Kegugupan Dias tidak bisa dipungkiri. Bagaimana tidak? Dias tidak pernah seumur hidupnya datang ke rumah seorang gadis. Tadi sewaktu Ia memutuskan untuk datang ke rumah Dinda, Dias menelpon sekretarisnya dulu untuk menanyakan apa yang harus dilakukan seorang pria jika ingin berkunjung kerumah seorang gadis. Itulah mengapa sekarang Dias sudah berdiri di depan pintu rumah Dinda lengkap dengan membawa buah tangan.
Dias menekan bel, lalu melihat sekilas penampilannya. Ia memastikan apakah dirinya sudah rapi.
Dalam hati Dias berdoa semoga Dinda yang membukakan pintu atau minimal pelayannya. Dias merasa belum siap seratus persen untuk bertemu dengan orang tua Dinda. Kali ini tergolong mendadak.
Ceklek!
Pintu di hadapannya terbuka dan nampak seorang wanita muda berpakaian seragam ala pelayan menyapanya dengan ramah. Tunggu, tepatnya tidak menyapa dengan kata-kata tapi menyapanya dengan tatapan kagum tanpa berkedip.