Bayu segera melakukan panggilan melalui ponselnya.
Kemudian berselang beberapa detik suara dering dari ponsel kinan terdengar jelas dari dalam pagarnya.
"Ya ampun anak ini".
Bayu segera mematikan sambungan telponnya dan kemudian mengomel sendiri, yang membuat adam merasa iri karena bayu bahkan memiliki nomor ponsel gadis yang dicintainya dan bisa sedekat itu dengan kinan.
"Yaaaaa kamu ada di dalam, cepat keluar sekarang. Bahkan kamu sempat menggembok pagar ini ketika tahu ada seseorang di luar".
Bayu berteriak dari lubang pembuka gembok pagar itu agar terdengar jelas oleh kinan.
Karena tidak juga mendapatkan jawaban dia kembali berteriak.
"Kinan ayo cepat buka atau aku panggil security".
Tak lama bayu selesai dengan kata-katanya, ada security lewat di depan rumah kinan yang sedang berpatroli menggunakan sepedah.
"Mas bayu, ada apa? apa terjadi sesuatu di dalam?".
Adam terkejut dengan suara tiba-tiba di belakangnya. Lebih terkejut lagi ketika tahu itu security yang sepertinya sangat mengenal bayu.
Yang jadi pertanyaan adam adalah "Kenapa security perumahan tempat tinggal kinan sangat mengenal lelaki ini, Apa dia sangat sering datang ke rumah kinan? atau lebih buruknya lagi, apa lelaki ini tinggal di perumahan ini juga?".
"Ah tidak Om dadan, aku sedang memeriksa kinan yang ada di dalam. Tapi tidak ada yang serius , om bisa melanjutkan patrolinya lagi. Maaf karena membuat khawatir".
Lelaki berkacamata itu benar-benar sopan bahkan kepada security penjaga perumahan itu. Pantas semua orang terlihat akrab dengannya. baik keluarga ataupun lingkungan tempat tinggal kinan.
Adam ikut memanggil kinan.
"Kinan, kenapa kamu terus menghindariku, apa salahku, aku ingin menjelaskan semuanya kepadamu, aku mohon beri aku kesempatan".
Bayu menepuk pundak adam.
"Hentikan teriakanmu itu, itu terlalu memancing perhatian orang yang lewat"
"Kinan cepat buka gerbang ini atau aku telpon ibu sekarang".
Ancaman mematikan untuk kinan akhirnya bayu keluarkan.
"1,,,,2,,,, dalam hitungan ketiga aku tidak bisa menunggu lagi,,,,, 3.... Hallo ibu, aku berada di depan rumah ibu sekarang.....".
Kata-kata bayu terhenti, ia melihat kinan berlari keluar dari garasi untuk membuka gerbang.
"Maaf bu, nanti aku telpon lagi, kinan sudah membukakan gerbangnya, mungkin tadi dia sedang di toilet".
Dengan cepat bayu mematikan sambungan telponnya dan fokus kepada kinan yang sedang berusaha membuka gembok gerbangnya. Namun mungkin karena kinan grogi, dia sangat kesulitan saat membukanya.
Akhirnya bayu meminta kunci itu kepada kinan.
"Kemarikan kuncinya, kenapa kamu bertingkah seperti anak kecil".
Kinan memberikan kuncinya kepada bayu dan sambil mengomel bayu membuka gembok itu dalam satu kali percobaan dan berhasil.
Gerbang di dorong dan terbuka saat itu juga.
Kinan menundukkan kepalanya, dia tidak berani menatap mata bayu yang sedang kesal padanya, apa lagi untuk memandang mata adam yang sedari tadi menunggunya disana.
"Mau apa kalian? kenapa berteriak-teriak di depan rumahku? jika yang punya rumah tidak berkenan membukakan pintu seharusnya sebagai tamu yang baik kalian pergi tanpa membuat keributan seperti tadi".
Kinan sambil tetap menundukkan kepalanya berkata seenaknya karena tidak tahu harus mengatakan apa pada kedua lelaki yang sedang berdiri di depannya saat itu.
"Apa yang sedang kamu bicarakan, aku semakin tidak mengenal siapa yang berdiri di depanku saat ini".
Bayu berjalan masuk melewati kinan dan duduk di kursi teras sambil mengatakan kata-kata yang membuat kinan menjadi kesal mendengarnya.
Kinan langsung membalikkan badannya dan menghampiri bayu kemudian memukul bahu adam karena kesal.
"Diam saja kau atau aku tidak akan berangkat bersamamu besok".
Bayu hanya menatap mata kinan dan kemudian diam tanpa berkata apa-apa lagi.
Adam hanya terdiam melihat kedekatan bayu dan kinan saat itu, dipikirannya terus berputar,
"kedekatan seperti apa yang sudah mereka jalani selama aku tidak ada disini".
Adam seperti orang asing yang berada diantara dua orang yang saling bercengkrama di depannya.
"Adam, kamu adam bukan? kemarilah, silahkan masuk. Aku akan membawakan minum untukmu".
Bayu menyuruh adam untuk masuk ke dalam dan duduk bersama kinan. Sedangkan dia masuk ke dalam rumah kinan dengan membuka kunci pintu sendiri tanpa kinan si pemilik rumah itu.
Bayu terus saja memperlihatkan kepada adam betapa ia sangat dekat dengan kinan dan sudah terbiasa berada di sekeliling kinan.
Adam melihat bayu masuk dan dia segera berjalan menuju ke arah kinan yang duduk di kursi teras rumahnya.
"Apa tidak sebaiknya kita bicara di luar saja? aku butuh sedikit ketenangan untuk mengatakan semua yang terjadi diantara kita selama ini".
Adam membuka pembicaraan dengan sangat perlahan, dan dengan suara lembutnya. Berbeda saat kinan mendengar suara adam ketika berbicara dengan bayu tadi.
Suara adam masih sehangat dulu, dia tetap memperlakukan kinan dengan sangat lembut.
Kinan mendengar suara adam setelah sekian lama, suara yang masih sama seperti dulu, suara yang sangat ia rindukan selama ini.
Ia seakan langsung lupa dengan kebenciannya pada adam. Detak jantungnya kembali berdetak sangat kencang setelah sekian lama hening tanpa semangat seperti detaknya hari itu.
"Lebih baik sekarang kamu pulang, aku akan menemuimu di bukit yang terakhir kali kita datangi dulu".
Mendadak kinan menjawab kata-kata adam setelah beberapa saat hanya terdiam.
"Bukankah besok pagi kamu akan berangkat ke jakarta? lalu kapan kita bisa bertemu disana, lebih baik kita pergi sekarang kesana!!!!!"
Adam tidak sabar jika harus menunggu lebih lama lagi, dan dia menyarankan untuk pergi ke bukit itu sekarang juga.
"Dari mana kamu tahu aku akan ke jakarta besok? tapi yasudah lah itu tidak penting. Kamu tidak perlu khawatir, aku akan menemui malam ini jam 7 malam disana. Pastikan tidak terlambat!!!!!!!".