Bel pelajaran terakhir sudah berbunyi dan seperti janji Alana bersama Dino pagi tadi, mereka pergi izin kelas dan menemui pihak sponsor. Yap, sekarang waktu nya Alana bekerja keras untuk menyukseskan acaranya. Sibuk dengan pertanyaan yang datang dan masalah keuangan yang terhambat.
Alana bersyukur ada Dino yang memahami keadaannya dan membantunya dengan sangat baik sehingga ia bisa beristirahat sejenak. Bahkan Dino juga membantu Alana mengantar Baju tante Rena. Baik sekali, bukan?
"Gue gabisa nego lagi, Al. Mereka tetep kekeh kalo mereka ga ngelanggar perjanjian." tiba-tiba Dino muncul dari balik pintu dan berbicara tanpa henti.
Mau tidak mau Alana yang tadinya berbaring segera beranjak dari posisinya dan duduk menyila disusul Dino yang segera naik ke ranjang uks dan mengikuti posisi Alana.
"Dan lo iyain gitu aja? Tanpa argumen sedikit pun? Seriously?"
"Lo ngeremehin gue banget, sih. Ya enggak lah. Gue kan pinter. Lo aja kalah sama gue."
"Apa yang lo lakuin?" sedikit tersinggung akhirnya Alana berbicara sedikit lebih datar.
"Gue akan batalin kerjasama sama mereka dan cari vendor lain. Denger perusahaan mereka punya kasus sama klien nya aja udah bikin gue kesel. Bisa-bisa nya lo cari vendor kaya gitu."
"Itu salah gue. Maaf."
"Hm." Balas Dino dengan sedikit anggukan.
Pembicaraan berhenti sebentar sebab Dino sibuk membuat teh di seberang sana.
"Gue bisa lakuin itu karena kita punya cukup uang." Tiba-tiba Dino kembali bersuara membuat Alana kembali membuka mata saat sebelumnya ia sempat menutup mata dan bersandar pada ranjang uks.
"Gue gamau ada kesalahan kaya gini lagi, Al. Lo selalu ceroboh dan ga tau apapun. Entah lo yang terlalu sibuk atau emang lo yang gamau cari tahu dan merasa mampu sendiri."
"Tap-
"Jangan bantah gue sekarang, Alana. Gue muak sama ambisi lo yang nyusahin semua orang. Bahkan untuk hal sepenting cari vendor aja lo gagal."
"Tau apa lo tentan-
"Cuma karena gue ga pernah aktif saat rapat bukan berarti gue gatau apa-apa. Gue kasih lo kesempatan untuk buktiin kemampuan lo di sini tapi ternyata kemampuan lo ga sebesar kesombongan lo." Dino menghentikan langkahnya dan berbicara dengan dingin.
"Ini bukan event kecil. Uang yang harus dipertanggung jawabkan juga ngga sedikit. Harusnya lo paham itu."
"Sekali lagi hal kaya gini terjadi, gue paksa lo mundur dari jabatan lo." ucap Dino masih dengan sikap dingin kemudian berjalan pergi sambil meminum teh yang ia buat. Dino bahkan tidak melihat Alana sedikit pun sejak berbicara.
Sementara Alana sangat kaget dengan perkataan-perkataan Dino. Ini pertama kali nya Dino bersikap blak-blakan seperti ini. Alana hanya bisa diam dan menatap lantai. Rasanya ia sangat marah mendengar perkataan Dino tapi tidak di pungkiri semua yang dikatakan Dino memang benar. Dan Alana sedikit merasa bersalah.
Tapi tahukah kalian? Alana adalah salah satu orang yang masuk dalam daftar orang populer di sekolahnya. Bukan karena wajahnya, melainkan prestasi yang ia dapatkan dengan susah payah. Tidak pernah keluar dari posisi tiga teratas peringkat paralel selama hampir tiga tahun ditambah kepribadian dingin, pendiam dan ambisi yang ia miliki membuat banyak orang penasaran dan membenci Alana. Kalah dalam pemilihan ketua OSIS adalah kegagalan terbesar yang pernah Alana alami.
Karena itulah, Alana disebut sebagai "Public Enemy".