Dinda segera mendorong dada Dias begitu pelukannya melonggar. Dinda menatap tajam ke arah mata Dias. Mukanya memerah, tapi kali ini bukan memerah karena tersipu malu tapi lebih karena Dinda menahan marah kepada Dias.
"Kau puas?!" ucap Dinda melotot.
Dias hanya terdiam, ia tidak mengerti maksud dari ucapan Dinda. Dia tidak tahu apa yang dimaksud puas oleh Dinda. Tapi dari sorot mata Dinda, Dias tahu jika Dinda sedang marah besar kali ini kepadanya.
"Dinda" kata Dias lirih, ia coba untuk memberi penjelasan.
"Sampai kapan kamu puas memperlakukanku seperti ini? sampai kapan kamu akan mempermainkanku? sampai kapan kamu akan menganggap aku ini adalah bonekamu yang bisa kamu mainkan kapanpun yang kamu mau?! Kau pikir aku ini tidak punya perasaan? Kau pikir aku tidak bisa marah kepadamu? Aku hanya manusia biasa yang tidak bisa diperlakukan semena-mena seperti ini."