Chereads / Mutiara Hitam / Chapter 14 - Zia Arsalan

Chapter 14 - Zia Arsalan

"Zara bangun.. Jangan sampai kau mengecewakan calon suamimu dengan riasan yang sungguh tak beraturan itu." Ucap Nifa memperingati. Nifa mencoba untuk tidak ambil pusing lagi, dan melangkah menuju jendela memperhatikan tamu-tamu itu. Sungguh sangat disayangkan ia tidak dapat melihat wajah sang mempelai pria.

Zara membuka matanya teringat akan sesuatu. "Nifa.." panggilnya lirih.

"Apa?" Tanya Nifa kemudian mengalihkan pandangannya pada wajah canti Zara.

"Tante Mei... Anaknya tante Mei. Dia adalah calon suamiku?" Gumamnya penuh dengan tanya.

"Tante Mei yang mana? Kau kalau bicara jangan setengah-setengah. Sungguh membuatku bingung." Gerutunya. Lalu, dia berusaha untuk mengingat sesuatu, hingga akhirnya "Ah.. yang kau ceritakan itu?" Zara mengangguk. "Jadi kau sudah tau calonmu? Kau sangat menyebalkan, menutupi itu semua dariku. Sekarang, ceritakan lebih lanjut." Perintahnya.

Zara terlihat sedang berpikir keras, untuk mengingat sesuatu. "Bukan.. Aku masih belum tau dia siapa.." lirihnya yang membuat Nifa kecewa. "Tapi..." Kata itu mengobarkan kembali semangat Nifa dan mengundang rasa ingin tau. "Bukankah kasihan pada wanita yang diajaknya ta'aruf. Aku bertemu dengan tante Mei selepas ta'aruf itu... Beliau mengatakan bahwa berada di sana sedang mengawasi anaknya yang melakukan ta'aruf. Dan qadarullah (taqdir Allah), setelah aku selesai, masih ada sepasang yang akan melangsungkan ta'aruf. Aku merasa menyesal." Jelasnya.

Nifa mendengarkan cerita Zara dengan seksama, "Menyesal karena?"

"Aku seolah-olah merebut pasangan seseorang, jadi ta'aruf mereka tidak berjalan mulus." Akunya.

"Kau ini.. Ya tidaklah, dasar bodoh." Ucapnya terkekeh. "Itu memang sudah jadi bagian dari proses kalian untuk bersama. Ya.. namanya juga ta'aruf, proses pencocokan. Kau pun kemarin membatalkan ta'aruf yang ke dua kalinya, karena merasa tidak cocokan?"

Zara mengangguk lemah, "Sudah jangan terlalu dipikirkan." Nifa berusaha menenangkan, yang kemudian terdengar seruan SAH bersamaan membuatnya terperanjat.

Nifa bengong sejenak, lalu "Kau sudah sah menjadi Istrinya Zara. Barakallah, sayangku 💜. Semoga dengan pernikahan ini kau bisa lebih mendekatkan diri kepada Allah." Ungkapnya, penuh haru. "Ah sahabatku, akhirnya ada yang melindungimu." Jeritnya. Lalu mereka sama-sama berdoa yang dipimpin oleh sang Menteri.

Setelah doa itu selesai, Zara terdiam. "Siapa namanya? Apa kamu tahu? Apa kau mendengar ijab qabulnya?" Tanya Zara. Tak ada raut kekhawatiran diwajahnya, hanya dalam hatinya ia terus berusaha untuk mengikhlaskan semuanya. Toh ini untuk kebaikan semua orangkan?

Nifa mengamati wajah Zara dengan terheran-heran, "Namanya saja kau tak tau Zara? Apakah kau terlalu lugu? Bagaimana bisa?" tanyanya tercengang.

"Aishh.. Jangan terus mencaciku seperti itu. Aku gak tau apa-apa." kesalnya.

Nifa menghembuskan nafasnya, "Bagaiman kau ini.. Zia, Zia Arsalan namanya. Nama suamimu itu." Jawabnya.

Zara mengerutkan keningnya, seperti aku pernah bertemu dengannya atau pernah mendengar namanya. Tapi.. dimana? Nifa yang melihat itu segera melayangkan pertanyaan. "Kau kenapa?"

Terdengar ketukan dari pintu, lalu Nifa dengan segera membukanya. Itu Nadia, kakak iparnya yang terlihat begitu cantik dengan balutan kebaya warna biru dongker. Begitu elegan, dan senada dengan gaun pengantin yang hari ini menjadi ratu sehari. "Zara.. Ayo keluar." Ajaknya. "Saatnya bertemu dengan suami.."

Zara terdiam sesaat, lalu menoleh "Tidak apa-apa." Ucapnya menjawab pertanyaan yang sempat dilontarkan oleh Nifa padanya. Ia mencari sepatu yang sempat dibuangnya tadi, dan dikenakannya kembali. Lalu ia berdiri dan berjalan dengan perlahan diikuti oleh Nifa. Bukannya Zara menyesuaikan agar terlihat elegan, tapi karena Zara memang tidak pandai dalam mengenakan high heels itu.

Ia berjalan tertunduk, malu. Karena tidak biasanya ia mengenakan riasan dan pakaian yang begitu mewah, terlebih ia dilihat oleh begitu banyak orang. Ia merasa menjadi seorang ondel-ondel saat ini. Ketika di depan pintu sebagai akses ke luar ia menghentikan langkahnya, "Kenapa? Tidak apa-apa. Kamu terlihat cantik kok." ucap Nadia menenangkan dari sebelah Kanannya. Zara berusaha untuk tersenyum dan kembali melangkah.

'Aku tak tau harus melakukan apa sekarang?'