Fani segera meninggalkan rumah tersebut. Fanipun merasa was-was sebab sering mendengar cerita dari Dinda.
"Tunggu!" pinta Dias.
Fani menghentikan langkahnya yang sudah nyaris melewati pintu keluar.
"Bisakah kita bicara sebentar?"
Fani mengangguk dengan ragu. Jantungnya berdetak lebih cepat. Biasanya Fani selalu bisa menghadapi orang jenis apapun tapi di hadapan big bos memang beda, dia mempunyai aura yang berbeda. Pantas saja jika Dinda sering berlebihan jika sedang menceritakan bosnya ini. Sebenarnya tidak berlebihan juga karena big bos memang super orangnya, super susah di tebak. Batin Fani.
"Duduklah, tidak akan lama."
Fani duduk sesuai permintaan Dias. Ah perintah bos yang satu ini memang sulit untuk dilawan. Fani tetap diam sampai Dias yang bertanya.
"Kau sahabat Dinda?"
"Ya."
"Sudah lama menjadi sahabatnya?"
"Ya."
"Berapa lama?"
"Sejak Sekolah."
"Beri aku jawaban yang spesifik."