Chereads / Tate no Yuusha no Nariagari / Chapter 46 - Chapter 20 Rangkaian kutukan

Chapter 46 - Chapter 20 Rangkaian kutukan

"Wow! Monsternya begitu banyak!"

Tanah disekitar sangat tandus, tapi setelah kami masuk kedalam pegunungan semuanya berbeda.

Ada sebuah jalan pegunungan yang mengarah ke negara-negara timur, dan karena itu kami bisa terus maju meskipun lambat.

Kami menaiki pegunungan selama sekitar tiga puluh menit.

Aku punya obat pemulih, serta obat penyembuh.... dan karena udaranya beracun aku juga membawa beberapa penawar racun.

Saat di desa, sebelum kami pergi, aku mengatakan niatku untuk meninggalkan kereta kami.

"Nggak mau! Kereta ini penuh dengan kenanganku yang paling berharga!"

Dan Filo ngambek sampai kami setuju untuk membiarkan dia menarik keretanya.

Memangnya sudah berapa lama dia menjalani kehidupan? Sebulan? Dan sekarang dia menceramahi aku tentang kehidupan.

Tapi kurasa dia telah menarik kereta itu selama lebih dari 90% selama kehidupannya, jadi wajar saja bahwa dia telah begitu terikat.

Adapun untuk monster-monsternya, ada banyak pohon beracun, dan kodok-kodok beracun... pada dasarnya sih banyak yang beracun.

Setelah mengalahkan mereka, aku membiarkan perisaiku menyerap apapun yang bisa diserap.

Poison Tree Shield: persyaratan terpenuhi

Poison Frog Shield: persyaratan terpenuhi

Poison Bee Shield: persyaratan terpenuhi

Poison Fly Shield: persyaratan terpenuhi

Semua perisainya merupakan tipe-tipe racun, dan kemampuan peningkatan statistiknya semuanya berkaitan dengan Poison Resistance.

Satu-satunya perisai yang berbeda polanya adalah yang kudapat dari mencincang lebah beracun dan membiarkan perisaiku menyerap bagian-bagiannya.

Bee Needle Shield II: persyaratan terpenuhi

Bonus Equip:' attack +1

Efek Khusus: Needle Shield (kecil), Bee Poison (racun)

Tingkat pertahanannya nggak banyak berubah dari Bee Needle Shield aslinya, tapi efek khususnya berubah dari paralysis menjadi poison.

Tapi kesampingkan dulu semua ini untuk saat ini. Monsternya banyak sekali disekitar sini. Saat kami mengalahkan mereka, lebih banyak monster yang akan datang. Lalu kami mengalahkan mereka dan lebih banyak lagi yang muncul.

Anginnya di penuhi dengan racun, dan berhembus ke area yang tandus, yang mana tampak seperti mengepulkan racun dari setiap retakan. Itu akan sulit untuk diatasi untuk seorang petualang biasa.

"Gak peduli berapa banyak yang kita bunuh, masih ada lebih banyak lagi. Filo! Bawa kami menjauh dari sini!"

"Oke!"

Filo ke depan kereta dan menarik keretanya dengan segala kekuatannya.

Berlari dengan kecepatan penuh, satu atau dua musuh terinjak saat dia berlari. Jadi kami masih mendapatkan sedikit exp.

Menyusuri jalan, kami bertemu dengan seekor monster yang tampak terbuat dari lumpur, tapi Filo menendangnya dengan cepat hingga aku punya kesempatan untuk membiarkan perisaiku menyerapnya.

"Kita berhasil."

Kami menemukan mayat naga itu, dan udaranya memancarkan bau busuk, beracun dan mematikan.

Naga itu sekitar sepuluh meter dan tampak sama persis dengan naga yang kau bayangkan saat kau berpikir tentang seekor naga Eropa. Atau pasti kelihatan seperti itu sebelum naga itu mati. Sulit untuk menggambarkannya dalam keadaannya yang sekarang ini.

Tidaklah mungkin untuk menyebutkan apa warnanya, karena sudah membusuk. Kulit yang menghitam menempel pada tulang disana-sini.

Sepertinya terbunuh oleh satu serangan pada perutnya. Ada potongan yang dalam dengan organ berhamburan keluar dari luka yang terbuka. Baunya mengerikan. Ada banyak lalat beracunPoison Fly berkumpul di daging yang membusuk, dan seluruh bagiannya kelihatan mengerikan.

"Aku lapeeeeeer!"

"Gimana bisa kau melihat ini dan mengatakan kau lapar?!"

Filo menyelipkan kepalanya kedalam kereta dan mulai mencari sesuatu untuk dimakan. Aku betul-betul heran sama dia.

"Raphtalia, apa kamu nggak apa-apa?"

"Ya."

Raphtalia memiliki paru-paru yang lemah, jadi aku kuatir karena kualitas udaranya akan mengganggu dia. Tapi dia bilang bahwa dia merasa nggak apa-apa.

"Kalau kamu merasa kurang sehat, pastikan kamu istirahat."

"Ya."

Kami menghabisi para Poison Fly dan bergerak mendekati mayat naga itu.

Ren dan para petualang lain sudah mengambil material-materialnya. Tanduk dan cakar, sisik, kulit, dan sayapnya sudah tidak ada. Bahkan lidahnya juga sudah nggak ada. Yang tersisa cuma tumpukan daging dan tulang saja.

Kulitnya juga sudah nggak ada, seolah mereka mengambilnya dalam satu lembaran besar.

Bau udaranya sangat busuk hingga kami menutup hidung kami secara reflek. Itu betul-betul menjijikkan.

Aku memiliki kemampuan yang memberiku Poison Resistance, tapi aku bertanya-tanya apakah Raphtalia akan baik-baik saja.

"Filo, kau urus lalat-lalat ini sedangkan aku dan Raphtalia memotong apa yang tersisa dari naga itu. Itu terlalu besar untuk digunakan sekarang ini."

Kalau kami menguburnya, itu mungkin berlanjut pada mempengaruhi tanahnya, dan pembusukannya bisa tetap di udara atau di air. Tidak—lebih baik menyerapnya kedalam perisai dan menyingkirkannya.

"Oke."

Filo selesai makan dan mengangguk.

"Aku kekenyangan."

"Kau kebanyakan makan."

Raphtalia dan aku mendekati bangkai itu untuk menjalankan rencana kami.

*Rumble....*

"Um...."

Apa bangkai itu tadi... berdenyut?

Itu mungkin cuma ilusi yang disebabkan oleh pergerakan sekumpulan Poison Fly.

*Rumble....*

Tidak. Itu bukan ilusi.

Naga itu mulai bergerak, dan dengan cepat memasuki postur defensif.

"Gaoooooooooooh!"

Naga itu nggak punya cakar maupun taring, tapi dia bergerak maju dan mengeluarkan ruangan ganas.

"Kenapa bangkai naga ini bergerak?!"

"Tuan Naofumi, kamu harus tenang!"

Saat bergerak, bangkai naga itu.... Zombie Dragon, maju ke depanku, secara nggak sadar aku berteriak.

Ayolah, yang betul saja. Nggak peduli gimana kau melihatnya, naga ini terlalu kuat untuk kami kalahkan!

Zombie Dragon... Aku melihat mereka didalam game sebelumnya... dan mereka biasanya lebih kuat daripada sebelum naga itu mati!

Apakah itu juga sama di dunia ini?

Naga itu mengangkat kakinya, berguncang dan berderak, saat semua organnya mulai beregenerasi dan mengembalikan fungsinya. Lalu memalingkan wajahnya pada kami.

Sekarang dia punya sayap, dan ekornya tumbuh lagi. Taring dan cakarnya sepertinya butuh lebih banyak waktu lagi.

Daging yang membusuk berubah menjadi cairan dan mengalir ke seluruh tubuhnya, hanya untuk membentuk ulang sayap dan ekor. Proses yang sama terjadi pada organ dalamnya. Aku melihatnya, dan luka fatal pada perutnya sudah tertutup. Gimana caranya kami melawan mahluk ini?

"Kita kabur!"

"Tapi Filo....!"

Raphtalia dengan panik mengarahkan jarinya ke arah Zombie Dragon.

Aku lupa! Para Filolial dan naga nggak pernah bisa akur!

"Hiyaaaaa!"

Filo meluncur ke arah naga dan berlari di lehernya untuk mendaratkan tendangan kuat pada kepalanya.

Ada suara keras dan dentuman yang memuaskan, dan kemudian naga itu mulai terpelanting ke belakang.

"Bisakah kita... menang?"

Filo adalah seorang penyerang kuat, dan Zombie Dragon ini nggak punya taring maupun cakar.

Mungkin kami bisa menang. Memang sulit untuk dipercayai bahwa bangkai naga ini bisa bertahan sangat lama.

Dan jika kami kabur dari mahluk ini sekarang, ada peluang mahluk ini akan menyerang desa.

Sama seperti saat Ren mengalahkan naga ini, naga ini akan bangkit kembali dan membuat tempat ini sebagai wilayahnya lagi. Tapi dia masih beregenerasi, jadi ini adalah kesempatan kami. Kalau kami nggak mengalahkannya sekarang, para petualang yang berikutnya gak akan punya peluang.

"Jangan bodoh! Mundur!"

"Gak mau!"

"Sialan! Baiklah, ayo kita urus mahluk ini!"

"Oke!"

Segalanya baik-baik saja selama beberapa saat. Aku mengubah perisaiku menjadi Chimera Viper Shield karena defensenya yang tinggi, dan dengan itu serta tingkat defense milikku, aku bisa menahan serangan naga itu.

Tapi kemudian.....

"Gaooooooooooooh!"

Sesuatu dalam perutnya membesar dan bergerak ke tenggorokannya. Lalu mahluk itu membuka mulutnya dan menyemburkan gas berwarna ungu gelap kearah kami.

Raphtalia dan Filo melakukan seperti yang kami setujui dan bergegas sembunyi dibelakang perisaiku.

Aku mengangkat perisaiku untuk memblokir semburan gas itu, tapi....

"Ap-Apa ini?!"

"Uhuk! Uhuk!"

Semburan itu merupakan racun yang kuat dan padat.

Aku punya Poison Resistance, dan bahkan aku mendapati kepalaku berkunang-kunang dan nafasku menjadi kacau.

Raphtalia mulai batuk keras dibelakangku.

Filo nggak terpengaruh oleh hal itu, atau mungkin dia menahan nafas.

Dia menerjang ke depan dan menendang keras-keras bagian bawah naga itu yang lunak.

"R...Raphtalia! Apa kamu baik-baik saja?"

"Uhuk! Uhuk! Uhuk!"

Dia berusaha, melalui matanya, untuk mengatakan bahwa dia baik-baik saja. Tapi dia nggak bisa mengajak apapun. Batuknya terlalu parah.

Ini buruk.

Filo dan aku bisa bertarung, tapi Raphtalia nggak bisa.

"Raphtalia, menjauhlah daribl sini, kembalilah ke kereta—ada penawar racun disana. Gunakanlah dan beristirahatlah."

"Uhuk!"

Raphtalia batuk lagi, tapi dia mati-matian menunjuk kearah naga itu meskipun batuk parah.

Aku mengikuti tatapannya dan tercengang.

Naga itu membuka sayapnya dan terbang ke udara, lalu meluncur ke bawah dan mengakap Filo dengan mulutnya.

Seluruh adegannya tampak bergerak dalam gerak lambat.

Aku mengulurkan tanganku, tapi....

"Ah...."

*Crunch!*

Ada sebuah suara yang memekakan telinga, dan gelombang cairan merah mengalir dari mulut naga itu.

"Filooooooooo!"

Entah itu Raphtalia atau aku yang berteriak, aku nggak ingat. Segalanya tampak kabur membingungkan, dan aku nggak yakin siapa dan apa yang dilakukan.

Burung kecil yang kekanak-kanakan dan egois itu baru hidup selama sebulan, tapi dia ingin bersamaku sepanjang waktu, dia ingin aku memanjakan dia. Dia nggak mau aku menganggap dia nggak berguna. Dia cuma seorang anak kecil.

Seperti pertunjukan ringan, kenanganku tentang Filo terlintas kembali.

Apa yang telah terjadi?

Apa yang...

Naga itu mengunyah tangkapannya, dan kemudian....

*Gulp!*

Dengan suara yang keras, dia menelan.

"Tidak! Filo!"

Suaraku terperas dari mulutku, dan aku berdiri terpaku—syok. Itu sakit. Sakit sekali seperti aku dilempar dari sebuah tebing. Aku merasa seperti aku akhirnya mengerti apa itu rasanya putus asa, merasa tak berdaya.

Itu bukanlah keputusasaan yang membuatmu untuk bertindak, atau untuk balas dendam. Itu lebih dalam dan lebih sedih.

Itu adalah keputus asaan yang layaknya jam yang tak bisa diputar kembali.

"Tuan Naofumi!"

Raphtalia berbalik kearahku dan menampar wajahku keras-keras.

"Sadarlah! Ini bukan saatnya merenung!"

Matanya dipenuhi air mata.

Dia berteriak padaku. Dia mengatakan bahwa semuanya hanya akan semakin memburuk kalau kami nggak melakukan sesuatu.

Tapi aku nggak bisa mendengar dua. Aku dikuasai oleh kemarahan.... kemarahan atas kehilangan sahabatku didepan mataku.

Kau mau kekuatan?

Aku bisa mendengar suara berbicara padaku dari perisaiku.

Mataku mengarah pada perisai itu. Aku bisa mendengar suara itu lagi.

Apa kau membenci segalanya?

Aku merasa jantungku berdetak kencang.

Aku bisa merasakan kegelapan memancar dari kedalaman perisai.

Ini pernah terjadi sebelumnya, saat aku berduel dengan Motoyasu.

Pohon perisai tiba-tiba muncul didepan mataku.

Layarnya berputar, dan berubah warna, hampir merah namun juga hampir hitam—terdapat pohon lain disana.

Curse Series

Kata itu melintas di pikiranku dengan cepat. Ada satu perisai yang terdaftar yang menyala pada pohon itu.

Curse Series:

Shield of Rage

Kemampuan belum terbuka

Bonus equip: skill Change Shield (serangan), Iron Maiden

Efek Khusus: Self Curse, Burning Strenght meningkat

Terlahir dari hati: Shield of Murder...

Perisai ini muncul berserta deskripsi dan instruksinya. Aku nggak tau apakah aku menginginkannya, atau apakah itu secara nggak sengaja. Tapi aku mengikuti hatiku dan mendapati bahwa perisai itu sudah ada di tanganku.

Shield of Rage.

Emosi yang meluap-luap berasal dari perisai itu, dan perisai itu memancarkan cahaya merah-hitam yang kuat saat berubah bentuk.

Perisai itu diselimuti kobaran api yang kelihatan menakutkan, dan berwarna merah darah.

*Jedug dug.. Jedug dug...*

Seluruh tubuhku dipenuhi kemarahan, dikuasai kemarahan....

Sebelumnya, saat aku kalah pada Motoyasu dan mereka mengancam untuk merenggut Raphtalia dariku... saat yang kupunya cuma kebencian pada segalanya di dunia ini....

Segala sesuatu di dunia ini terlihat gelap dan tampak terbuat dari bayangan... bayangan-bayangan yang mencemooh dan membenciku.

Aku dikuasai oleh emosi itu.

"Gaoooooooooooh!"

Bayangan hitam yang besar berpaling padaku dan meraung. Bayangan itu mengincar aku....

"Haoooooooooooooooooooooooooh!"

***