Winda memegang kedua pipi Dirga, menatapnya dengan lembut.
"Tidak, aku yang seharusnya minta maaf. Maafkan aku yang masih mengingatnya. Aku-" kalimat Winda segera dipotong oleh Dirga.
"Sstttt, bukan salahmu. Aku tau, kamu pun tidak nyaman dengan mengingat kenangan bersamanya. Luis memang pria baik, sudah sewajarnya jika kamu masih mengingatnya. Jujur, meski aku tidak nyaman karena kamu masih memikirkannya. Tapi aku tidak boleh egois. Bagaimanapun juga, aku masih bisa berada disisimu hingga saat ini juga karena pengorbanan cinta Luis untuk kamu, sayang. Aku harus sangat berhutang budi padanya." Dirga memeluk istrinya, membiarkan kepala istrinya tenggelam dalam dekapannya.
"Terima kasih, sayang. Karena kamu mau mengerti."
"Iya, aku menyayangimu."
"Aku juga sangat menyayangimu."
"Sayang" Dirga menjauhkan tubuh Winda, menatapnya dan berkata, "Apa kamu ingin mengunjungi Luis?" tawar Dirga.