah aku membereskan kamar mereka saat itu tiba tiba aku terpikir akan sesuatu.

"oh iya yaa sebentar lagi lebaran belum lagi buat kue bolu, tapi kami kan mau pergi ke korea kayanya gak usah deh"

bingung

"aku belum pernah pergi keluar negeri sama sekali lho persiapannya apa apa aja yaa"

bingung

aku terus saja berbicara sendiri dengan pertanyaan-pertanyaan yang tanpa jawaban, sambil membersihkan kamar anak-anak yang cukup berantakan.

setelah kedua anakku selesai mandi dan berpakaian mereka pun berpamitan untuk main.

"bunda kami main yaa"

kata mereka

"iya, jangan main kotor kotor ya"

pesanku

"siap bunda"

tika

"ayah mana Bun"

arfa

"tidur"

jawabku

"ok Daan Bunda"

begitu selesai akupun duduk sebentar melihat ke ponselku coba searching searching ke Google.

ternyata untuk pergi ke luar negeri ada yang harus diurus terlebih dahulu seperti paspor dan Visa, melengkapi proses imigrasi baik itu saat keberangkatan ataupun imigrasi ke negara tujuan dan satu lagi yang perlu adalah menukarkan uang sesuai mata uang yang digunakan saat berada di luar negeri.

karena aku sudah paham aku pun segera keluar dari kamar anak-anak menuju ke kamarku sendiri untuk membangunkan kak arta.

"astaghfirullahaladzim kalian!!"

kataku kaget

bagaimana tidak kaget begitu aku membuka pintu kamar aku melihat kedua anak-anakku berada di dalam dengan memegang peralatan make up menggambar di wajah ayah mereka yang sedang tertidur.

rasa-rasanya aku ingin meledak saat itu tapi dikarenakan aku puasa dan juga kak Arta masih tidur aku pun berusaha menghalau nafas saja.

"ayo ayok kalian keluar"

suruh ku

"tapi kami mau main sama ayah Bun"

kata mereka

"mainnya nanti aja kalau ayah kalau udah bangun"

"tapi Bun"

"gak pake tapi tapi yaa, kalian mau buat bunda kalian ini marah ya"

"iya Bunda"

jawab mereka pelan

setelah kedua anakku keluar dari kamar aku pun mendekat pada kata saat itu aku melihatnya langsung tertawa tapi dengan segera aku menahan tawaku itu, niatnya ingin menanyakan sesuatu untuk menyiapkan diri ke Korea malah aku mengambil foto kak arta yang sedang lucu-lucunya.

"lumayan koleksi hahaha"

kataku pelan

aku tersenyum melihat suamiku yang sedang tidur itu apa lagi dengan wajah di penuhi coretan lipstik tapi tetap saja aku senang karena ini adalah puasa terakhir besok adalah hari kemenangan bagi semua umat muslim, aku pun benar-benar mempersiapkan semuanya untuk besok hari yang istimewa.

akupun membangunkan nya seperti biasa walaupun aku ingin tertawa sebisa mungkin aku menahan nya.

"kak bangun kak"

"iya sayang"

jawabnya tetap terpejam

"ini hari terakhir puasa loh masa mau males-malesan terus ayo bantuin aku siap-siap"

kataku lagi

"hhmm ya yaa"

masih terpejam

"iihh iya iya mulu deh kak, bangun"

menariknya

"iya sayang iya"

terduduk

"ok aku tunggu di bawah yaa"

"hhhhmmm"

mengucek matanya

sebelum dia berteriak aku pun keluar dari kamar di depan pintu aku mulai menghitung detik-detik di mana dia akan menjerit dengan kesal di pagi ini.

"naah nah 1 2 3 4 5 6"

menghitung

"T A R I K A A A A!!!!!!"

teriaknya panjang

begitu aku mendengar teriakannya menyebut namaku aku pun bergegas melarikan diri dengan diri yang sudah tertawa terbahak-bahak.

aku menghampiri kedua anakku dan mulai mengomeli mereka.

"hayoo siapa yang mainin make up bunda"

kataku

"Abang ituu Bun"

"gak ah Tika kok yang ngajak"

"gak ih!!"

"kamuuu!!"

"gak kamu kok"

berdebat

"ya udah ya udah, tapi ayah kalian marah loo ituu"

kataku menakut-nakuti

"gimana ini"

Arfa mulai takut

"ayo kita sembunyikan bang"

menarik tangan Arfa

"eh eh eh sayang tunggu deeh sini bunda bilang"

menahan mereka

"bunda nanti ayah turun bunda"

Arfa panik

"sebentar deh bunda bilangin"

memeluk

"apa bunda"

Tika mulai mendengar

"bunda mau kasih satu rahasia untuk kalian"

"rahasia apa bunda"

semangat mereka

"hhmmm gini sayang"

mengajak duduk

"kita harus punya rasa berani di dalam diri kita tepatnya di sini"

menunjuk ke bagian dada

"ini apa Bunda"

tanya Tika

"di bagian ini ada hati sayang"

jawabku

"hati!???"

bingung

"iya hati, di sini tempat tinggalnya perasaan sayang"

"saat kita melakukan sesuatu hati lah sumber perasaan takut datang, tapi di dalam hati kita gak cuman ada rasa takut sayank, seperti saat kita melakukan kesalahan hati yang kuat dan baik pasti akan berani"

"berani gimana bunda kami kan takut di marah ayah"

Arfa tak mengerti

"hhmm gini sayank, walaupun kita punya salah hati kita tetap harus mengarah pada arah yang baik, lari dari perbuatan itu bukan solusi tapi kalau kita punya perasaan berani dan bertanggung jawab kita gak boleh takut"

"tapi Bun"

"dengar bunda sayang, kalau kita sudah berbuat salah kita harus berani untuk minta maaf atas kesalahan yang kita perbuat dan kalau kita melakukan hal yang benar kita harus berani menegakkan kebenaran"

"tapi takut Bun"

Tika memeluk

"bunda yakni kok anak anak bunda berani dan punya hati yang baik"

aku tersenyum dan melihat ke mereka

"ya udah kak coba aja deh"

kata Tika pasrah

"hmm ya udah"

angguk Arfa

setelah penjelasan panjang kali lebar akhirnya merekapun mengerti dan sekarang mereka sedang berdiri di depan tangga menunggu kak arta.

"bunda bunda ambilin boneka Tika bunda"

kata Tika tiba-tiba

"buat apa sayang"

tanyaku

"Tika takut, mau peluk"

jawabnya

"ya udah sebentar yaa"

kataku pergi mencari boneka kesayangannya

tak lama akupun kembali, saat itu kak arta sudah mau menuruni tangga menghampiri aku dan anak anak.

aku sangat yakin kalau kak arta akan menyalahkan aku akan hal ini jadi akupun berdiri di belakang anak anak.

"kamu ini yaa kurang kerjaan!! jahilnya minta ampun iihh sakit muka aku"

omelnya

"hehehehe"

aku hanya cengengesan

"malah cengengesan dia gak merasa bersalah daa"

lanjutnya

"Ayah"

panggil Arfa menarik bajunya

"sebentar bang ini ayah lagi marah sama bunda"

kak Arta tak menghiraukan

"ayaah"

panggil Tika menarik baju kak arta

"kenapa sayang"

mulai melihat

"sebenarnya yang coret coret muka ayah bukan bunda tapi Tika"

menunduk

"hah!??"

bingung

"ayah ayah Arfa juga"

ikut berbicara

"loooh"

kak Arta menatapku

setelah kak arta tau aku pun mulai breaking dengar langsung mengubah ekspresi yang tadi tersenyum manis sekarang menaikkan kedua tangan ke pinggang dengan senyum sinis bahkan menaikkan alis.

"dasar!!"

berbalik

"sayaaang"

panggilnya

tapi aku tak menghiraukan dan tetap pergi kembali melanjutkan akting kalau sedang marah.

"ya udah gak papa, ayah mau bicara sama bunda dulu yaa, kalian main aja ok"

"ayah gak marah"

"gak sayang, udah main sana"

pergi

saat itu Arfa dan Tika terlihat bingung tapi senang kalau ayah mereka tidak marah pada mereka.

"sayaaang tunggu"

panggilnya lagi

"apa kak"

lirikku

"maaf sayang"

langsung memeluk

"makanya jangan main tuduh aja"

kataku melihatnya

"iya iya maaf sayang"

Aku pun tak bisa berlama-lama untuk berpura-pura sedang marah akhirnya dalam pelukannya aku pun luluh.

baru ingat soal rencana keberangkatan kami ke Korea aku pun langsung menanyakan pada kak Arta dan dia pun bilang kalau nanti aku akan diajak untuk mengurus paspor atau visa juga yang lain-lain.

"aduuh capek"

kataku langsung merebahkan diri di sofa

"tapi yaa lumayan kan yank siap 1 hari"

"hmm ya ya ya tapi nunggu berjam jam kak"

lirikku

"biasa itu sayang"

mendekat

"gak usah deket deket kak panas"

bergeser

"ya elah yang, kalau gak ke kamar yuk kan dingin pake AC"

"ogah!! anak anak tidur yuuk"

panggilku

aku dan anak anakpun meninggalkan kak Arta dan pergi ke kamar untuk tidur, sebelum itu aku mengganti baju terlebih dahulu karena tubuhku sudah sangat lengket dengan keringat dan aku menyuruh anak anak untuk duluan ke kamar mereka.

"hah gini lebih nyaman"

kataku

dan aku pun berjalan menuju ke kamar anak anak, begitu aku ingin membuka pintu tiba tiba langkahku terhenti saat mendengar percakapan mereka.

"aku kalau besar mau jadi kaya bunda bang"

kata Tika berdiri dan berkaca

"abank juga dek"

ikut Arfa

"eh eh mana boleh abang bilang kan cowok"

Tika melihat Arfa

"yaa boleh kok, kamu kenapa mau jadi kaya bunda"

tanya Arfa pada Tika

"bunda cantik terus kayaknya bunda orang yang betul betul betul bang"

jelas Tika

"betul betul betul!???"

bingung

"iya bang bunda itu betul terus gak pernah salah makanya ayah gak pernah marah"

lanjutnya

"hhmm iya juga yaa dek aah pokonya kalau aku udah besar nanti mau kaya bunda lah"

kata Arfa bersemangat

"iihh gak boleh abang Tika aja yang boleh"

Tika mulai kesal

"boleh!"

"gak boleh!"

"abang bilang boleh ih!!"

"Tika gak mau pokonya gak boleh abang"

akhirnya merekapun mulai berdebat boleh dan tidak boleh sedangkan aku yang sedari tadi sudah menguping dan mengintip sudah tidak sanggup menahan rasa geli dan akhirnya akupun tertawa dengan lepasnya.

"hahahahahahahahahaha"

"BUNDA!!"

kompak mereka kaget

"kalian ini apa sih"

kataku memeluk mereka

"ini abang Bun masak mau jadi kaya bunda kan gak boleh abank cowok kan Bun"

mengadu

"ih ih ih boleh kan bun"

tengah Arfa

"sini sini sayank bunda kasih tau"

ajakku berbaring

"apa bunda"

tatap mereka dengan serius

"boleh kalau kita mau jadi seperti orang lain tapi ingat kita di ciptakan itu dengan berbeda-beda sayank pada dasarnya kita punya kepribadian kita sendiri sendiri dan itu yang membuat diri kita jadi menarik, dan kita harus bersyukur atas yang Tuhan berikan itu"

jelasku

"tapi Tika mau jadi kaya bunda loo"

masih belum mengerti

"Arfa juga bunda"

ikut

"boleh sayank boleh jadilah apapun yang kalian mau, asal itu baik dan membuat kalian nyaman tapi tetap ingat pada diri kalian sendiri Arfa tetap lah Arfa dan Tika tetaplah Tika ya sayang"

kataku memeluk mereka

aku gak tau deh seperti apa mereka menilai aku sampai mereka ingin mencontoh aku bahkan untuk jadi orang di masa depan.

tapi bagaimanapun mereka di kedepannya aku sebagai orang tua selalu ingin yang terbaik untuk mereka.

semoga semuanya yang baik ada pada kita yaa.

amin

===============================

semoga suka dengan ceritanya

jangan lupa tulis ulasan yaaa

😘😘😘😘😘😘😘😘