Dias tidak tahan melihat wajah sedih Dinda, padahal gadis ini terbiasa dengan wajah ceria. Membuat orang yang melihatnya turut berbahagia.
Brakk!
Dias menggebrak meja di depannya, lalu ia berjalan cepat menghampiri Dinda. Dias memeluk Dinda dengan erat, membuat kepala Dinda tenggelam dalam dekapannya. Dias tidak berkata apapun, ia hanya ingin memberi kekuatan bagi Dinda. Terlepas dari apa yang sedang dia alami. Dalam benak Dias, ia hanya ingin Dinda tidak sedih lagi. Dias siap menjadi tongkat untuknya bersandar.
Edo yang awalnya mengira Dias akan marah besar, tapi malah mendapat kejutan. Edo diam-diam keluar ruangan tanpa bersuara. Ia tidak mau mengganggu waktu berkualitas Dias bersama Dinda.
"Hei! Lagi ngapain?" tanya Fani yang kebetulan memergokinya berjalan mengendap-endap keluar dari ruangan Dias.
"Sssttt ... Ayo bicara di ruanganku saja" bisik Edo.