Sesaat Bulan merasa ingin berlari saja karena ia tau wajahnya sudah memerah dari tadi. Banyak pria tampan dan berkompeten berdiri di hadapannya selama ini, tetapi baru kali ini di pertemuan pertama tanpa sengaja ini langsung membuatnya gugup. Sedikit kecewa dengan dirinya sendiri. Bulan berusaha mengatur suaranya agak tidak bergetar, " Umm..tidak apa-apa. Saya baik-baik saja.." Kemudian bergegas kembali ke mejanya. Dhany tengah mengutak-atik ponselnya, " Apa kita bisa pulang sekarang, Dhany?" Bulan mulai merasa tidak nyaman berada di sana. "Ya.. sudah larut malam, lebih baik kita pulang sekarang." Dhany meng-iya kan. Ia pun segera memanggil pelayan untuk mengurus pembayarannya. Segera beranjak dari sana, saat melewati meja Dhimas dan teman-temannya, Dhany menyapa mereka sebentar. " Dhimas..kami mendahului. Nanti aq akan menghubungi mu."
" Baiklah, sampai bertemu, Dhany." Dhimas menjawabnya hangat.
Namun saat itu, tidak ada yang menyadari, tatapan mata Bulan bertemu dengan salah satu dari mereka, pria berkaus lengan panjang hitam. Suasana hangat itu mendadak tidak lagi terasa bagi ke dua nya. Mereka saling bertanya dalam hati arti pandang mata yang sama sekali tak biasa. Penuh makna, dan seperti berusaha untuk saling berkomunikasi antara satu dengan yang lain..tidak mengerti apa maksudnya..hanya debaran hati yang makin bergemuruh tak menentu menyiksa mereka berdua..
Tanpa ada satupun yang menyadari..dua hati telah dipertemukan tanpa sengaja. Namun dengan adanya beberapa rintangan antara mereka..saat ini..saling memandang dari balik jendela saja sudah cukup memberikan lusinan emosi yang bergelut menuntut jawaban..
Aq harus segera pergi dari sini. Jika ia benar-benar pria yang ada dalam mimpi q selama ini, mengapa berjumpa sekarang? Ini tidak benar. Ini tidak boleh. Apa takdir tengah meneruskan permainannya atas diri q? Kesalahan apa yang telah q perbuat sehingga q merasa telah melakukan langkah yang salah? Dhany sudah cukup baik pada q. Kami berdua tidak ada masalah selama ini. Sepertinya semua akan baik-baik saja. Yang aq takutkan..jika pria itu benar-benar dibawa oleh takdir kehadapan q.. Maka ini semua adalah awal.. awal permasalahan percintaan q yang baru.
Langkah kaki Bulan terasa melayang menyusuri jembatan penghubung restoran. Hutan bakau yang dihiasi lampu-lampu indah tidak berhasil memperbaiki risau hatinya. Secepat yang ia bisa, se wajar yang ia mampu..selekasnya pergi dan pulang. Hari ini sungguh ditutup dengan ketidakstabilan hati. Pertanda buruk.
Di dalam mobil Dhany memasangkan safety belt Bulan dan mengencangkannya. " Kau terlihat gelisah, Bulan. Apa ada sesuatu yang mengganggu mu?"
Bulan tersentak dari lamunannya..segera mengatur nafasnya agar terlihat lebih normal.." Hmm..aq hanya terlalu lelah..bisakah kita lebih cepat? Aq ingin segera tiba ke rumah."
"Baiklah." Dhany menatapnya kemudian mengusap kening Bulan. "Keringat dingin..apa kau kurang sehat?" Dhany menjadi khawatir mendapati Bulan yang setelah ia amati terlihat gelisah." Sayang..tangan mu dingin." Dhany memeriksa telapak tangan Bulan dan meraba nya.
" Yaa..mungkin karena angin laut dan..aq telat makan." Bulan mencoba mencari alasan termasuk akal nya.
"Oh..maafkan aq, Sayang.." Dhany memacu laju kendaraannya lebih cepat. Khawatir penyebab sakitnya Bulan akibat menunggunya terlalu lama hanya untuk menemaninya makan malam. Ia merasa berdosa karena bahkan selama Bulan menunggunya, sedangkan ia asyik berpesta bersama teman-temannya. Sungguh, Dhany menjadi merasa sangat bersalah.
Sesampainya di depan gerbang rumah Bulan..Dhany segera membantunya melepaskan safety belt, dan dengan khawatir mengantarkan Bulan sampai depan pintu rumah nya.
"Bulan..maafkan aq..aq sangat tidak peka dengan mu sampai kau harus menunggu q selesai berpesta dengan rekan2 kerja q tadi. Q pikir tidak akan lama..sampai secara sembrono aq meminta mu menunggu q untuk makan malam bersama q. Maaf kan aq.." Dhany menggenggam tangan Bulan yang masih dingin..
" Oh, sudahlah, Dhany..aq hanya perlu istirahat. Yakinlah..besok aq sudah baik-baik saja. Kau tenang lah. Segeralah pulang dan beristirahat Terimakasih atas makan malamnya, Dhany.." Bulan menenangkan Dhany.
Kemudian ia masuk ke dalam rumah, meninggalkan Dhany dengan rasa bersalah nya. Bulan masih bisa merasakan tatapan mata bersalah Dhany di punggungnya. Mau tidak mau ia pun menjadi tidak enak atas rasa yang dialami Dhany..karena ini sama sekali bukan karena kesalahannya..Namun ia pun tidak mungkin mengungkapkan penyebab rasa hati dan kegelisahan nya malam ini. Malam semakin larut..dan Bulan sama sekali belum mampu meredupkan matanya untuk beristirahat. Secara acak..ingatannya akan pria itu kembali hadir memenuhi pikirannya. Potongan-potongan mimpi itu..seakan mencocokkan diri dengan pria itu. Siluet tubuh tegap nya..pahatan sempurna rahang nya, segala gerakan dan postur tubuh yang sangat berwibawa, dan mata itu..tatapan mata itu..memberikan sensasi yang sama yang pernah ia rasakan di suatu tempat. Bulan berusaha mengingat-ingat kembali..tatapan tajam itu..hingga akhirnya ia pun terjatuh dalam mimpinya..alunan musik di lantai dansa membawanya ke zaman abad pertengahan. Ruang yang sangat luas dengan langit-langit yang tinggi. Hiasan lampu yang indah, namun tidak terlalu banyak..sehingga tidak semuanya dapat terlihat jelas. Bulan dibalut gaun sutra indah berwarna gradasi biru dan lembayung. Rambutnya digelung ke atas menampilkan leber jenjangnya yang indah berhiaskan kalung kristal berkerlip dan permata besar biru samudra. Stiletto berpita tinggi menghiasi ke dua kaki jenjangnya..menemaninya melangkah mengikuti alunan musik seorang diri. Bulan tersenyum..hanya menikmati langkah kaki dan gerakan tubuhnya yang menari mengikuti lembutnya alunan musik klasik itu. Saat ia semakin hanyut larut di dalamnya..tiba-tiba sebuah tangan kokoh menariknya..menangkapnya dalam pelukan. Bulan terkejut dan segera melihat pemilik tangan kokoh yang telah menariknya paksa ke dalam pelukannya. Hatinya berdebar.. apakah wajah itu yang ada dihadapannya? Apakah mata tajam itulah yang akan menyambutnya kali ini?
Dan ketika tatapan mata mereka bertemu..beribu luapan emosi tertahan yang selama ini ia pendam seperti mencair dengan sendirinya..
Waktu seakan berhenti. Bulan kembali terpaku dalam tatapannya yang begitu dekat dan kali ini benar-benar berhasil membius nya tanpa perlawanan. " Kau ini sebenarnya siapa?" Bulan menguatkan diri untuk menatap mata itu.
Pria itu melepaskan pelukannya dan menarik jemari Bulan kemudian menciumnya..
" What took you so long, my princess?"