Beberapa hari berlalu, dan pemimpin lokal memberi kami sebuah kereta baru sebagai hadiah. Seluruh warga desa berkumpul disana saat kami menerimanya, dan ada sebuah pesta yang mana semua orang bersorak untuk kami.
Kalau kau mau memanfaatkan seekor Filolial, kau butuh sebuah kereta... atau seperti itulah.
"Terimakasih."
"Kau sudah berbuat banyak untuk membantu kami. Kamu minta maaf bahwa kami tidak bisa berbuat banyak untukmu."
Para warga desa semuanya tersenyum saat membantu aku mengisi kereta.
Aku nggak boleh membiarkan mereka memanjakan aku, meskipun mereka mau. Tetap saja, aku harus menyatakan secara jujur rasa terimakasihku.
"Terimakasih sudah bilang begitu."
"Kau mau mencoba jadi seorang pedagang keliling?"
"Ya."
Aku nggak tau apakah aku bisa berhasil atau enggak. Tapi aku sudah cukup beruntung memiliki Filo, jadi kayaknya merupakan tindakan bodoh kalau nggak memanfaatkan dia.
"Huh? Sebuah kereta?"
Filo berlarian dan bermain sebagai seorang manusia dan terkejut saat melihat kereta baru tersebut.
"Apa aku akan menarik kereta ini?"
Matanya berkilauan gembira.
"Itu benar. Aku akan menarik kereta ini, dan kita akan bepergian ke seluruh negeri."
"Sungguh?"
Dia berteriak kegirangan.
Apa dia menyadari dia kalau dia harus menarik kereta berat? Aku nggak paham kenapa dia begitu gembira mengenai hal itu...
"Jadi kita betul-betul akan melakukannya?"
Raphtalia bergumam, terdengar depresi pada prospek tersebut.
Dia nggak bisa mengendalikan perutnya terus mual-mual, jadi pemikiran bepergian dengan kereta sangatlah nggak menyenangkan.
"Mungkin awalnya akan sulit, tapi lama-lama kamu akan terbiasa."
"Baik."
Aku menatap Filo dan memperhatikan dia dengan cermat.
"Filo, apa tugasmu?"
"Sebentar... kurasa untuk menarik kereta dan pergi ke tempat yang kau bilang, Master."
"Betul."
"Dan jika kita bertemu pria tombak itu, kurasa aku harus menendang dia."
"Tepat."
"Bagian yang kedua itu nggak benar!"
Raphtalia menyilangkan tangannya, seperti dia akan membenarkan semua hal yang salah di dunia.
"Apa? Kenapa kau melihatku seperti aku ini aneh?"
Kalau kami bertemu Motoyasu, Filo akan menendang dia. Apa yang aneh dengan hal itu?
Oh yah, aku nggak bisa menghibur semua orang dengan keluhan dia.
"Baiklah! Ini adalah awal yang resmi dari kehidupan pedagang keliling kita. Aku akan bersembunyi di kereta. Raphtalia, saat kita sampai di kota baru, kamu yang jual barang-barang kita."
"Oh, baiklah...."
Reputasiku yang buruk masih ada dan menyebar sampai keluar Riyute. Kalau aku berada di kereta penjualan, kami nggak akan pernah menjual apapun—siapa yang mau bernegosiasi dengan seorang kriminal? Sangat masuk akal kalau Raphtalia yang bertugas menjual barang.
Raphtalia cantik, dan dia punya kepribadian. Dia nggak akan malu-malu.
"Haruskah kita berangkat?"
"Oh, Pahlawan."
"Huh? Ada apa?"
"Silahkan, terima ini..."
Si pemimpin menyerahkan selembar perkamen.
"Apa ini?"
"Surat ijin perdagangan yang kita bicarakan sebelumnya."
"Oh ya..."
Dengan surat ini di tangan, aku akan bisa menjual barang-barangku di kota-kota yang berbeda tanpa harus membayar pada pemerintah lokal. Itu akan membuat hidup lebih mudah. Sekarang, entah itu para pemerintah lokal ini benar-benar akan memungut biaya dari para pahlawan untuk melewati kota mereka atau tidak... itu masalah yang berbeda.
Maksudku, Motoyasu jelas-jelas berpikir demikian.
"Hati-hati dijalan."
"Makasih. Kami berangkat sekarang."
"Kuharap kami bisa membantumu lebih banyak lagi dimasa mendatang. Kau telah banyak membantu kami."
"Yang penting jangan terlalu memaksakan diri."
"Baik!"
Dan dengan begitu kami meninggalkan Riyute dan memulai kehidupan baru kami sebagai pedagang keliling.
Hal pertama yang kami coba adalah menjual berbagai obat.
Kami nggak punya banyak pilihan obat yang tersedia, jadi kami memberi harga lebih murah daripada harga pasar pada umumnya.
Kami mulai dengan menjual obat penyembuh dan minuman bernutrisi. Keduanya lebih baik daripada obat dan minuman yang biasanya, dan kami memasang harga sedikit lebih tinggi daripada produk-produk kami yang lain.
Lalu kami akan mengumpulkan herbal dan persediaan lalu pergi ke desa selanjutnya—aku memanfaatkan waktu kami di perjalanan untuk meracik ramuan baru.
Filo benar-benar cepat, jadi kami hampir sampai di kota selanjutnya cuma dalam waktu satu hari, meskipun ada saat-saat kami harus berhenti dan bermalam dihuyabt. Di malam-malam seperti itu kami akan menghentikan keretanya, menyalakan api, dan makan malam dibawah bintang-bintang.
"Master! Ada ruang di sampingku! Sini tidur denganku!"
Kami selesai makan, dan Filo berubah kembali menjadi wujud monsternya dan menepuk tanah disamping dia.
"Tidur disampingmu sangatlah panas...."
Filo masih ingin tidur bersamaku setiap malam. Aku memerintahkan dia untuk nggak berubah menjadi seekor burung saat kami berada di penginapan, jadi dia memanfaatkan kesempatan setiap kali kami bermalam di luar.
Mengingat kami sendirian diluar sini, jadi nggak ada seorangpun yang akan terganggu oleh dia...
"Filo, kau menyukai Tuan Naofumi kan?"
"Ya! Aku menyukai dia lebih daripada kamu menyukai dia, Mbakyu!"
"Jangan panggil aku begitu!"
Yang dia permasalahan adalah panggilan itu?
"Terus aku harus panggil apa?"
"Hm... Gimana kalau Mama? Aku ada disana saat kau menetas dari telurmu, dan aku mengawasimu sepanjang waktu! Cocok kan?"
"Aku gak tau... Mbak!"
Mereka terus bertengkar, seperti mereka nggak bisa memutuskan apakah mereka itu kawan atau lawan.
Filo seperti anak kecil, jadi dia selalu terlalu serius mengenai semua hal.
Sebenarnya, kurasa dia memang anak kecil. Dan dia bertindak sebagaimana mestinya.
"Oke, oke, kalian berdua tidurlah. Kalau sudah giliranku tidur, aku akan membangunkanmu!
"Berhentilah memperlakukan aku seperti anak kecil!"
"Ya! Tuan Naofumi, kamu selalu memperlakukan aku seperti anak kecil!"
"Oh, betul juga! Aku selalu saja lupa mengenai perkembangan kalian berdua!"
"Kamu sengaja kan!"
"Ya, Master! Kau pembohong!"
Tapi mereka benar-benar seperti anak-anak. Dan aku memutuskan untuk menjadi orangtua untuk mereka berdua.
"Aku ingin membantumu, Master!"
Filo mengambil batu dan mulai menumbuk sembarangan rumput seperti yang kulakukan.
"Ew! Baunya aneh!"
"Memang begitu."
Kalau kau bisa membuat ramuan dari sembarang rumput, maka nggak akan sesulit ini, kan?
"Kenapa ini gak bisa?"
"Kau bisa mempelajari beberapa hal cuma dengan melihatnya, tapi yang lainnya membutuhkan lebih banyak latihan."
"Apa itu sebabnya kau nggak bisa menarik kereta?"
"Kenapa aku harus menarik kereta?"
"Kenapa kau dan aku berbeda?"
"Apa salahnya berbeda?"
Sama seperti anak kecil... dia akan menyinggung apapun yang bisa dia pikirkan.
Kalau kami terus membolak-balikkan pertanyaan, maka pada akhirnya dia akan bingung dan akan menyerah.
"Argh... Master sungguh... sungguh bego!"
"Siapa yang sebut bego!"
Kami terus seperti itu beberapa saat, dan aku bisa menyelesaikan beberapa kerjaan.
***