aku dan kak Arta langsung mencari sumber suara, kami mencari dari satu ruangan ke ruangan yang lain tapi belum ketemu.
"tadi itu suaranya dari mana ya kak"
tanyaku masih was was
"entah deh yank"
masih mencari
begitu kami mengarah ke dapur dan menyalakan lampu lalu kembali mencari entah itu kucing tikus atau bahkan orang yang masuk.
"mana sih"
kata kak Arta
"kak kak liat deh ituu"
tunjukku
"itu kan"
mendekat
"astagfirullah Kak itu bu Melani"
kataku membuka mata lebar karena benar-benar kaget
"kamu panggil penjaga di luar deh suruh telepon ambulans"
suruh kak Arta cepat
"ok"
aku pergi keluar memanggil salah seorang penjaga dan mengatakan kalau ibu Melani pingsan.
aku menyuruhnya untuk segera menghubungi ambulans.
aku langsung berlari ke rumah dan melihat keadaan ibu Melani, saat itu kak Arta hanya bisa mengecek denyut nadinya.
"gimana Kak"
tanyaku
"denyut nadinya nggak normal sayang agak lemah"
kataku
"bukannya tadi siang ibu Melani baik-baik aja ya"
tanyaku lagi
"iya, gimana ini dia enggak demam kok aku nggak bisa cek detak jantungnya atau tensinya karena aku nggak bawa peralatan"
kata kak Arta bingung
salah seorang dari pengawal yang berada di luar masuk ke dalam dan menanyai bagaimana keadaan ibu Melani, kak Arta menjelaskan semua padanya dan kami saat itu hanya bisa menunggu ambulans aja.
memang sih banyak mobil di rumah ibu Melani tapi kalau yang punya mobilnya aja pingsan yang mau ditanyain siapa coba.
"ambulans udah datang"
kata seorang pengawal dari luar
"ok"
kata-kata ingin membopong ibu Melani
"biar saya saja pak"
kata pengawal yang tadi
aku memperhatikan wajah ibu Melani yang sedang diangkat oleh pengawal itu
"ibu Melani terlihat pucat"
kataku pelan
kami naik ke ambulans termasuk pengawal yang tadi ikut mendampingi juga dan tak lama di perjalanan akhirnya kami pun sampai.
ibu Melani langsung ditangani oleh dokter, ibu Melani menjalani pemeriksaan dari denyut nadi detak jantung tensi bahkan tes darah.
"maaf untuk semuanya saya harap bisa menunggu di luar sambil menunggu hasilnya keluar"
kata dokter
kami pun hanya bisa menuruti perkataannya aku dan yang lainnya duduk di luar menunggu kedatangan dokter untuk mengatakan hasil pemeriksaannya.
setelah beberapa menit menunggu akhirnya dokter pun datang dan langsung masuk ke dalam ruangan begitu juga dengan kami.
"bagaimana keadaan ibu Melani"
tanya pengawal tadi
"menurut hasil pemeriksaan darah, ibu Melani tidak mengalami penyakit serius, hanya saja beliau mengalami stres dan juga kelelahan, sepertinya pola makan beliau sangat kacau yang juga jadi penyebab menurunnya kesehatannya, jadi hanya perlu istirahat yang cukup dan mengkonsumsi vitamin juga makanan yang sehat, saya rasa penjelasan saya cukup saya permisi dulu"
kata dokter
"terima kasih dok"
jawab kami hampir bersamaan
dokter pun pergi.
kami masih menunggu ibu Melani sadar tapi karena hari benar-benar sudah larut malam pengawal yang tadi ikut bersama kami menyuruh kami untuk pulang.
" biarkan saya yang menjaga ibu Melani dengan temannya yang sedang di perjalanan menuju kemari"
katanya
karena memang pengawal itu benar-benar meyakinkan kami, aku dan ke Artha pun memutuskan untuk pulang ke rumah ibu Melani.
"kayaknya ibu Melani sangat memikirkan masalah ini ya Kak sampai sampai stress kayak gitu itu"
kataku begitu kami tiba di rumah ibu Melani
"sepertinya begitu, sampai kelelahan dan pola makannya tidak teratur lagi, aduh semoga aja masalah ini cepat selesai dan tidak membuat banyak orang menjadi pusing apalagi sampai sakit seperti ini"
lanjut kak arta
"iya kak"
anggukku
begitu di dalam kamar kami mengganti baju dan langsung beranjak tidur.
tuut tililiit tililiit ti t
(suara ponsel kak Arta)
Aku yang merasa kebisingan dengan suara ponselnya kak Arta itu menyenggol kak Arta, sekali ponsel itu berhenti berbunyi tapi kembali berbaring lagi dan kak Arta masih saja tidur dan biasa biasa saja, aku yang sudah kesal tidak lagi menyenggolnua tapi langsung mendorongnya dengan kakiku.
grebuak
(jatuh)
"aduuh"
teriaknya
"yank ih apaan sih kok nendang nendang aku"
tanyanya
"ponsel kamu bising ah ganggu aku tidur kak"
kataku dan kembali menarik selimut dan kembali tidur
terdengar samar-samar kalau kak Arta mengangkat telepon dan pergi keluar.
rasanya sangat damai dan aku kembali terlelap dalam tidurku.
"yank bangun yank"
kata kak arta membangunkan tidurku
"iihh aku masih ngantuk Kak"
kataku membalikkan badan
"hei sayang sekarang udah jam berapa coba ayo bangun"
katanya lagi
"hah!!?"
kata aku masih setengah sadar
"bangun bangun sekarang udah jam 8.30 juga"
lanjut kak Arta
"hhmm iya iya"
aku pun akhirnya duduk dan membuka mata
tak lama setelah nyawa dan tenagaku terkumpul aku bangkit dan segera mandi begitu selesai lalu aku keluar dari kamar mencari kak arta yang ternyata sedang menemui seseorang yaitu
"balri! udah sampai"
kataku sedikit kaget
"kamunya aja tidur mulu"
jawab nya
"hehehehe"
Aku hanya bisa cengengesan
"duduk loo sayank"
kata kak Arta
"iya iya"
"yank kenalin ini yang namanya Panji itu"
kata kak Arta memperkenalkan
"Hay Mbak tarika saya Panji"
mengulurkan tangannya
"ya ampun ini Panji itu, kok muda banget ya"
kataku kaget
"hahahaha makanya saya panggil mbak loo"
katanya tertawa
"ya ampun dek umur kamu berapa"
kataku lagi
"ih kok kamu kepo banget sih tar"
lirik balri
"suka suka dong bal apa sih"
lirikku balik
"hahahaha udah udah"
dalam tawanya Karta berusaha melerai kami
aku yang saat itu masih kepo kepo nya pindah duduk yang tadinya di samping kak Arta dan sekarang aku duduk di samping Panji, bukannya aku genit cuman aku pengen tahu lebih banyak aja.
walaupun saat itu kak arta sudah melirikku seolah-olah dia memberi kode kalau dia sedang marah ya bodo amat lah tingkat kepoku ini tidak bisa ditunda.
saat kak arta sedang berbicara dengan balri Aku berbicara dengan Panji, aku menanyainya banyak hal.
katanya Panji saat kuliah dulu mengambil jurusan komputer dia benar-benar sudah menguasai konsep dasar komputer seperti jaringan komputer, protokol jaringan, firewall dan apa lah banyak namanya aku juga gak paham.
umurnya sekarang masih 21 tahun berarti kalau misalnya dia tamat kuliah waktu itu umurnya 15 tahun yaah.
sekarang Panji kerja pada satu perusahaan besar yang berada di Indonesia sebagai salah satu penjaga keamanan situs website dalam perusahaan itu sebagai seorang saiber.
"waah gila, kamu dikasih makan apa sama mama kamu Panji kok bisa pinter banget"
tanyaku masih tak habis-habis
"hahahaha apalah kakak ini sama lah makan nasi juga"
jawabnya
"hahahahaha tapi ya syukur alhamdulillah Tuhan memberi kamu kecerdasan dan bisa menguasai banyak ilmu, kamu tidak menyalahgunakan itu semua"
lanjut ku dan mengusap kepalanya seperti mengusap kepala fandry adikku yang di rumah saat itu dia pun tersenyum.
"udah selesai kepo nya sayang"
kata arta
"hehehe udah bos"
jawabku cengengesan
"ok!! jadi rencananya kita bakal selidiki dan cari bukti-bukti yang hilang terlebih dahulu, setelah semua bukti terkumpul kita tinggal cari pelaku dan balik tuntut si plagiat yang sesungguhnya, gimana!?? setuju! atau punya saran yang lain??"
tanya kak Arta
"hmm ok lah ok gimana Panji"
tanya Balri
"ok kok"
setuju Panji
"hmm gak gak"
"lah kenapa sayang"
kata kak Arta bingung
"rencana pertama adalah balri dan Panji istirahat terlebih dahulu, seburu birunya kita kesehatan itu lebih penting, kalian itu baru nyampe nggak mungkin lah itu nggak butuh istirahat dan lagi ya kalian mau selidiki itu semua kalau kuncinya aja kalian nggak pegang gimana??? ibu Melani kan lagi sakit dan gak mungkin kalian bertiga masuk ke dalam perusahaan dan otak atik kantor pusat, itu namanya ilegal. udah!!? Panji, balri kalian istirahat dulu di kamar kumpulin tenaga pikiran!! biar aku dan kak arta datang ke rumah sakit untuk meminta izin untuk bisa melakukan semua rencana ini"
omelku panjang
aku lihat semuanya diam dan ter plongok dengan rasa protes ku yang panjang terhadap rencana mereka.
"kak kak, itu istrinya Kak Arta lebih galak dari bos aku keren bah!! gini gini bisa jadi bos itu Kak"
bisik Panji pada balri
"hehehe iya keren"
kata balri pelan
"hai!! kalian kira aku gak dengar apa!! udah sana istirahat dulu!"
suruh ku
"hahahaha aaasiaap!!!"
kompak mereka
"dasar fens Atta halilintar, ya udah kak ajak mereka ke kamar tamu terus kita siap-siap ke rumah sakit untuk bilang ke ibu Melani"
lanjutku
"siap Bu bos akan segera dilaksanakan hehehe"
kak Arta pergi dengan Balri dan Panji
" dasar!"
aku kembali duduk dengan santainya memikirkan semua yang sudah direncanakan tadi.
tapi entah kenapa tiba-tiba perasaan ku jadi tidak enak seperti sedang diperhatikan seseorang dari belakang, segera aku berbalik melihat ke belakang tapi aku tidak mendapati siapapun.
"aah mungkin perasaan aku aja"
kataku
tak lama kak arta pun kembali, aku bersiap-siap untuk pergi ke rumah sakit sebelumnya kami telah berpesan dan juga izin pada pengawal yang berada di rumah ibu Melani, kami pun segera menuju ke rumah sakit tak lama kemudian kami pun sampai dan langsung menuju ke dalam ruangan ibu Melani dirawat.
syukur ibu Melani sudah sadar dari pingsannya semalam.
"ya ampun ibu dijaga dong kesehatannya"
kataku sambil menepuk-nepuk tangannya dan dia pun tidak menjawab hanya tersenyum saja
"ibu udah makan"
tanyaku lagi
"udah"
jawabnya singkat
"ooh bagus lah kalau begitu"
kataku tersenyum
"Bu sebenarnya kedatangan kami kemari ada maksud untuk minta izin ibu"
kata kak Arta langsung
"kak ini yaa main langsung langsung aja"
cubitku
"aduh yank sakit"
katanya pelan
"udah gak papa kok, izin apa yaa"
tanya buk Melani
"ibu Melani aja nggak keberatan kok yang"
lirik kak Arta padaku
"hhmmm"
"ih udah kok malah berantem ada apa"
tanya buk Melani lagi
"Bu . . . . ini soal penyelidikan dari kasus yang kemarin, saya dan teman-teman berencana untuk melanjutkan pencarian bukti yang hilang, tapi karena ibu tidak akan bisa ikut kami perlu izin untuk bisa masuk ke dalam perusahaan inti, menurut ibu bagaimana?? apakah ibu bisa menyetujui, kalau tidak ya sudah tidak apa-apa, kami akan menunggu ibu setelah sehat nanti"
jelaskan kak arta langsung pada intinya
"hhmm ya udah gak papa, saya percaya dan saya mengizinkan secara bebas kalian untuk menyelidiki semuanya"
kata Bu Melani membuat kami lega
"waah terima kasih Bu"
"tapi untuk masuk kalian emang perlu kartu akses dan saya punya 1 kartu akses untuk semua itu, saya letakkan di kamar saya di sebuah laci di dalam kotak rias kalian bisa ambil"
lanjutnya
"waah nggak sopan dong Bu masuk ke kamar ibu"
kataku langsung
"udh gak papa, oh yaa nanti setelah kalian keluar dari kamar tolong kunciin kamar saya ya dan bawa kuncinya"
lanjutnya
"hhmm ok lah buk"
jawab kak Arta
kalau gitu kami pamit ya buk, ibu nggak usah pikirin yang macem-macem cukup istirahat yang cukup makan yang banyak biar cepat sehat ya Bu"
kata kak arta bangkit
"iya pasti itu, oh ya tolong lihat lihatin Nirmala juga ya"
pesannya
"iya buk, kami pergi yaa"
"iya hati hati"
kami pun langsung pulang dan begitu sampai menuju kamar ibu Melani yang tak terkunci dan mengambil kartu akses di tempat yang di maksud tadi.
tak lupa setelah mengambil kartunya aku mengunci pintu kamarnya seperti pesan ibu Melani tadi dan aku menyimpan kunci itu.
aku dan kak Arta berpisah, aku pergi mencari Nirmala yang dari kemarin belum ada kelihatan sedang kak Arta pergi mencari balri dan Panji.
aku tanya salah seorang pengasuhnya yang sedang berada di dapur dan mereka bilang Nirmala sekarang masih berada di sekolah mungkin sebentar lagi akan pulang.
setelah menunggu cukup lama akhirnya Nirmala pulang, aku lihat gadis kecil yang riang itu sama sekali tidak mengetahui kalau mamanya sedang berada di rumah sakit, aku hampiri dia dan aku ajak dia mengganti baju.
"Mbak di mana kamar ganti pakaiannya Nirmala ya biar saya aja yang gantiin"
kataku pada si mbak
"looh nggak usah repot-repot Bu itu tugasnya saya nanti ibu Melani malah marah sama saya"
katanya takut
"loh gak papa loo mbak, saya udah biasa ngurusin anak-anak di rumah, apalagi udah berapa hari di sini kan bosen juga nggak ngapa-ngapain, boleh ya mbak saya nggak bilangin deh sama bu Melani janji"
kataku lagi
"aduh gimana ya Bu"
bingung
"boleh yaa mbak"
kataku lagi
"ya deh iya"
katanya berat
"si mbaknya berat ya udah ikut aja liatin gitu hehehe"
kataku dan menggandeng Nirmala
si Mbak pun menunjukkan kamar Nirmala aku langsung mencari pakaian yang akan dikenakan Nirmala dari lemarinya sedangkan si mbak hanya duduk melihati aku saja.
"jangan dilihat saya segitunya dong Mbak saya kan jadi GR"
kataku becanda
"maaf buk"
katanya
"heheheh santai aja mbak"
kataku dan duduk memakaikan baju pada Nirmala
"waah cantiknya anak mama Melani ini"
kataku mencubit pipinya Nirmala
setelah beberapa menit mendandaninya seperti aku biasa mendandani Tika anakku di rumah akhirnya selesai juga
"ya udah mbak sebentar lagi kira-kira setengah jam waktu makan siang Nirmala ya, kalaupun mau ajak main jangan jauh-jauh"
kata si mbak
"ok sip, kami main di taman belakang ya mbak"
jawabku pada si mbak
"ayo Nirmala kita otw mau digandeng atau digendong"
"Nirmala udah besar Tante kata Mama nggak boleh digendong, hmmm tapi kalau sama Tante mau deh"
katanya mengangkat kedua tangannya
aku pun tersenyum melihat cerianya anak ibu Melani, aku gendong dia dan langsung menuju ke taman belakang rumah, dengan asyiknya kami bermain semua permainan yang ada di situ sampai membuat kami lupa waktu.
sudah setengah jam berlalu dan si mbak yang tadi pun menghampiri kami Dan mengajak Nirmala makan siang.
"ya udah saya tinggal yaa mbak, kalau ada apa-apa panggil aja saya ya sebentar lagi jam tidur siang nya kan saya permisi"
kataku pamit
"iya buk"
kata si mbak dan tersenyum
aku pun pergi mencari kak arta dan juga yang lainnya, aku lihat mereka berkumpul di bangku dekat kamar aku pun menghampiri mereka.
"yank, setelah makan siang kami akan langsung berangkat ke perusahaan inti kamu nggak papa kan aku tinggal lagi"
tanya kak Arta
"hmm ok gak papa kok, aku masuk ke kamar benar yaa"
kataku
begitu aku masuk ke dalam kamar kak Arta pun ikut masuk juga.
tiba-tiba kak arta memelukku dari belakang mengecup pipiku dengan sangat lembut nya, aku pun membalikan badanku dengan memeluknya dengan erat.
"kenapa kak"
tanyaku pelan
"Aku capek sayang"
jawabnya dan merebahkan kepalanya di
"aku tau kak, tapi kita semua harus kuat kamu yang sabar yaa kak"
kataku mengusap kepalanya pelan
"doain aku ya sayang semoga aja aku bisa melakukan semua ini dengan baik"
kata kak Arta menaikkan kepalanya dan menatapku
"pasti sayang,aku sebagai istri akan selalu mendoakan kamu dengan doa yang terbaik untuk kamu kapanpun dan dimanapun kamu kak"
kataku dan mengecup bibirnya lembut
"terima kasih sayang"
kata arta dan dia tersenyum melihat
===============================
gimana yaa kelanjutannya
penasaran????
dukung terus cerita ini agar aku semakin sering up dan aku semakin punya ide-ide untuk nulis
dengan cara tulis ulasan dan kasih bintang 5 juga komentar