"Sekarang giliranku" Putra mengambil koinnya.
"Seharusnya kak Winda dulu" protes Dinda.
"Tidak apa-apa, biar Putra dulu" kata Winda mengalah, baginya toh ini cuma permainan untuk saling mengakrabkan diri, bukan ajang untuk saling pamer atau mengambil kesempatan dalam kesempitan.
Putra lalu memutar koinnya di atas meja, cukup lama koin tersebut berputar di atas meja. Pletak!
Putra buru-buru menutupnya menggunakan tangan. Ia sengaja ingin membuat yang lain menjadi penasaran.
"Iiih kak Putra, buka. Kenapa pakai di tutup segala?" Dinda mengeluh.
"Penasaran ya?" Goda Putra.
"Tutup saja sampai besok, tidak ada yang peduli" kata Dirga sewot.
"Aku pun tidak peduli dengan komentarmu" balas Putra.
"Aku pun tak berniat untuk mengomentarimu, hah! Nggak guna juga".
"Aku pun tak berniat untuk mendengarnya" balas Putra.
"Kau ..."
"Sudah stop, jangan seperti anak kecil. Putra tunjukkan apa yang kamu dapat" pinta Winda.