Deringan dari ponselnya terus mencari perhatiannya untuk segera disentuh, itu semua cukup menganggu konsentrasinya.
"Ughh ada pa sih dengan mama? Kenapa dari tadi menghubungiku? Ah apa tidak bisa membiarkanku bebas sebentar saja?" Aurin merasa kesal dengan perlakuan mamanya.
'Aku tau jika mama berlebih menyayangiku, tapi aku juga butuh kebebasan. Aku ingin hidup normal layaknya kehidupan teman-temanku yang lain. Aku ingin bebas melakukan apapun yang aku mau tanpa selalu diawasi oleh mama. Aku ini bukan barang pecah belah yang mudah hancur. Terkadang aku meratapi nasibku yang begitu sial karena terlahir menjadi anak tunggal, bahkan pernah aku menyalahkan Mama karena hanya melahirkan diriku seorang. Ya meski belum lama ini mama memberi tau aku tentang alasannya, karena mama memang tidak disarankan untuk mempunyai anak lagi sebab kondisi fisiknya yang tidak mendukung. Barulah aku mulai mengerti' batin Aurin.