apa yang sudah di ceritakan mami riri pada kakaknya sebenarnya sudah di dengar langsung oleh riri yang tanpa sengaja mendengar pembicaraan antara mami dan kakaknya. namun ia sengaja tak menampakkan diri bersembunyi disudut dinding. walau dalam hatinya ini adalah kenyataan pahit. ia berusaha tenang tak ingin gegabah dalam mengambil keputusan. salah satu yang difikirkan riri saat itu hanya ingin segera bertemu james dan tes DNA adalah salah satu cara membuktikan kalau mereka bukan saudara seayah. namun james tak di temukan. riri bersusah payah kesana kemari mencarinya. hingga pada akhirnya ia bertemu dengan park ji woo. park ji wo yang melihat riri dengan wajah yang suram mendekatinya dan memeluknya. riri yang tak memahami maksud pelukan james hanya berdiam sejenak dalam pelukannya. " beritahu aku di mana james, apa ia baik baik saja, apa ia tahu yang sebenarnya. pleasee..." ucap riri tercekat hampir menangis.
" dia ada didalam, masuklah " ucap park ji wo yang mempersilahkan riri masuk ke dalam rumahnya yang mungil. riri mendapati james dalam keadaan yang menyedihkan. lebam di wajahnya belum hilang. dan fikirannya kosong tak karuan. riri semakin sedih rasanya melihat orang yang di cintainya hancur perasaannya, lalu bagaimana dengan perasaanku sendiri.." ucap riri dalam hati. perlahan riri mendekati dan menemukan secarik kertas hasil pemeriksaan lab. DNA antara james dan papi riri. riri memgambilnya dan membacanya perlahan. genangan airmata terlihat jelas di mata riri yang shock membaca hasilnya. " jamess... ucapkan lah ini bukan yang sebenarnya, ini bohongkan..." ucap riri yang duduk lemas di samping james. james menyandarkan kepalanya di bahu riri dengan linangan air mata tak percaya.
" kau fikir ini halusinasiku saja ya.. akupun tak percaya dengan hasil pemeriksaan ini, apa perlu kita berdua kembali memeriksakan diri " ucap james parau. riri hanya diam, saat ini fikirannya buntu. tak tau lagi harus seperti apa, ia hanya meangguk dan mengusap wajah james perlahan. memejamkan matanya berusaha menahan rasa kecewanya.
siang itu, mereka berdua pergi ke sebuah rumah sakit terdekat. sebuah suntikan menusuk lengan mereka dan darah segar mengalir dari ujung jarum suntikan. riri dan james sangat gugup mengetahui hasil pemeriksaan siang itu.
dua buah amplop besar kini berada di genggaman mereka. james yang tak mampu menahan diri memeluk riri erat dan sambil memeluknya, ia membuka perlahan isi amplop yang di berikan perawat rumah sakit padanya. entah apa yang di rasakan mereka berdua. hanya diam seribu bahasa begitu tahu hasil pemeriksaan siang itu. riri mengeratkan pelukannya. hingga ia menangis keras tak mampu lagi menahan diri dengan hasil kenyataan yang baru ia terima. " apakah ini akhir james,,sepertinyaa..." ucap riri terakhir kalinya pada james.
keesokan harinya, mereka akhirnya pergi ke negara yang berbeda, berpisah tanpa ucapan yang pasti. menimbulkan kenyataan pahit, kecewa dan sakit hati. riri tak banyak bicara saat itu. ia pergi tanpa pamit kepada keluarganya, begitupun james yang tanpa pamit dengan ibunya.
hingga akhirnya riri jatuh sakit. tanpa ada yang tahu dan hanya di dampingi uncle lee. uncle lee sangat sedih sekali ia hanya memberi tahu keadaan nona majikannya pada tuan muda, kakak riri. kakak riri yang mendengarnya tanpa fikir panjang pergi ke indonesia menjenguk sang adik. tak ia hiraukan rapat penting hari itu, baginya adiknya adalah harta keluarga yang paling berharga. begitu tahu dan melihat keadaan adik perempuannya rasa sedih mulai merayapi hatinya. bagaimana mungkin adiknya mampu menahan semuanya sendiri, tanpa mau berbagi fikiran bahkan ada rima sahabatnya yang tak tahu keberadaan riri sudah sampai beberapa hari di indonesia sebelum sakit menyerangnya.
" bagaimana ini uncle lee, apa perlu kita memberitahu papi dan mami riri." ucap rima pada uncle lee.
" sebenarnya..aku sudah memberitahu keadaan riri hanya pada papi,, tapi aku mencegahnya datang kemari, karena adikku pasti akan kecewa pada papi yang tak pernah berterus terang dengan masa lalunya pada kami." ucap kakak riri pada rima dan uncle lee.
uncle lee hanya diam sambil menatap nona majikannya, ia mengerti yang dirasakan kedua majikannya dengan permasalahan keluarga seperti ini, terlebih hubungan nona majikannya dan james terjalin sudah lama. tentu sangat berat menerima kenyataan kalau mereka saudara seayah. dan tugasnya saat ini hanya di samping nonanya, menjaganya dan mendoakan kesembuhan nona majikannya yang belum sadarkan diri.
" kamu yakin akan pergi begitu saja tanpa melihat ia sadar dan sembuh " ucap rima pada kakak riri.
" mengertilah...kau paham betul adikku memiliki sifat yang seperti apa, kalau ia tahu kami mengetahui ia sedang sakit dan menjenguknya, tentu ini membuatnya semakin rapuh, ia akan beranggapan keluarganya hanya sekedar kasihan dengannya.. aku akan memyelesaikan pekerjaanku di sana, dan akan kembali lagi ke sini untuk menetap sampai adikku ceria kembali" ucap kakak riri dengan nada yang sedih dan berat meninggalkan adiknya sendiri.
" tuan..setelah nona sadar aku akan memberikan masukan padanya untuk memilih universitas sesuai keinginannya, listnya sudah ku siapkan, mungkin dengan hal ini ia bisa melupakan semua kejadian di shanghai" ucap uncle lee.
" baiklah...kalian berdua jaga dan urus adikku dengan baik, segera kabari aku apapun yang terjadi dengannya dan semua kegiatannya nanti". ucap kakak riri sambil mengelus tangan halus riri yang terbaring lemah di kamar VVIP
****
" bearti maksud paman... james.. " ucap zhi han tak percaya dengan apa yang di ceritakan pamannya barusan. uncle lee meangguk perlahan.
" apa agassi tak menceritakannya..." ucap uncle lee.
zhi han menggeleng pelan. meski ia masih tak menyangka cerita barusan, ia mengerti mengapa riri sangat menjaga jarak dengan james. kini zhi han mampu memahami hal lain dari sikap istrinya.
dalam hatinya ia berucap " aku lelaki beruntung" wanita yang ia nikahi ternyata wanita tangguh yang mampu menghadapi banyak hal sendirian.
" paman..apa kau mengerti mengapa istriku sekarang ada di kediaman park ji woo." ucap zhi han menatap wajah uncle lee yang bingung.
"maksudmu...kalian merencanakan sesuatu.." ucap uncle lee.
zhi han terdiam begitu melihat istrinya turun dari sebuah mobil van mewah. ia tahu itu mobil park ji woo. riri berpamitan pada park ji woo dan langsung memasuki hotel di mana mereka menginap. langkahnya sedikit berat untuk kembali ke kamar hotel,hingga ia berhenti di lantai 1 dan duduk di pojok ruangan sendirian sambil berfikir. " apa tak salah dengan yang di ucapkan park ji woo barusan padanya, ia memiliki seorang adik perempuan...dan adiknya... adalah dina." gumam riri sambil meraih handphonenya dan melihat kembali foto yang ia ambil barusan di apartemen park ji woo. bukankah ini sangat menarik, rahasia seorang dina ada di genggaman tangan riri. ibarat peluru yang sedang membidik musuh ia tinggal menarik pelatuknya dan...Doorrr!!!. hanya saja ada mantan suami yang berada di sampingnya. pasti ini sesuatu hal yang membuat ragu memgambil jalan. "shanghai... kau benar kota membawa banyak kejutan" ucap riri beranjak berdiri dan pergi menuju lantai atas untuk menemui suaminya yang pasti cemas menunggunya.
sesampainya di kamar hotel riri menghempaskan tubuhnya di tempat tidur. fikirannya melayang kesana kemari. meski berat ia menyadari suaminya tak ada di kamarnya.
" uncle...apa zhi han bersamamu " 📨
" dia sudah menuju kamarmu agassi " balas uncle lee.
tanpa riri sadari sebenarnya zhi han memperhatikannya sedari tadi, ia baru saja keluar dari kamar mandi. melihat istrinya yang terbaring lelah di tempat tidur ia segera menghampiri dan tepat berada di atas tubuh riri. riri yang mencium aroma wangi suaminya membuka matanya perlahan. tanpa fikir panjang zhi han menciumi pipi riri dengan gemasnya.
" apa kau tak tau aku begitu cemas denganmu..." bisik zhi han.
" aku baik baik saja sweetheart...apa kau tak mau memelukku..." ucap riri sambil menatap wajah tampan suaminya.
zhi han tersenyum dan mendaratkan kecupan di bibir riri berkali kali. iapun membaringkan tubuhnya di samping riri.
" apa kau ketakutan sore tadi, aku sangat cemas bagaimana bisa wartawan mampu mengelilingi gedung seluas itu, apa ada yang merencanakannya " ucap zhi han
" sudahlah...kita hentikan dulu..besok kita harus pulang..lama lama disini akan membuat kita semakin kesulitan. dan... aku punya rencana yang banyak." ucap riri.
" apa itu...apa kau mau kita bulan madu lagi..." goda zhi han.
" yaa... jangan mijok ahh.." ucap riri.
" mijok apa itu...baru dengar " ucap zhi han.
" mikir jorok tauu..." balas riri sambil mencubit halus pipi suaminya.
" emang bulan madu perbuatan jorok apa...itu enak tauuu..." ucap zhi han tak mau kalah.
" kamuuu...sempat banget mikir ke sana lagi..sini ya kamuu...siniii" ucap riri dengan gemasnya sambil memainkan wajah suaminya.
" ayooo... sweety...lets go bikin baby.." ucap zhi han penuh godaan.
" yaaaa....aku belum siaaapppp"...