Siang itu Elin berapa kali menghubungi Aga tapi tidak di angkat. Aga masih ngambek gara2 Elin pergi dengan teman2 sekolahnya dulu. Kebetulan tahun ini mereka mengadakan reunian. Aga memang mengizinkan Elin pergi tapi dia tidak mengira jika Elin akan pergi di bonceng oleh teman lelaki.
Semalaman Elin sudah menjelaskan jika Ganjar itu hanya teman biasa dan kebetulan dulu waktu SMA memang sering mengantar Elin pulang karena searah. Jadi, diantara mereka juga tidak akan ada apa-apa.
Ra, kamu bisa bantu aku nga?
Kenapa lagi? Kamu sih buat masalah aja.
Aku benar-benar nga tau kalau kak Aga ada di sana pas aku pergi dengan mereka. Dia juga nga ada bilang mau ke sini. Jadi memang aku nga liat sama sekali, kalau ada dia kemarin.
Kamu sih nyari penyakit, sudah tau punya pacar tapi masih saja pergi dengan lelaki lain.
Itulah kebiasaan kan Ra, aku mengira kak Aga nga akan liat karena katanya dia besok baru ke rumah dan dia tidak juga mengatakan tidak boleh berboncengan dengan cowok. Mana tau aku kalau dia ke sini semalam untuk melihatku pergi.
Ah, jadi gimana ini?
Kalau aku yang kerumahnya jelas kurang pantas kan.
Terus?
Gimana ya baiknya menurutmu?
Kalau aku sih, kirim pesan minta maaf sebanyak mungkin.
Aku sudah minta maaf semalaman, bertelponan dengannya. Kali ini dia benaran ngambek dan tidak mengangkat teleponku sama sekali dari tadi pagi.
Gimana lagi, kamu memang salah. Tunggu nasib sajalah!
Ih, ngeri bener ucapanmu.
Lah, mau gimana lagi.
Elin menarik nafas panjang dan kembali berguling di tempat tidurnya. Semalaman dia sudah berusaha mengatakan hal2 yang masuk akal ke Aga tapi dia tetap saja ngambek.
Putus kali ni Lin tanya Fit?
Mulut kalian ini ya, amit-amit semua...
Aku kan bukan selingkuh, kenapa juga mau di putusin.
Ya, itukan prinsip mu. Pernah nga kak Aga menyatakan hal2 yang membuatnya meninggalkan pacarnya?
Elin terdiam lalu menggeleng.
Nah, bisa saja hal ini membuatnya berpikir untuk meninggalkanmu.
2 tahun loh ini, masak gara2 boncengan cowok terus dia minta putus.
Ya, bisa aja. Selama 2 tahun ini kamu adalah dunianya. Dia meninggalkan mimpinya demi dirimu, dia kuliah demi permintaan mu, dia meninggalkan dunia musiknya demi dirimu. Terus kalau sekarang kamu malah ikutan marah gara2 dia nga terima kamu di boncengin cowok semalam, menurutmu kamu gimana?
Elin menarik nafas panjang, baiklah baiklah. Aku juga paham kalau dia marah karena cemburu, tapi kalau sampai dia nga memaafkan itukan kelewatan. Kalau sudah tidak memaafkan berarti dia sudah tidak memandang hubungan ini untuk kedepan.
Ya, coba kamu jangan ikutan marah. Semalam kami dengar malah kamu ikutan marah balik dan nangis karena menganggap Kak Aga menuduhmu dan tidak percaya padamu. Cobalah berpikir dari sudut pandangnya Lin. Menurutku kak Aga sudah banyak berkorban untukmu 2 tahun ini, jadi sudah sepantasnya kamu lebih mempertimbangkan perasaannya.
Pernah nga' kamu pikirkan seberapa perasanya dia selama ini, dia sudah banyak menerima tekanan dari keluargamu. Yang awalnya memilih mencari nafkah membantu orang tuanya, lalu berubah melanjutkan kuliah hanya karena permintaan mu agar dia tidak mendapatkan penolakan dari Mama mu. Dia rela menjadi beban keluarganya demi dirimu.
Lalu kamu memintanya tidak keluar malam, sedangkan kamu tau dia sering mendapat undangan manggung di Cafe itu malam, dan dia kadang ikut kompetisi billiard yang rata2 dilakukan malam hari. Akhirnya dia sekarang sulit mencari uang hanya mengikuti semua aturan-aturanmu.
Kamu tau dari mana hal ini?
Kita ini satu circle Lin, beberapa dari temannya ada yang mengeluh. Kak Aga sulit sekali di ajak kemana-mana. Ada saja alasannya, dan akhirnya mereka menyadari kalau itu semua karena dia selalu minta izinmu dulu sebelum melangkah.
Apakah mereka marah?
Kalau dari yang aku coba pahami, mereka tidak marah tapi akhirnya mereka malas mengajak kak Aga jika ada yang mengajak tampil atau Joki main.
Menurutku kamu harus sedikit memberikan waktu untuk Kak Aga mengembangkan kemampuannya. Jangan sampai banyak laranganmu membuat dirinya kehilangan banyak keahliannya.
Dari dua tahun ini, apa yang sudah kamu korbankan untuknya?
Elin lama memikirkan pertanyaan Fitri.
Kenapa bingung? Kalau menurutku ya, tapi ini menurutku. Tidak ada hal yang kamu korbankan 2 tahun ini untuknya.
Jadi, apa salahnya kali ini. Karena sebenarnya kamu memang salah, dilihat dari sudut pandang manapun. Sedikit turunkan egomu dan merayu lah sedikit padanya untuk memaafkanmu karna sebenarnya kamu benar-benar salah.
Elin menarik nafas panjang mendengar ocehan Fitri.
Dia memikirkan kembali pertanyaan Fitri, apa pengorbanan yang sudah dia berikan pada Aga selama 2 tahun ini. Selama 2 tahun ini kalau dia pikir2, Aga yang selalu berjuang demi mendapatkan hati mamanya dan melakukan semua hal yang dipintanya. Sedangkan dirinya sampai hari ini tidak pernah Aga meminta apa pun pada dirinya. Seingatnya belum pernah Aga meminta dia melakukan atau melarangnya melakukan sesuatu.
Aku akan berusaha mendapatkan permohonan maafnya kali ini, dan akan menanyakan apa hal yang akan membuatnya marah padaku kalau kami sudah berbaikan.
Semoga kali ini bukan nasib sialmu ucap Laras.
Kalian ini ya, bukan malah membantu agar kak Aga memaafkan ku. Ini malah seolah - olah nasibku sudah di ujung tanduk.
Ya, kalau sampai kamu pisah berarti itukan nasib burukmu. Jarang ada lelaki yang seperti Kak Aga, benar-benar berjuang untuk dirimu dan meninggalkan semua yang tidak kamu sukai serta hal yang akan membuatnya tidak di terima oleh Mama mu.
Mama Elin yang berdiri di depan pintu kamar dari tadi, mendengar pembicaraan mereka.
Seharusnya dia senang mendengar tentang masalah Elin dan Aga tapi kenapa dia merasa jika yang dikatakan Fitri benar. Aga tidak sekali pun mundur, dengan segala penolakan yang dilakukannya selama 2 tahun ini. Dia malah memikirkan kalau Elin pun salah semalam.
Apakah Aga sebaik itu sampai mereka semua beranggapan bahwa Elin bernasib buruk kalau sampai di putusakan oleh Aga. Bahkan keponakan-keponakannya sangat membela Aga. 2 tahun ini tidak sekali pun Aga bersikap tidak sopan padanya, walau kadang sudah tidak dijawab ketika dia menyapa atau kadang dirinya sering marah2 ke Elin ketika ada Aga. Tidak sekali pun dia berbuat hal yang menyinggung dirinya selama 2 tahun ini. Setiap bertemu dia selalu menyapa dan tersenyum, dan meminta izin ketika ingin mengantarkan Elin ketempat kuliah.
Mama Elin berjalan perlahan mundur dari kamar Elin dan kembali ke ruang TV untuk melihat Papa Elin.