"KAMUU!!"
dengan mata terbuka lebar aku sangat kaget melihat siapa yang pria yang berdiri di depanku sekarang seolah tak percaya sampai aku mengedipkan mataku berkali kali melihat.
"KAMU KENAPA!!"
teriakku
dia pun langsung mendorong aku masuk dengan menutup mulutku
"ya ampun bisa nggak sih kecilin suaranya"
katanya saat itu
"kamu gila yaa!!"
teriakku lagi
"ini kenapa bisa kayak gini"
tanyaku lagi
"udah ayo kita masuk dulu aku lapar"
katanya dengan cuek
"kamu gak puasa"
"gak kak, lagi dapet hahahaha"
"FANDRY!!!"
panggilku dengan keras
"iya ih iya nanti pasti aku jelasin semuanya kak bawel banget, aku laper sekarang"
menuju ke meja makan
aku yang sudah kaget duluan di awal langsung kepo apa yang sudah terjadi dengan adik kecilku ini wajahnya babak belur seperti dipukuli orang sekampung mungkin ini yang menjadi alasan kenapa dia tidak menghubungi atau tidak bisa dihubungi.
"Arfa Tika main dulu ya Bunda mau bicara sama Oom"
suruhku
"oom siapa Bun"
"udah kalian pergi main aja sana"
suruhku lagi
"hhmm ok deh Bun"
jawab mereka dan akhirnya pergi
setelah dia selesai makan akupun kembali menanyainya, apa yang sebenarnya sudah terjadi padanya sampai seperti ini.
"udah selesai makannya kan, sekarang kamu cerita"
kataku langsung
"hhmm aku gak papa kok kak, masih hidup"
cueknya sambil memakan nugget
"kamu ini yaa!!"
terikatku dan langsung menarik telinganya
"aduuh kak sakit kak ampun kak"
teriaknya
"kasih tahu kakak atau kamu kakak seret ke depan ayah dan bunda"
kataku mulai kesal
"iya iya aku kasih tahu kak jangan kasih tahu kak, aduh kak sakit kak"
masih memegang telinganya
"ok cepat bilang!!"
"sebenarnya. . . . "
fandri pun menceritakan masalahnya itu katanya semua berawal dari 1 bulan yang lalu di mana dia bertemu dengan seniornya yang ternyata gank yang semena-mena dimana pada awalnya mereka sama-sama saling membutuhkan antara senior dan junior tapi lama kelamaan fandry merasa kalau dirinya sedang dimanfaatkan jadi dia secara perlahan menjauh.
tapi sayang para anggota geng itu sudah terlanjur bisa mengandalkan fanri sampai akhirnya di minggu terakhir fandri tidak lagi menolak secara halus tapi menolak secara kasar dikarenakan sudah tidak nyaman berada di dalam anak-anak geng itu, pada saat itu fandri dikeroyok oleh 4 orang dan mereka pun mengambil uang jajan dan juga barang-barang berharga fandry spontan saja itu membuatku marah benar-benar marah.
"kamu gimana sih fan kayak banci banget sih gitu aja nggak bisa, emang kamu nggak punya mulut apa bilangin kek ke dosen kantor polisi banyakkan!!! kenapa juga kamu nggak cerita ke kami apa gunanya keluarga kalau kayak gini hah!!"
kataku kesal
"mereka itu dari kalangan orang atas Kak anak-anak orang kaya, dan mereka punya rekaman aku tanpa busana saat aku dipukuli itu yang membuat aku takut untuk berbicara pada orang-orang apalagi polisi"
jelasnya
"kok bisa sih fandri kamu sebodoh ini, enggak hati-hati banget pilih teman"
akupun greget sendiri
"maaf kak, aku cuma nggak mau ngerepotin siapapun apalagi ayah dan bunda kakak jangan bilang-bilang mereka ya"
memohon
"enggak fandry ayah dan bunda harus tahu tentang ini"
"aku mohon Kak jangan kasih tau mereka kasihan ayah kak"
masih memohon
"tapi fan mau sampai kapan kamu bohong terus"
"sampai semua masalah ini selesai"
"lah kalau nggak selesai-selesai gimana"
"makanya kakak bantuin aku toh biar selesai"
"enak aja kalau ngomong!!"
aku pun langsung menokok kepalanya
"aduh kak sakit!!"
teriaknya
"tau sakitkan kenapa dibuat!!! bodoh!!!"
kesalku
"ampun Kak, fandri juga nggak tahu kalau akhirnya bakal kayak gini"
sedih
"ya udah kamu kasih tau aja siapa siapa orang yang udah ngelakuin ini ke kamu nanti biar kakak dengan kak Arta cari tahu dan selesaikan masalah ini"
"yang bener Kak, terima kasih banyak ya Kak"
"hhmmm, yaudah untuk sementara atau dua hari ini kamu di sini aja dulu ya mungkin nanti kak Arta bakal tanya tanya ke kamu"
"tapi ayah Bunda gimana"
"mereka jarang kok main kemari makanya kamu jangan kayak cacing tenang dikit jangan loncat kesana kemari dong"
"hehehe iya Kak iya"
"masih bisa tertawa pula fandry fandry"
setelah itu dia pun pamit untuk istirahat sebentar setelah aku mengemasi piring-piring mereka tak lama kak arta pun pulang,begitu dia duduk akupun langsung menceritakan masalah fandry setelah kak Arta ganti baju kami langsung menemui fandry.
"astagfirullah fandry fandry"
kata Kak Arta menggeleng-gelengkan kepalanya
"hai kakak ipar"
tersenyum
setelah itu kak Arta pun nanya nanyai fandri soal kejadian ini sampai akhirnya kak arta memiliki ide untuk membuat bukti kalau semisal fandry ini adalah korban bully.
pertama kak Arta langsung memoto fandry yang masih luka-luka, baik dari bagian wajah maupun tubuh secara keseluruhan.
"nah ini bukti kekerasan fisik udah ada hanya saja bukti bentuk ancaman itu belum ada kamu masih mau nggak berhadapan sama mereka fandri, jadikan itu kesempatan terakhir untuk kamu mancing mereka agar mereka mengancam kamu lagi"
"aduh kak ide kamu terlalu gila aku takut nanti kalau aku dipukulin lagi aku mati"
"gak laah nggak mungkin juga lah mereka segila itu"
"gimana sayang kamu setuju enggak"
"hhmm kalau itu berhasil ya kenapa enggak, tapi ya itu kembali ke fandri lagi dia mau atau enggak"
"aduh gimana ya, sakit banget lo tapi ya udah deh"
pada akhirnya fandry pun setuju dengan rencana kak Arta mereka pun menentukan kapan waktu yang tepat untuk menjalankan rencana tersebut.
"ok ya fan udah ngerti"
kata kak Arta setelah menjelaskan
"hhmm ya udah lah kak ok"
masih bingung padahal
"ya udah kamu mandi lah bau bangkai banget tau gak"
"ya gini kalau kakak ipar durhakaaaa!!"
"hahahahahaha mana ada yang kaya gitu kamu ini, udah mandi biar siap siap buka kita"
"aku gak puasa kak hehehehe"
"dasar tempe!!"
"enak aja!!"
"eh eh kak tapi bilangin ke kak tarika yaa gorengin nuggetnya lagi"
"oohh iya nugget"
baru ingat
"eh eh kak mau ke mana, jangan lupa yaa"
"ogaaah nanti jatahku berkurang pula"
pergi
begitu ingat langsung mencari tarika
"sayang"
memeluk dari belakang
"apa!!"
dengan galaknya
"ya elah yang gitu amat jawabnya"
"biasanya kalau udah gitukan ada maunya"
"hehehehe maunya gak susah kok yank"
"hhmmm tu kan"
"hehehehe goreng nugget yang banyak ya sayang"
"ya ya ya"
melepaskan pelukannya
"yaank ih"
"kan udah aku bilang iya loo kak"
"hehehe ok ok"
setelah itu kamipun berbersih diri untuk menunggu waktu berbuka puasa, kak Arta dan fandri menyusun semua makanan di atas meja makan sedangkan aku masih menggoreng nugget.
"kak minumannya di kulkas keluarin"
teriakku menyuruh kak Arta
"iyaaa"
dug dug dug
Allahuakbar Allahuakbar
terdengar suara azan berkumandang kamipun segera menyelesaikan semua dan merapat ke meja makan untuk berbuka puasa.
setelah membaca doa buka puasa kak arta dan fandri langsung menyerbu nugget yang aku goreng tadi membuat meja makan malam ini sangat ribut di buat mereka.
"KALIAAAAAN!!! simpan nugget itu yaa shalat dulu ini gak!! pada ngerebutin makanan"
kataku mengambil nugget yang mereka perebutkan
"yaaaaaah"
kata mereka panjang
"Hulk marah"
kata fandri pelan
"APA!!!"
"Ups!!"
lari
setelah keributan itu kami pun pergi shalat bersama, meninggalkan kedua anakku bermain-main sendiri.
begitu selesai sholat mereka pun langsung mengambil nugget yang aku simpan tadi lalu mereka memakannya sambil bercerita dengan aku duduk disamping mereka sebagai pendengar yang baik.
"assalamualaikum"
"waalaikumsalam"
jawab kami
"eh fan Bunda!!"
baru sadar
"iya aku tau itu bunda emang kamu kira aku budek apa"
dengan santai
"goblok ini anak woy muka kamu woy"
kataku cepat
"astagfirullah iya!!!"
baru sadar
"sembunyi sembunyi fan cepet!!"
kak Arta ikut heboh
"di mana di mana aduuh"
bingung dan panik
"di bawah cepetan!!"
langsung menarik
setelah bersembunyi Bunda pun langsung terlihat
"tar kamu ngasih nugget sausnya gak ada, yaa gak enak bagi sausnya lah"
kata bunda mendekat
"laah bunda gak punya saus"
tanyaku basa-basi
"gak, makanya bunda mau minta ini"
"ooh ok sebentar ya Bun tarika ambilin"
sementara itu yang tengah sembunyi di bawah meja gemetaran
"lah kak kamu ngapain ikut sembunyi"
tanya fandri bingung
"looh iya yaa"
"udah sana naik"
suruh fandri
"yaah nanti bunda curiga kalau tiba tiba aku naik"
"aduuhh sempit"
menggeser
"sabar dong fan, aku keluar takut kamu ketangkap lagi"
"hmm iya ya kak, ih ini pun ada ada aja"
"reflek aku fan hehehe"
setelah kembali dari dapur mengambil saus aku pun langsung memberikan pada Bunda.
"makasih, bunda pulang yaa"
"iya, masama Bun"
Akupun terus menatap Bunda memastikan dia benar-benar sudah pergi lalu menyuruh fandri keluar dari tempat persembunyiannya.
"ok ok aman"
kataku mengkode
"Alhamdulillah"
kata kak Arta dan langsung keluar
"eeh tar!"
"astaghfirullahaladzim!!"
kaget
"apaan sih kayak ngelihat hantu aja kamu ar "
kata bunda merasa aneh
"hehe maaf Bun"
kata kak Arta berusaha bersikap biasa padahal sangat kaget
"kenapa Bun kok balik lagi"
tanyaku segera mendorong kepala fandri yang ingin keluar
"itu gimana juga fandri udah bisa di hubungi belum"
tanyanya
"belum Bun, malah terakhir tarika telepon nomornya enggak aktif"
sedikit bohong
"oohh ya udah deh, kalau ada kabar langsung kasih tahu bunda"
"ok Bun"
kali ini aku benar-benar memastikan kalau Bunda sudah pergi karena kalau tidak pasti akan ketahuan untung saja tadi ke Artha dulu yang keluar bukan fandri.
"ok aman fan"
"aman aman leherku yang gak aman Kak mau patah kamu dorongin tadi"
omelnya
"Yee syukur aku dorong yaa kalau gak jadi apa kamu di buat bunda"
balik mengomel
"hehehe iya kak iya ya udah yuk Kak"
kata fandri mengajak kak Arta
"yuk ke mana"
"mabar"
"hah!! enak aja kalian"
menjewer
"wadauu!! sakit!!"
teriak mereka
"cuci piring sana!!"
suruh ku
"tapi . . . "
terputus
"TAPI APA LAGI!!"
teriakku
"ok siap siap bos!!"
langsung mengemasi piring-piring kotor
=================================
semoga suka