"Ehm ... maafkan Aku kak, Aku ..." Dika segera bangun dan memegang tangan Winda untuk menjelaskan. Namun segera Winda tepis dengan kasar dan lanjut memberikan sebuah tamparan ke pipi kiri Dika.
// Plaaakk!//
Wajah Dika terpaling kekanan, semburat warna merah jambu membentuk jari sukses membekas di pipinya.
Dika benar-benar pasrah kini, tamparan tersebut membuat Dika tak mampu menatap wajah Winda lagi.
"Hah!" hanya dengusan kasar Winda yang terdengar, Dika tidak tau ekspresi wajah Winda saat ini. Ia terlalu malu untuk menatapnya.
Beberapa detik kemudian Dika hanya mendengar derap kaki melangkah semakin menjauh, tanpa Dika mampu mencegahnya. Dika hanya membeku di tempatnya.
Winda masuk ke dalam kamar untuk menemui Dinda sekaligus mengambil tasnya.
Dinda terkejut melihat perubahan mimik wajah Kak Winda, namun ia tidak berani bertanya secara langsung. Dinda hanya bisa menebak-nebak sekiranya apa yang telah terjadi.