Chereads / Tate no Yuusha no Nariagari / Chapter 43 - Chapter 17 Penyerbuan Tanaman

Chapter 43 - Chapter 17 Penyerbuan Tanaman

"Raphtalia, Filo, hati-hati."

Jadi hari ini kami akan melawan para tanaman.

Aku sudah terbiasa menangani herbal dan rumput, tapi tanaman disekitar kami saat ini betul-betul berbeda.

Tanaman-tanaman ini ditumbuhi buah-buah yang berbeda, dan akarnya keluar ubi. Bukan cuma itu saja. Mereka parasit (dan bisa menginfeksi tubuhmu) dan bisa menyemburkan racun dan cairan asam.

Aku berpikir bahwa pembasmi gulma mungkin akan jadi cara terbaik kami. Yah meskipun secara fisik aku nggak tau apakah memotong mereka atau menghajar mereka dalam pertempuran akan banyak berpengaruh.

Kami berjalan selama beberapa saat sebelum tanaman merambat itu memutuskan untuk menyerang kami.

"Hah!"

"Hiyah!"

Raphtalia dan Filo segera mengurus mereka dengan cepat.

Tapi itu nggak menyebabkan tanaman itu berhenti. Yang ada malah menyebabkan lebih banyak masalah, karena sekarang tanaman yang lain tertarik pada kami.

Kami mencoba menggunakan sihir....

"Aku adalah sumber dari segala kekuatan. Dengarkan kata-kataku dan pahamilah. Lindungi mereka! Fast Guard!"

Aku memberi sihir pelindung pada Raphtalia dan Filo.

Sihir itu akan meningkatkan tingkat pertahanan targetnya. Kalau aku menggunakan sihir itu pada diriku sendiri, itu akan lebih efektif lagi karena defenseku sudah sangat tinggi.

"Makasih, Tuan Naofumi."

"Makasih!"

Mereka berdua berterimakasih padaku, tapi kami diserang oleh tanaman lain lagi.

Kami bisa terus menekan, tapi apa yang harus kami lakukan untuk menyingkirkan tanaman ini?

Tanpa pembasmi gulma atau sihir, kami nggak punya pilihan lain selain mundur. Tapi dengan keadaan sekarang ini, mungkin kami bisa membunuh mereka satu per satu dan terus bergerak.

Kalau kami bertemu monster di pusat desa, mereka mungkin punya satu atau dua petunjuk yang bisa kami gunakan.

Kami gak tau gimana caranya mereka menghancurkan segelnya, jadi aku gak punya ide yang bagus. Jadi yang bisa kami lakukan adalah mencoba apa yang kami bisa sampai kami menemukan sesuatu yang berhasil.

Dalam skenario terburuk, kami mungkin harus kembali ke reruntuhan itu—dan itu sangat menjengkelkan.

Tanaman itu nggak cukup kuat untuk bisa menembus defenseku, jadi mereka nggak bisa berbuat banyak untuk menghentikan kami.

"Terus maju! Kita akan tau saat kita sampai disana."

"Baik!"

Kami terus maju dan sampai ke tempat apa yang tampaknya asal muasal dari akar tanaman itu, berada di tengah-tengah area.

Seluruh area ini penuh dengan monster berbasis tanaman. Mereka gak cukup kuat yang mana gak membuat Raphtalia dan Filo kerepotan menghadapi mereka. Meski begitu, aku ingin memastikan mereka tetap terlindungi.

"Um...."

Nama-nama monster itu adalah BioPlant, PlantRiwe, Mandragora.

BioPlant mengacu pada jenis monster tanaman yang mana menghasilkan semua monster tanaman lain. PlantRiwe secara spesifik mengacu pada monster berbentuk manusia yang dihasilkan oleh penggabungan dari berbagai tanaman. Mandragora seperti sebuah tanaman besar yang seperti kendi dan gak bergerak.

Monster penyembur racun yang Filo sebutkan adalah Mandragora. PlantRiwe memiliki sebuah bunga besar yang tumbuh di kepalanya, dan bunga itu mengeluarkan serbuk beracun. Mandragora mengeluarkan cairan asam dari bagian tubuhnya yang merambat, yang mana akan cairan itu akan disemburkan pada mahluk-mahluk lemah, dan kemudian, setelah lumpuh, Mandragora akan menarik mereka kedalam mulutnya.

BioPlant adalah monster sejati, adapun untuk dua monster yang lainnya dihasilkan oleh BioPlant. Tanaman itu akan membentuk sebuah pertumbuhan yang seperti umbi yang akan semakin membesar sampai pecah, menghasilkan monster-monster lain.

Aku mencoba menyiramnya dengan pembasmi gulma, dan monster itu langsung bereaksi, layu dan sekarat seolah aku menikam jantungnya.

Itu gak kelihatan melanggar peraturan non-agresi milikku (peraturan yang diterapkan oleh perisai). Kurasa karena mahluk-mahluk itu betul-betul lebih seperti tanaman daripada monster.

Aku penasaran gimana perisai ini membuat penilaiannya.

Kurasa itu kayak... seperti ketika kau menggunakan air suci pada monster undead untuk mengalahkannya. Itu pasti didasarkan pada penggunaan asli oleh objeknya. Bisa juga itu karena obat tersebut didesain untuk mengembalikan tanaman pada wujud parasit mereka?

Apapun itu, aku gak tau.

"Apa yang terjadi?"

PlantRiwe dan Mandragora terus menyerangku meski sia-sia saja.

Serangan mereka nggak berpengaruh, tapi serbuk beracunnya mulai mempengaruhi nafasku. Dan cairan asamnya juga mulai menjengkelkan. Keduanya memiliki efek menurunkan tingkat defense targetnya, dan ketika aku memeriksa layar statusku aku bisa bilang bahwa itu berpengaruh padaku.

Tetap saja, mereka nggak bisa melukai aku, jadu itu bagus. Sayangnya Snake Poison Fang (medium) nggak berpengaruh pada mereka.

Sepertinya memang sudah wajar. Monster-monster itu menggunakan racun juga, dan mereka adalah tanaman.

"Raphtalia!"

"Uhuk! Ada apa?"

Udaranya sangat pekat, dan kelihatannya Raphtalia mengalami masalah pernafasan.

Meskipun aku bisa menyembuhkan dia dimasa lalu, sistem pernafasannya mungkin masih belum sembuh total dan lebih lemah daripada sistem pernafasan orang lain.

"Ini! Kamu bawalah pembasmi gulma juga."

"Oh, oke!"

Aku memberi dia sebotol pembasmi gulma. Aku ingin dia menggunakannya jika terjadi keadaan darurat atau semacamnya.

Tanaman-tanaman itu merayap kearah dia dan berusaha menyerang dia, tapi Raphtalia dengan tenang melangkah mundur dan memotong mereka.

Mereka nggak setahan yang kuduga.

"Tuan Naofumi? Aku akan menyerang!"

"Oh... um."

Kami terus maju sampai kami tiba di alun-alun kota. Ada sebuah pohon besar yang tumbuh disana.

Sebenarnya... Itu bukanlah sebuah pohon. Itu adalah sekumpulan tanaman merambat yang saling bertautan.

"Kuharap itu adalah pusatnya...."

Kami mendekati batang "pohon" itu, dan tiba-tiba sebuah mata raksasa muncul darinya dan menatap kami.

"!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!"

Itu menakutkan. Tapi kayaknya itu memang pusatnya.

"Master! Aku akan nyerang duluan!"

Filo berlari kearah pohon itu, tapi tanaman merambat terulur darinya untuk menghadang dia.

"Yaaaaah!"

Dia menarik kebelakang kakinya yang kuat dan menendang tanaman itu, membuat mereka terlempar ke udara sebelum dia melompat dan menghadap ke pohon itu. Kesadaran melintas di wajahnya: dia masih terlalu jauh.

"Master!"

"Aku tau! Air Strike Shield!"

Filo jatuh, tapi Air Strike Shield aku munculkan dibawah dia, dan dia mendarat diatasnya.

Dia mendarat diatas perisai yang melayang sebelum melompat lagi dan mendarat didepan mata raksasa itu.

"Hiyah!"

Ada suara menjijikkan dari cairan yang terciprat, dan mata raksasa itu meledak karena tendangan Filo yang kuat.

Ugh... Itu sungguh menjijikkan.

"!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!"

Tanaman pohon itu mulai meronta dengan kasar. Sepertinya menyerang matanya nggak cukup untuk membunuhnya.

Apa yang harus kami lakukan?"

"Pohon itu nggak tumbang!"

"Aku tau."

Dengan suatu geliatan dan semburan yang menjijikkan, matanya muncul lagi.

Sesaat ketika mat itu muncul kembali, aku bisa melihat sesuatu yang seperti sebuah benih didalam matanya.

"Raphtalia, Filo, aku baru saja melihat sesuatu didalam matanya. Coba siramkan pembasmi gulma pada mata itu."

Cooldown skill ku sudah habis. Aku mengeluarkan Air Strike Shield lagi. Harus kukatakan kalau sepanjang waktu ini aku diserang terus-menerus oleh para PlantRiwe dan Mandragora. Mereka terus menyerangku dari atas dari bala bantuan yang gak ada habisnya.

"Baik!"

"Dimengerti!"

Raphtalia naik ke punggung Filo dan mereka berlari kearah bola mata yang beregenerasi dengan sangat cepat.

Mata itu, mungkin menyadari adanya ancaman, mengirim tanaman merambat meluncur ke arah mereka. Bahkan yang dari atas lebih banyak lagi.

"Shield Prison!"

Sebuah kerangkeng segera muncul dan mengurung Raphtalia dan Filo. Mereka tertahan di dalam kerangkeng itu di udara, taoi mereka harusnya bisa menyerang dari tempat itu.

Skill itu cuma berlangsung selama 15 detik.

Selama waktu itu, semua tanaman yang meluncur dari atas terpantul dari kerangkeng itu.

Tapi tidak... Sekarang mereka melilit disekitar jerujinya.

15 detik berlalu, dan kerangkeng itu menghilang. Disaat yang sama, untuk menopang mereka, aku melepaskan sebuah Air Strike Shield untuk menangkap Filo ditempat dia jatuh.

"Hiyah!"

Filo mendarat di perisai itu dan Raphtalia menebaskan pedangnya pada tanaman merambat yang berkumpul.

Sepertinya dia berhasil karena semua tanaman merambat itu terhempas. Filo berhasil mendarat lagi, dan dia berlari mendekat lagi.

Dia berhasil mendaratkan tendangan pada mata itu lagi.

"!???????????"

Mata yang beregenerasi itu sepenuhnya berhenti bergerak setelah menerima tendangan kedua dari Filo.

Mendapatkan celah, Raphtalia mendekat dan menuangkan pembasmi gulma pada benda kecil yang seperti benih.

"!!!!!!!!!!?????????"

Ada jeritan yang sangat keras diikuti oleh geliatan yang ganas. Lalu semua BioPlant berhenti bergerak.

"Berhasilkah?"

Kayaknya berhasil, dan aku nggak menerima luka sama sekali dalam prosesnya.

Namun kemudian para BioPlant mulai bergerak lagi.

"Maaf, kurasa aku nggak melakukannya dengan benar!"

"Kamu melakukannya dengan baik. Kurasa itu cuma kurang kuat saja..."

Namun sekarang apa yang harus kami lakukan?

Tunggu sebentar.... aku punya ide.

Aku punya sebuah skill yang meningkatkan efesiensi obat. Bukankah dengan itu aku bisa menyembuhkan semua orang itu?

Bukankah itu artinya.... aku lah yang harus menggunakan pembasmi gulma tersebut?

"Biar kucoba. Kurasa aku bisa melakukannya."

Aku memegang sebuah botol, dan mendekati mata itu.

Aku baru mulai menyadarinya baru-baru ini, tapi tingkat defense milikku sepenuhnya meniadakan serangan dari musuh-musuhku. Meskipun aku dikelilingi musuh, aku masih bisa berjalan santai. Tapi saat aku mencoba menyerang, keseimbangan kekuatan jadi agak kacau.

Ada seekor BioPlant didepanku, akarnya keluar dari tanah.

"Kurasa aku memang harus menunggangi Filo untuk mendekati benih itu...."

Tapi aku menuangkan pembasmi gulma pada akar BioPlant itu.

"!!!!!!!!!!!!!!!!!!??????????????????"

Tanaman-tanaman itu menggeliat dengan ganas. Mereka menjerit seperti monster.

Matanya menjadi coklat, dan pembusukannya menyebar dari matanya ke seluruh tubuh mahluk itu.

Tiba-tiba seluruh tanaman mulai mengering.

Ada suara retakan saat pohon itu mengering dan layu kemudian tumbang. Kami harus berlari untuk lolos dari potongan-potongan yang berjatuhan.

"Woah...."

Kami memperhatikan sekeliling untuk menyaksikan semua monster tanaman berubah warna menjadi coklat dan layu. Segalanya selain buahnya telah berubah menjadi coklat, dan kami lah satu-satunya yang bisa bergerak.

Dan kemudian... dari tempat pohon BioPlant berdiri, benih-benih yang berkilauan dalam jumlah yang besar berjatuhan dari atas.

Membiarkannya begitu saja kayaknya adalah ide yang buruk.

"Nah sekarang saatnya bersih-bersih. Aku mungkin bisa menyerap beberapa benih kedalam perisaiku. Ayo mulai kumpulkan benih-benihnya."

"Baik."

"Waktunya makan siang!"

Filo memperhatikan Raphtalia dan aku mengumpulkan benih-benihnya, sedangkan dia sendiri memakan sisa-sisa buah-buahan dan ubi.

***