Dinda duduk di kursi tepat sebelah tempat tidur mamanya. Matanya sayu menatap mamanya yang tengah terbaring lemah dihadapannya.
Sekuat apapun Mama, setegas apapun Mama, tapi beliau tetaplah terlihat menyedihkan jika sedang seperti saat ini. Cepatlah bangun, Ma. Aku tidak akan pernah komplain lagi jika Mama pakai itu cerewet kepadaku. Aku akan nurut kata Mama, Aku tidak akan bandel lagi. Cepat sadar, Ma. Pinta Dinda dalam hati. Dinda memegang erat tangan mamanya, seolah takut terlepas.
"Dinda, kamu pergilah makan dulu. Pasti kamu sudah lapar" pinta Vian.
"Nanti saja, Pa. Dinda belum lapar" katanya tak bersemangat.
"Jangan bandel, makan dulu. Papa tidak ingin kamu sampai jatuh sakit. Bagaimana bisa Papa menjaga kalian sekaligus. Cepatlah pergi makan" kata Vian tidak mau di bantah.
"Iya, Pa" kata Dinda mengalah.