" mana sih frangky... ini hampir jamnya nih..hadduuh... " ucap riri yang mondar mandir di bandara siang itu.
" sweety... stop...berhenti mondar mandir gitu, gak baik buat si bayi... duduk ya..tenang..mungkin dia di jalan di jebak macet.." ucap zhi han yang sedari tadi terus memperhatikan tingkah istrinya.
namun tak lama suara massenge dari Prima masuk di handphone riri.
" cutt...duluan az, ada urusan yang gawat yang mesti aku tangani di rumah sakit, kemungkinan aku akan mengoperasi pasien sore ini, sorry yaa.. jangan khawatir kemungkinan besok aku nyusul kamu kok cucut...bye...smile cucut..." isi pesan massenge tersebut yang telah di baca riri.
" tuuhhkaan...si frangky...akhirnya gak bisa sesantai itu cutinya..." ucap riri kesal.
" emang ada apa sih.." tanya zhi han
" kita di suruh duluan, dia mau ada operasi sore ini, mungkin pasien yang khusus ia tangani, begitulah frangky.." ucap riri manyun.
" wajar dong, dia kan dokter, sudah sepantasnya ia menangani dan menolong pasien " ucap zhi han lagi.
siang itu Riri dan Zhi han suaminya berangkat menuju vietnam dengan mengambil kelas khusus penerbangan. zhi han tak mau istrinya terusik dengan penumpang lainnya. zhi han hanya menginginkan ketenangan untuk istrinya ini.
*****
" honey..aku sangat tak sabar menunggu putri kita dan si Ten trom." ucap mami riri.
" aku pun begitu, mereka itu mengapa sangat dadakan memberitahunya pagi tadi, jika tidak aku sudah mengirimkan pesawat pribadi buat mereka kemari." ucap papi riri.
" granpa...apa mimmo dan pippo sudah berangkat." ucap si Wangja Satria.
" iya sayang...nanti kita jemput ya mereka " ucap papi riri lagi.
" Wangja...sebentar lagi kamu jadi brother loh...kamu senang.." ucap mami riri.
" kakak,, maksud grandma... hmmm.." ucap Satria hanya menghela nafas saja mendengarnya.
" wangja kenapa...apa tidak menyukai kabar ini " ucap papi riri yang mengangkat satria ke pangkuannya.
" masih belum siap grandpa untuk berbagi mimmo " ucap satria sedih.
" heyy...kau tak akan kesepian lagi, rumah kita akan semarak dengan canda tawa kamu dan adik adik kamu sayang..." ucap mami riri sambil mengelus lembut rambut cucunya.
" aku harus belajar dewasa dong di usia imut seperti ini..." ucap wangja menggemaskan membuat papi dan mami riri tersenyum.
" imuut...hmmm imut kamu itu sampai kamu dewasa nantinya gak bakalan hilang, karena kamu sangat mirip dengan pamanmu... " ucap mami riri.
" paman Zian...benarkah..tapi..aku kalah tampan dengannya..." ucap satria yang begitu sangat mengagumi pamannya yang sudah meninggal.
" kau adalah perpaduan kedua anakku wangja, tentu saja dewasa nanti kau akan sangat imut dan tampan, juga akan menjadi satria tangguh dalam menghadapi apapun, sama seperti ibumu dan mungkin kau akan menjadi lelaki yang sabar seperti pippomu..." ucap papi riri menghibur cucunya yang melow.
" benarkah honey...apa si Ten trom lelaki yang penyabar..." ucap mami riri yang sangat penasaran dengan menantu keduanya ini.
" lihatlah nanti...kau akan sangat iri dengan putrimu sendiri " ucap papi riri yang membuat penasaran istrinya.
Riri dan Zhi han tiba sore hari waktu setempat di negara vietnam. mereka akan menuju Halong bay, temoat kedua orangtua Riri tinggal saat ini.
Untuk menuju ke Halong Bay, Riri dan suaminya Zhi han membeli tiket pesawat dari Jakarta ke Saigon, Vietnam. Lama perjalanan dari Jakarta ke Saigon itu kira-kira 3,5 jam. Setelah itu dilanjutkan dari Saigon ke Hanoi, ibu kota Vietnam.
Menuju ke Halong Bay ini memakan waktu sampai 3 jam dari Kota Hanoi. Destinasi ini terletak di Teluk Tonkin, Provinsi Provinsi Quang Ninh, Vietnam. Letaknya kurang lebih berjarak sekitar 165 km dari Hanoi yang merupakan ibu kota Vietnam itu sendiri.
selama di perjalanan mereka sangat menikmati sekali. terlebih ini perjalanan kali kedua mereka, dan hanya berdua saja. sedang yang zhi han rasakan sekarang adalah perasaan yang gugup bertemu ibu mertuanya untuk pertama kalinya. sedang riri yang sudah terlelap di bahu zhi han merasakan lelah yang amat sangat selama di perjalanan walau sesekali ia membuka matanya takut perjalanan ini akan membosankan untuk suaminya.
sedang kedua orangtua riri sudah menunggu mereka di rumah. riri sengaja menelpon papinya agar tak repot repot menjemputnya. ia tak mau maminya kelelahan menunggu di bandara terlenbih jarak bandara dan tempat tinggal mereka memakan waktu yang cukup lama.
berbagai makanan kesukaan putrinya sudah tersedia di meja makan. terlebih harinya sudah menggelap, pasti putri dan menantunya merasakan lapar dan dahaga. mami riri pun sangat gugup untuk bertemu menantu keduanya ini, rasa penasaran yang besar terlintas di fikirannya, seperti apa lelaki yang dipilih putrinya.
" Papiii..." ucap riri yang setengah berteriak membuyarkan suasana yang tadinya hening di rumah orang tuanya.
"chào mừng con gái nghịch ngợm của tôi ( selamat datang, putriku yang nakal )" ucap papi riri dengan lagak yang lucu dan memeluk putrinya.
" mẹ...( mami..) " sapa riri sambil memeluk maminya erat karena rasa kangen yang teramat sangat, entah kenapa selama hamil riri sangat merindukan ibunya.
" con trai của tôi đâu ( Putraku mana..) " ucap riri yang celingukan mencari anaknya.
" me..(mimmo..)" ucap wangja senang sambil berlari ke arah maminya, namun sayang maminya tak mampu menggendongnya hanya membelai lembut rambut dan berjongkok pelan menciumi putra kesayangannya. membuat rasa yang lain di hati satria.
" hey boy...apa kau tak mau menyapa adikmu...kau akan jadi seorang kakak mulai sekarang dan nanti.. " ucap riri lembut sambil mengelus wajah anaknya yang sangat ia rindukan.
" benarkah..aku akan jadi kakak..mmm " ucap satria dengan wajah sendu membuat riri sedikit takut, takut kalau kehamilannya tak di sukai putra nya.
"chồng của bạn đâu ( mana suamimu ) " ucap mami riri yang tak melihat suami putrinya sedari tadi.
" dia lagi di mobil bersama pengawal john mengambil barang bawaan mi..nah..itu dia.. " ucap riri sambil menunjuk arah ke suaminya.
sekilas di lihat mami riri seperti ia mengenal lelaki yang di tunjuk putrinya barusan. matanya memicing dan tertuju ke sosok itu. ya...itu sosok suami riri yang memandang tertegun ke arah ibu mertuanya yang sedang berada di kursi roda. zhi han tak menyangka bisa bertemu kembali dengan wanita ini. wanita yang 5 tahun lewat ia kenal di sebuah restoran bersama sahabatnya, namun sewaktu zhi han ingin melangkah menyapanya, mata mami riri mengedip. menandakan pura pura saja kita tak kenal. zhi han pun paham.
"Em yêu, tại sao lại im lặng, chào con trai ( sayang, kenapa diam saja sapalah menantumu.)" ucap papi riri yang melihat istrinya tertegun memandangi menantunya.
seketika kursi roda berjalan, ke arah zhi han. namun zhi han tetap merasakan kegugupan walau ia sebelumnya telah mengenal mami riri tanpa sepengetahuan istri dan papi mertuanya. mami riri pun memeluk menantunya sambil berbisik " aku tak menyangka kita bertemu kembali " ucap mami riri di telinga zhi han.
" saya sangat senang madam, bertemu anda kembali " ucap zhi han pula sambil melepaskan pelukannya.
melihat ada rasa kaku di antara keduanya, riri berusaha mencairkan suasana. sambil ia raih tangan mungil putranya ia berjalan menuju arah suaminya.
"đừng nhìn chồng như thế, chỉ khiến tôi ghen thôi ( berhenti memandangi suamiku seperti itu, membuatku cemburu saja )" ucap riri karena melihat mami dan suaminya berpandangan lama tanpa kalimat apapun.
"cô gái hư, tại sao bạn lại chọn nó ( gadis nakal, kenapa kau memilihnya )" ucap mami riri sambil memukul ringan paha putrinya.
"mẹ tình cờ..( ketidaksengajaan mami.)" ucap riri yang meringis kesakitan. membuat zhi han hanya tersenyum walau tak mengeri bahasa yang di gunakan istri dan mertuanya.
" sudah..sudah..anak sama menantu kita nanti kecapean kalau berdiri terus, ayo kita makan" ucap papi riri yang melihat adegan kebiasaan istri dan putrinya.
mereka pun saling tertawa dan menuju meja makan. begitu melihat makanan khas vietnam tersaji di meja makan, riri bersemangat sekali menyantapnya, melihat siapa saja yang berada di meja makan terkesiap.
" hey..Ten trom...apakah seperti ini bila istrimu melihat makanan, ia menyantap dengan lahapnya " ucap papi riri yang tertegun melihat cara putrinya makan.
" iya ..pippo..biasanya mimmo makan sangat anggun, tapi kok sekarang kayak anak kecil, lahap lagi.." ucap satria membuat riri tersedak.
" uhuk...uhuuk..." terdengar suara dari mulut riri yang batuk tiba tiba.
segera zhi han mengambil minumnya dan meminumkan perlahan ke mulut istrinya sebelum menjawab pertanyaan mertua dan putranya.
melihat hal itu papi dan mami riri berpandangan. dan saling tersenyum satu sama lain.
" semenjak hamil, nafsu makan dan tingkahnya semakin menjadi jadi pi.. mulai makan yang banyak, gila kerja hingga keusilannya yang semakin menjadi jadi " ucap zhi han sambil tersenyum dan mengelus rambut istrinya.
" pantas, kehamilanmu membesar sebelum waktunya " ucap mami riri senang. karena sudah sangat lama ia tak melihat putrinya sebahagia ini. karena melihat binar mata putrinya yang cerah tak sesendu yang dulu.
" gadis nakal,, kali ini kau sangat tepat memilihnya " ucap mami riri dalam hati.