Chereads / Kamu dan Aku / Chapter 62 - Penolakan Terang2an

Chapter 62 - Penolakan Terang2an

Malam itu Aga dan teman-temannya merayakan Malam Tahun Baru Kedua Mereka bersama Elin. Seperti biasa Aga dan teman2nya membawakan banyak sekali daging untuk di panggang sedangkan Elin menyiapkan Jagung, dan makanan kecil serta minuman.

Ga, sepertinya kamu masih belum mendapatkan restu ujar Ade. Aku lihat Mamanya Elin masih mengacuhkanmu.

Nga usah dibahas ujar Aga pada Ade.

Kamu sudah mulai terbiasa ya ledek Ade.

Sudah hampir 2 tahun kami bersama, sampai sekarang Mamanya masih belum menerimaku.

Lumayan lama ya, hebat banget kamu ujar Arles.

Aku kan sudah mengatakan kalau aku akan berjuang kali ini.

Kalau nga di sapa dan tidak di respon sudah biasa ujar Aga. Kadang2 juga Panci dan Kuali berjatuhan di dapur.

Ah serius ujar Kyo, padahal Mamanya Elin itu baik sekali loh.

Karena aku tau itu makanya aku bertahan, intinya tinggal menunggu restunya saja. Jika dia sudah merestui, maka semuanya akan baik2 saja.

Aku yakin semuanya akan kembali seperti biasa jika Mama nya sudah menerimaku.

Semangat ujar Ade sambil mengepalkan tangannya ke atas.

Merdeka ujar Imas...

Mas, jika disuruh memilih antara Kakak sepupumu yang Katanya Ganteng. Kamu lebih memilih siapa? Aga atau Kakak sepupumu itu.

Sudah pasti aku memilih.... Kak Aga..

Wah, kamu mengkhianati saudaramu sendiri ujar Arles.

Karena Elin juga saudaraku dan setiap saudara pasti ingin mendapatkan yang terbaik untuk saudaranya.

Jadi mungkin bagi Rizal, Elin terbaik untuknya tapi belum tentu bagi Elin. Aku tidak akan memaksakan pandanganku jika itu tidak terbaik untuk Elin.

Aku suka gayamu Mas ujar Arles. Aku kira gara2 kamu yang ngasih foto ke Elin, kamu lebih memihak Rizal.

Kalian tau dari mana soal foto?

Elin menyerahkannya ke Aga, untuk dikembalikan ke pemiliknya.

Serius, terus apa kata Elin.

Elin tidak perduli dengan foto itu, karena itu terjadi ketika Aga belum bertemu dengan Elin. Elin berbeda dengan kebanyakan wanita di usianya. Dia benar2 sangat berbeda, bisa tenang melihat foto seperti itu bahkan kata Aga dia tidak mempermasalahkannya sama sekali.

Dia memang lebih dewasa dari kami, walaupun anak satu2nya dia tidak pernah mendapatkan perlakukan berlebihan dari orang tuanya. Keadaan menempanya menjadi lebih dewasa dari umurnya. Dari kecil dia adalah pelindung kami, ketika mereka yang lebih tua memarahi kami dia pasti akan pasang badan duluan. Bukan melawan tapi memberikan alasan logis dari semua yang kami lakukan akhirnya mereka akan memilih menyerah mendebat Elin.

Pantas saja jika Elin santai walaupun mamanya tidak menerima hubungan mereka.

Mama Elin memang begitu, tapi aslinya orangnya baik. Kalau dia sudah menerimamu maka akan menerima sepenuhnya tapi kadang kita tidak tahan karena cerewet tapi sejauh ini semua masih dalam batas logis.

Ya, kami juga merasa begitu. Karena mamanya dengan kami baik saja cuma ke Aga yang terkesan menganggap Aga bayangan ujar Ade.

Udah nga usah di bahas lagi ujar Aga, aku sudah terbiasa.

Papanya Elin gimana ujar Arles?

Sejauh ini sih nga ada yang berubah, seperti biasa saja.

Harusnya lebih mudah karena biasanya orang tua laki2 yang lebih sulit di taklukkan. Kalau papanya santai berarti kamu bisa sedikit tenang.

Aku sudah sangat berusaha tenang ujar Aga, sejauh ini sih Mama nya belum mengatakan langsung bahwa tidak menerimaku. Tapi dari sikapnya dia melakukan penolakan keras.

Kamu memilih yang mana?

Buatku selama beliau tidak mengatakan langsung padaku ketidak sukaannya, aku pun tidak akan mengatakan apa2. Tapi jika beliau mengatakan langsung padaku maka aku akan mencoba untuk berjuang untuk Elin.

Ikuti arus saja dulu ya Ga ujar Imas. Mamanya memang orangnya seperti itu tapi dia dasarnya baik kok. Sekali saja dia menanggapimu berarti dia sudah bisa menerimamu.

Aku akan menunggu, selagi Elin bertahan. Aku juga akan berjuang ucap Aga sambil tersenyum.

Elin melihat dari jauh sambil tersenyum... Mungkin kalau lelaki lain sudah mundur, Mamanya sudah dalam kategori ekstrem menurut Elin. Kadang barang berjatuhan ketika Aga datang. Kadang marah2 ketika ada Aga. Elin sendiri kalau tidak ingat pesan dari Papa nya, nga mungkin dia tahan.

Elin mengantarkan sate ke Papa nya.

Pa, ujarnya...

Papanya tersenyum sambil mengelus pundak Elin.

Sebentar lagi... percayalah sama Papa...

Katakan pada Aga untuk bersabar sebentar lagi. Makin ekstrem mama mu, maka akan semakin cepat dia akan menerima Aga. Mama mu memang keras kepala, tapi dia akan mengalah kalau kalian bersikeras bertahan.

Elin memeluk Papanya...

Kak Aga sampai sekarang belum mengeluh apa pun, semoga dia bisa bertahan sampai Mama bisa menerimanya Pa. Karena sampai sekarang Elin belum pernah bertemu dengan orang muda seperti Kak Aga.

Memang Aga seperti apa???

Seperti Papa jawab Elin sambil tertawa...

Seperti Papa??? Ulang Papanya

Iya, seperti Papa!!

Sabar, baik hati, murah senyum dan bicaranya tidak pernah bernada tinggi mau sekesal apa pun dan semarah apa pun dengan perbuatan Elin.

Papanya tersenyum sambil mengelus kepala Elin.

Syukurlah, semoga apa yang kamu liat sekarang dan kamu rasakan tidak berubah sama sekali. Semoga ini adalah sifat aslinya jadi kalian bisa terus bahagia nantinya.

Elin kembali setelah berbicara cukup lama dengan Papanya. Aga menyambut Elin dengan senyum khasnya.

Semua baik2 saja ujar Aga?

Ya, ucap Elin sambil tersenyum.

Aga menyuapkan sate ke mulut Elin.

Bagaimana enak?

hem... enak ucapnya sambil tersenyum.

Jangan di pikirkan, aku tidak masalah dengan kondisi kita sekarang jadi kamu tenang saja. Aku akan bertahan.

Terima Kasih, karena mau bertahan...

Terima Kasih juga, karena kamu mau menerima aku apa adanya. Sabar sabar saja, semua butuh proses. Begitu pun mama mu, tidak akan mudah baginya menerima orang yang tidak sebanding dengan anaknya. Apa lagi kamu satu2nya harapan mamamu. Jangan sedih, semuanya pasti bermaksud yang terbaik bagimu. Hanya saja, kadang pandangan kita tidak sama dengan mereka.

Yang terbaik menurut kita belum tentu terbaik menurut padangan orang tua kita. Bagaimana kita tidak bisa menerima sudut pandang mereka, begitupun orang tua kita. Jadi, bersabar saja ya.

Harusnya aku yang mengatakan itu ujar Elin ke Aga. Kenapa malah kamu yang menenangkanku sekarang, padahal yang di tolak kamu.

Aga tertawa sambil mengelus kepala Elin. Karena buatku ini bukan masalah, jadi tidak ada hal yang harusnya kamu khawatirkan.