Menuju tengah malam yang semakin sunyi, ibu dipersilahkan masuk ke dalam kamar kinan, segera kinan bangun dari tidurnya yang kosong, "aku hanya terbaring dari tadi bu, aku hanya malas untuk turun dan makan, perutku kurang enak hari ini, maafkan aku membuat ibu khawatir sampai ibu harus datang ke kamar ku malam-malam begini, ibu pasti lelah, kenapa tidak beristirahat dan tidur saja", kinan menjelaskan kepada ibunya kenapa ia tidak keluar dari kamar dari sore tadi agar ibunya tidak khawatir, tapi kinan paham betul bahwa ibunya tahi kalau yang ia katakan adalah kebohongan, mata sembab kinan sisa tangisannya tadi seperti isyarat yang jelas untuk ibunya bahwa putrinya tidak baik-baik saja saat ini. "sayang, terakhir kita bicara 2 hari lalu di toko, ibu sangat senang kinan akhirnya bisa bercerita dengan ibu setelah sekian lama tentang masalah yang kinan hadapi di luar sana, ibu merasa kinan memberikan ibu ruang untuk masuk ke dalam diri kamu dan membantu kamu dalam mengatasi masalah. Apa sekarang ruang itu sudah tidak ada lagi dalam hati kinan untuk ibu?, agar ibu bisa ikut memiliki hak mendengarkan apa yang sedang kinan hadapi saat ini, kamu tidak sendirian sayang, ibu ingin kinan bercerita seberat apapun masalah yang sedang kinan hadapi, ibu bertanggungjawab atas kebahagiaan kamu, jadi ibu ingin meringankan masalah yang ada dalam hati kamu, kamu percaya ibu kan?" ibu sambil terus membelai-belai rambut kinan yang terbaring di kakinya, kinan membaringkan tubuhnya dipangkuan sang ibu, ibu terus berbicara secara perlahan agar tidak membuat kesalahan dengan mengatakan hal-hal yang tidak perlu, ibu tahu putrinya tidak suka berkata banyak, tapi malam itu ibu sangat ingin kinan membuka hatinya dan berkeluh kesah padanya agar masalah yang di hadapinya bisa sedikit menjadi ringan karena berbagi dengan ibu. Kinan merangkul kaki ibunya dengan sangat erat, ibu berusaha menahan air mata yang sedari tadi memaksa ingin keluar dari kedua bola matanya, ia tidak ingin putrinya melihat ia lemah, saat ini ia harus memperlihatkan kekuatannya sebagai seorang ibu yang ingin membantu meringankan masalah putrinya yang sedang mengalami fase peralihan emosi dari remaja menuju gadis dewasa. Pelukan kinan membuat ibu semakin merasakan rasa sakit yang di alami putrinya, kinan sama sekali tidak berkata apapun saat itu, ia hanya terus memeluk kaki ibunya, kinan tidak tahu harus memulai dari mana untuk menceritakan masalah yang ia hadapi. Yang ada dipikiran kinan saat ini, ibunya akhirnya ada disampingnya dan itu sudah lebih dari cukup. Kinan selalu ingin bersama ibunya tapi dia tidak memiliki keberanian untuk meminta waktu ibunya agar bisa menemaninya jika suasana hatinya sedang buruk. Karena kedekatan mereka tidak sehangat saat kinan masih menjadi gadis kecil dulu. Perasaan segan kinan dan gengsinya yang tinggi untuk mengatakan bahwa ia membutuhkan ibunya untuk bersandar membuat kinan selalu melewati waktu tersulitnya sekalipun saat masa mudanya berjalan beberapa tahun terakhir ini. Ibunya yang selalu sibuk dan melihat kinan seperti biasanya seolah tidak memiliki masalah serius yang akhirnya membuat ibu tidak memberikan perhatian penuj pada masa-masa fase perubahan kinan dari gadis kecil, menuju remaja, dan sekarang menginjak fase gadis dewasa, ibu melewati semua proses pertumbuhan emosi kinan karena kesibukkannya sebagai tulang punggung keluarga. "Terimakasih ibu datang padaku saat ini, aku butuh ibu berada disampingku saat ini, itu saja" Akhirnya air mata kinan jatuh dan iapun menangis sambil berkata pada ibunya. Ibu yang mendengar kinan berkata seperti itu sambil menangis tak sanggup menahan air matanya, ia sadar bahwa selama ini ia tidak menjadi ibu yang perhatian kepada gadis malang ini, "dia putriku yang malang", dalam hati ibu berkata, kata-kata kinan benar-benar membuat ibu sadar bahwa yang kinan butuhkan saat ini hanya keberadaan ibunya disampingnya, saat seorang anak perempuan memiliki masalah seberat apapun, terus berada disampingnya jauh lebih membantu jiwanya, ketimbang terus menanyai apa masalah yang sedang ia hadapi, cukup buat ia merasakan ada orang yang sangat menyanginya dan selalu ada untuknya setiap masa-masa tersulitnya. Ibu mencoba menahan tangisnya agar tidak pecah, ia berusaha sekuat mungkin meski hatinya bagai teriris menyadari kekurangannya menjadi seorang ibu yang bijak untuk kinan selama ini, juga untuk anak-anaknya yang lain. "Bu, apa kinan bisa bahagia seperti dulu, seperti saat kita semua masih di jakarta, dirumah kita dulu, aku merasa bosan dan sesak akhir-akhir ini dengan keseharianku disini", kinan mulai meluapkan isi hatinya, "kinan bisa ceritakan ke ibu atau kak keysa, jika kamu tidak nyaman cerita dengan ibu, kamu bisa berbagi dengan kakak kamu, jangan pernah kinan menyimpang kesedihan, kebingungan sendiri, kinan masih punya keluarga, kita sudah berjanji akan terus saling menjaga dan mendukung satu sama lain, kinan jangan lupa itu, apa rasa sesak yang kamu rasakan sekarang berkaitan dengan cerita di toko kue kemarin?" ibu dengan lembut ingin membuat kinan nyaman dengan pembicaraan mereka malam itu. kinan hanya diam mendengar ibu mulai berbicara, kinan kemudian bangun dari pangkuan ibunya sambil menyeka air matanya. Kinan menatap wajah ibunya, di depannya saat ini ada ibu yang sangat menkhawatirkan keadaan putrinya, raut wajahnya sangat menyiratkan kecemasan dan kesedihan karena situasi yang dialami putrinya. Kinan mengusap pipi ibunya karena ada air mata disana, "Ibu tidak perlu terlalu khawatir padaku, beri aku waktu beberapa hari, aku akan kembali seperti sebelumnya, maafkan aku telah membuat ibu khawatir". "apa kamu ingin melanjutkan kuliah di luar kota?" ibu memastikan keadaan kinan dengan menanyakan soal kuliahnya. ibu khawatir rasa sesak dan bosan yang dialami kinan penyebab kesedihan dan kemurungan yang dialami putrinya, disamping dari masalah lelaki yang ditemui putrinya akhir-akhir ini. "Ibu tidan perlu memikirkan itu, sekarang ibu pergi ke kamar ibu dan istirahat, kinan akan tidur, ini sudah terlalu larut ibu besok akan ke toko lagi, pasti sangat melelahkan", kinan tidak menjawab pertanyaan ibunya dan meminta ibunya untuk beristirahat karena sudah malam. Ibu dengan berat hati keluar dari kamar putrinya, setidaknya kini kinan mau berbicara dengannya, tidak hanya diam seperti kemarin.