Chereads / Mutiara Hitam / Chapter 16 - Lewat Tatap Aku Mengenalnya.

Chapter 16 - Lewat Tatap Aku Mengenalnya.

'Dia.. Kenapa ada di sini?' Pikir Zara. Ia langsung membalikan badannya, memunggungi laki-laki itu.

Setelah mengetuk pintu, laki-laki tersebut masuk ke dalam kamar yang penuh dengan dekorasi pernikahan. "Maaf, saya kira kamu sudah siap. Cepat, mari kita shalat, sudah masuk dzuhur." Ajaknya lembut, ya Zia merasa senang hari ini. Ternyata, seseorang yang ia nikahi adalah seseorang yang pernah ia cintai. 'Terima kasih ya Allah.. Jika memang dia taqdirku, bantu aku menjadi imam yang terbaik untuknya menuju JannahMu.' Pikirnya.

Zia menaha tawa melihat Zara yang membalikan badannya, sebenarnya ia terkejut kenapa dia melakukan hal tersebut. Tapi ternyata ia paham, pastilah sedari tadi mereka foto bersama dan lain-lain ia menjaga pandangannya. 'Oalah, pantesan tadi fotograper terlihat menahan kesal ketika mengarahkan gaya.' Kikiknya dalam hati.

Zara masih terdiam membelakangi, ia masih shock dengan apa yang dia lihat. 'Ngapain dia di sini? Bukankah waktu itu kita sudah sepakat untuk membatalkannya.. Lalu kemana orang yang ijab qabul tadi? Itu hanya seorang laki-laki yang mengenakan kaos hitam dan celana bahan berwarna biru dongker.

Sebentar. Biru dongker? Apa itu artinya..

Zara membalikan badan secara perlahan, dan melihat ke bawah ke arah celana sang laki-laki yang tengah duduk di atas tempat tidurnya. 'Oh tidak, apakah dia yang menjadi suamiku?' tanyanya dalam batin. Ia menyapukan pandangannya, memberanikan diri untuk menatap matanya. Tepat di mata itu, yang pernah satu kali ia melihatnya pula. 'Ya Allah.. diakah yang akan menjadi pasanganku? Pantaskah aku? Dia terlalu sempurna untuku, aku terlalu malu beriringan dengannya. Apa yang aku punya untuk bisa bersanding dengannya? Tapi jika ini taqdir yang terbaik darimu, bantu aku untuk menjadi seorang istri yang mampu menyokongnya menuju JannahMu.' batinnya.

Zia hanya tersenyum, "Kau mau terus berdiri seperti itu? Sebentar lagi adzan tiba, mau shalat dengan riasan seperti itu?" Tanyanya dengan mengangkat sebelah alisnya.

Ucapan itu menarik Zara kembali ke dunia Nyata. "Ah.. iya." Ucapnya tergagap. Zara terdiam beberapa saat, ia berusaha untuk mengungkapkan sesuatu namun sepertinya terasa berat. "Em.. Itu.." Ia kembali menatap laki-laki itu, Zia menaikan alisnya, "Em.. Bolehkah Anda keluar dulu. Saya butuh privasi.." Lirihnya.

"Untuk ganti baju? Bukankah kita sudah halal?" Balasnya dengan ringan tampak tanpa beban. Perkataan itu membakar pipi Zara secepat kilat. Jantung Zara berdebar dengan cepatnya, namun ia segera membalikan diri memunggungi suaminya itu untuk menutupi ekspresinya saat ini.

"Baiklah, baiklah. Aku akan pergi. Cepat berganti baju, kita akan shalat berdua." Ucapnya sekali lagi diselingi tawa yang membuat wajah Zara semakin merah padam.

Setelah terdengar pintu tertutup, barulah ia menghembuskan nafasnya secara kasar. 'Apa itu tadi?' Gerutunya. Ia dengan cepat menghapus make up yang masih melekat pada wajahnya dan dengan cepat menyambar beberapa baju dalam lemarinya untuk dikenakan setelah mandi.

Lima belas menit berlalu, Adzan sudah berkumandang dari sepulu menit yang lalu. Zara baru saja menyelesaikan ritualnya di kamar mandi, dan segera keluar dengan menetralkan terlebih dahulu perasaan yang tadi sempat mengusiknya.

Zara keluar kamar, mencoba mencari seseorang yang tak nampak batang hidungnya sama sekali. "Zara, kau ngapain?" tanya Abangnya yang terlihat penasaran dengan perilaku adiknya itu.

"Ah.. Anu Bang.. Itu.." Zara bingung harus mengungkapkan apa.

"Apa? Suamimu?" Tanyanya. Zara hanya mengangguk, mengiyakan. "Manggil suami aja susah banget, dasar. Noh, ada di ruang tamu lagi ngejamu tamu." Ucapnya. Ia baru saja melangkahkan kaki, lalu terdengar lagi suara dari adiknya.

"Anu.. Bang, mau minta tolong." Pintanya, Ia masih berdiri di depan pintu kamarnya.

"Apa? Manggilin dia? Kau kan istrinya.." Zara hanya menundukan pandangannya. Ia tak tau harus bagaimana lagi, ia tak nyaman dengan kondisi ini. "Baiklah, aduh ternyata adek Abang pemalu juga ya.." Godanya.

"Abang..."