Keesokan harinya..Bulan bersiap untuk pergi ke rumah orang tua Bagaskara. Jaraknya sekitar 1 jam lebih 30 menit menggunakan mobil. Tidak terlalu jauh. Namun sepanjang perjalanan praktis Bulan merasakan nervous yang tidak berkesudahan. Memang baru kali ini ia dengan serius mendatangi rumah kekasih nya untuk memperkenalkan diri..dan ini hanya sebagai langkah awal nya demi mendapatkan restu dari kedua orang tua Bagaskara.
" Tidak perlu tegang begitu, Sayang..ke dua orang tua q memberikan kuasa penuh untuk q memilih pasangan hidup. Mereka sudah mendengar cerita tentang mu sedikit. Dan mereka sangat antusias." Bagaskara mencoba menenangkan Bulan.
" Ini pertama kalinya aq memperkenalkan diri seserius ini." Bulan merasakan kedua telapak tangannya dingin..
Rumah Bagaskara tidak besar. Tetapi tertata rapi. Ayahnya juga seorang polisi yang berdinas cukup jauh dari rumah. Walaupun begitu semangat nya sebagai seorang polisi senior sangat menginspirasi Bagaskara.
" Aq ingin membanggakan ayah q..aq harus bisa menjadi lebih baik dari beliau." Bagaskara mengatakannya pada Bulan ketika ia menceritakan tentang keluarga nya.
Ada taman kecil di samping teras. Di sanalah Bulan melihat sosok tambun dengan perut buncit tengah merawat tanaman. Mirip dengan Bagaskara hanya saja kulitnya lebih gelap dan gemuk. Terlihat guratan lelah di bawah matanya. Mungkin karena jam baru saja pulang dinas dan belum sempat beristirahat.
" Selamat pagi, Ayah.." Bagaskara memeluk nya dengan rindu. " Apakah ayah sehat-sehat saja?"
"Oh..kau datang juga..ayah sehat..bagaimana dengan mu?" Ayah tersenyum menyambut kedatangan mereka berdua. Sungguh keluarga yang hangat, pikir Bulan.
" Ayah..ini Bulan..gadis yang aq ceritakan waktu itu." Bagaskara menggandeng tangan Bulan.
" Selamat pagi, Ayah.. perkenalkan.. saya Bulan." Bulan merasa sedikit kaku dari pada biasanya.. Untuk pertama kali..ini mungkin sudah lumayan. Walau ia masih terlihat salah tingkah.
Ayah tersenyum hangat.. membuat Bulan dapat melepaskan sedikit ketegangan nya
" Kalian berdua..masuklah. Ibu sudah menunggu." Ayah membimbing mereka berdua masuk ke dalam rumah.
Ruang tamu dengan kursi shofa abu-abu bercorak garis gelap. Meja tamu dan meja nakas yang di atasnya diletakkan pot bunga hias anggrek ungu dan di kelilingi pigura-pigura foto keluarga ukuran kecil. Sebuah lukisan kuda berpigura warna emas digantung di atas shofa besar. Tirai berwarna dasar krem dengan corak bunga-bunga warna coklat dan emas menghiasi 2 jendela besar dan pintu pemisah antara ruang tamu dengan ruang berikut nya. Semua nya berkesan bersih.
Bulan duduk di samping Bagaskara. Sedangkan Ayah duduk di shofa di hadapan mereka.
" Bulan.. apa kau benar-benar menyukai Bagaskara?" Ayah membuka pembicaraan dengan topik yang langsung pada pokoknya. Sepertinya Bulan paham..dari mana asal sifat Bagaskara yang selalu to the point.
Dan sepertinya pembicaraan tampaknya akan berlangsung sangat singkat..
" Ya, Ayah.." Bulan menjawab dengan malu-malu..ia tidak mengira akan ditanya langsung secepat ini.
"Apakah ke dua orang tua mu sudah merestui hubungan kalian?" Ayah kembali bertanya.
" Ya, Ayah.. Ke dua orang tua saya telah mengetahui hubungan kami.
" Baiklah kalau begitu..minggu depan kami akan berkunjung ke rumah mu. Kami ingin berkenalan dengan calon besan kami."
Dan untuk kesekian kalinya, Bulan bagai mendapatkan serangan jantung.. Ada apa dengan keluarga ini? Semua serba cepat. Dan bahkan aq tidak mendapatkan kesempatan untuk bernafas..atau berpikir..
Ibunda Bagaskara juga sangat baik. Memberikan kepercayaan kepada anak-anak nya dengan tetap memberikan arahan-arahan yang baik. Bulan merasa nyaman dengan calon keluarga barunya. Sehingga walaupun semua terasa cepat, sepertinya tidak ada yang perlu ia khawatirkan.
Perjalanan pulang.. Bulan mendapatkan dirinya jauh lebih rileks. Beberapa kali ia mendapatkan bahwa Bagaskara meliriknya.
" Apa? Aq baik-baik saja.." Bulan menahan geli.
" Apa yang kau rasakan sekarang? Apa kau menyukai kedua orang tua q?" Bagaskara tampak khawatir.
" Kedua orang tua mu sangat baik, Bagas. Tidak ada alasan untuk q untuk tidak menyukai mereka berdua." Bulan tanpa beban mengatakannya.
" Bagus..aq hanya tidak ingin kau merasa tertekan. Jika ada sesuatu..bicarakan saja. Agar aq segera mengetahui nya. Aq tidak ingin kau memikirkan masalah mu sendiri. Ingat.. mulai sekarang biasakanlah..kau punya aq. Dan aq akan berada di sana..baik kau suka atau tidak suka..aq harap kau bisa menerima q dengan segala q, apa adanya. Ingatlah..jangan ada rahasia di antara kita. Hanya tinggal menunggu waktu..kau akan menjadi milik q dan aq akan menjadi milik mu. Tidak akan lama lagi. Aq tau..ini tidak akan lama lagi." Bagaskara menyatakan kepemilikan nya dengan tegas. Ia sungguh memberikan kepastian dalam hati Bulan yang selama ini ia dambakan. Semua yang Bagaskara lakukan.. merupakan rangkaian pembuktian usahanya atas nama cinta. Bulan tau.. pencarian hatinya atas cinta selama ini telah menemukan pelabuhannya..
" Dan kini..aq hanya memikirkan..apakah dunia mu akan seramah itu terhadap q? Aq tidak terbiasa dengan lingkungan mu. Apa kau yakin aq bisa?" Bulan mengerutkan alisnya..ia meragukan dirinya sendiri.
"Tenanglah.. proses itu akan mengalir.. tidak perlu terlalu kau pikirkan. Ini hanya akan berbeda sedikit. Mungkin kau akan mendapati bahwa diriku akan berbeda dengan mantan-mantan kekasihmu. Tapi q harap aq akan selalu menjadi yang terbaik..aq akan berusaha keras untuk itu. Mulai saat ini q mohon..terimalah aq.. dengan segenap hatimu..aq tau.. memenangkan cinta mu tidaklah mudah. Tapi aq sudah cukup bahagia dengan apa yang q dapatkan sekarang. Ingatlah..aq tidak akan mengizinkan jika ada pria manapun lagi yang berusaha untuk mendekatimu. Kali ini aq tidak akan tinggal diam." Bagaskara memberikan penegasan ruang wilayah teritori nya. Tapi ini normal-normal saja bukan? Siapa yang rela jika kekasih hatinya didekati oleh pria lain? Bagaskara sangat enggan untuk memikirkan nya. Membuat perutnya mulai kaku.
" Kau pikir aq semudah itu untuk di dekati? Oh..yang benar saja?.. Dhany..dia hanya beruntung mendapatkan jalur khusus melalui sahabat q.. sedangkan kau..aq telah terbiasa dengan kehadiran mu dalam se.. kehidupan q saat aq merasa kosong." Bulan hampir keceplosan..ia tidak ingin Bagaskara tau bahwa ia telah hadir dalam mimpi-mimpinya jauuhh sebelum mereka berdua bertemu. Ia ingin mnenyimpan nya sendiri. Lagipula..ia merasa malu untuk menyampaikan nya..Bagaskara telah melakukan reservasi khusus dalam hatinya bahkan jauh sebelum mereka bertemu. Karena bukankah itu akan terlihat sedikit aneh?