Aku melemparkan jubahku pada Filo, dan kami pergi ke toko senjata.
"Ah, si Bocah Pahlawan!"
Si pemilik toko melambaikan tangannya saat aku datang, seolah dia memang sudah menunggu kami mampir.
"Apa kau menemukan sesuatu?"
"Yup. Tunggu sebentar."
Dia berjalan kearah pintu dan memasang tanda tutup sebelum mengajak kami keluar. Dia memandu kami dijalan ke toko sihir yang kami kunjungi beberapa hari yang lalu.
"Walah, walah."
Saat pemilik toko senjata menjulurkan kepalanya kedalam, wanita di toko senjata nggak bisa menahan senyum, dan dia berjalan ke pintu untuk menemui dia.
"Ada apa ini kalian datang ke tokoku rame-rame begini?"
"Filo, jangan ingat jadi burung tanpa seijinku, ngerti?"
"Baik...."
Kami pergi ke ruangan belakang, yang mana sepertinya seseorang tinggal disini. Ada ruang kerja yang besar.
Sepertinya disinilah dia membuat ramuan sihir.
Langit-langitnya tingginya sekitar tiga meter. Ada lingkaran sihir dilangaut, dan beberapa kristal ditempatkan secara hati-hati di tengah ruangan.
"Maaf disini berantakan, soalnya aku sedang di pertengahan mengerjakan sesuatu."
"Nggak masalah. Tapi apa kau menjual pakaian untuk cewek ini?"
"Pagi ini aku bertanya pada orang-orang, dan kudengar bahwa nyonya di toko sihir ini tau sesuatu."
"Oh ya, memang."
Wanita itu mengambil kristal-kristal dari tempatnya di meja, dan di tempat kristal-kristal itu terdapat sebuah mesin besar yang tampak seperti sebuah mesin jahit antik.
Apa itu sebuah jarum, seperti benda yang ditusukkan pada jari Sleeping Beauty?
"Apa gadis kecil itu benar-benar seekor monster?"
"Ya. Jadi saat dia berubah kembali ke wujud aslinya, pakaiannya robek. Filo, berubahlah."
Kurasa aman bagi dia untuk berubah disini.
"Baik."
Dia mengangguk, melepas jubahnya, dan berubah menjadi seekor Filolial.
"Ah ya, sekarang aku paham. Ini adalah Filolial kecil yang bersamamu saat terakhir kali kita bicara, kan?"
Nyonya toko sihir menatap Filo, sebagai seekor Filolial Queen, dan bertanya dengan nada terkejut.
"Apa ini bisa?"
Suara Filo masih tetap sama seperti saat dia dalam wujud gadis kecil, jadi itu terdengar sangat aneh suara itu keluar dari tubuh Filolial raksasanya. Kurasa itu adalah kiasan fantasi yang bisa diterima bahwa kau bisa berbicara dengan binatang kayak gini.
Aku menoleh pada Raphtalia.
"Ada apa?"
"Nggak ada."
Itu mengingatkan aku, Raphtalia adalah seorang demi-human. Saat aku masih optimis tentang dunia ini, itu begitu menggembirakan memiliki dia sebagai rekanku. Kalau dipikir seperti itu, aku bisa paham tanggapan Motoyasu saat melihat dia ketika kami berduel.
Tentu saja, semua itu adalah masa lalu bagiku.
"Jadi apa aku harus membuat pakaian untuk dia?"
"Kau bisa membuatkan pakaian? Pakaian yang nggak akan robek saat dia berubah wujud?"
"Ya, aku bisa... Meskipun sejujurnya aku nggak tau apakah itu memenuhi syarat sebagai 'pakaian'."
"Apa maksudmu?"
"Bagimu, aku kelihatan seperti apa, Tuan Pahlawan?"
"Sebuah toko sihir... Aku nggak tau... Seorang witch?"
"Itu benar. Jadi aku tau sesuatu tentang transformasi."
Itu nggak kayak aku mulai memahami sesuatu tentang dunia ini, dan bahkan aku nggak yakin apakah itu benar. Tapi dalam manga dan game yang kumainkan dan kubaca, kurasa aku pernah melihat para witch yang bisa berubah menjadi hewan.
"Berubah menjadi seekor hewan betul-betul merepotkan, mengingat tingkat sihir yang diperlukan dan resiko yang menyertai. Tetap saja, aku melakukannya dari waktu ke waktu. Mencoba mencari pakaian baru setiap kali kau berubah sungguh merepotkan, kau tau?"
Oke, jadi kayaknya para witch dan wizard bisa berubah wujud kalau mereka mau.
Nyonya witch itu mencari peralatan jahit yang terbuat dari kayu saat dia menjawab.
"Nggak masalah kalau kau ada dirumahmu atau semacamnya. Tapi untuk berubah wujud di sebuah tempat yang nggak aman, itu bisa jadi bencana besar."
"Kurasa memang begitu."
Masalah utama kayaknya adalah pakaian. Kau nggak bisa berjalan-jalan sambil telanjang.
"Jadi ada pakaian yang sangat berguna yang dipakai orang-orang saat mereka berubah wujud. Pakaian yang bisa bertahan saat transformasi dan akan tetap ada, nggak peduli wujud apa yang kau pakai."
"Aku mengerti."
"Ada beberapa contoh terkenal diantara para Wizard dan Witch, bahkan diantara para demi-human. Sebuah contoh yang mungkin kau ketahui adalah jubah yang dipakai para Vampir."
Ya... betul juga, aku melihat itu di sebuah film tua. Mereka bisa berubah jadi kelelawar dan serigala dan semacamnya. Kurasa mereka ada didunia ini juga.
"Mesin ini didesain untuk menghasilkan benang yang kami pakai untuk membuat pakaian-pakaian itu."
"Serius.... tapi gimana cara kerjanya? Gimana bisa pakaian bisa bertahan terhadap transformasi itu?"
"Kekuatan yang membuatnya tampak seperti pakaian sangatlah tepat."
Jawabannya membuatku bingung.
"Mesin ini memgubah kekuatan magis menjadi benang. Penggunanya bisa mengatur timingnya sendiri untuk mengubah benangnya kembali menjadi sihir, dan sebaliknya."
"Jadi saat dia berubah menjadi manusia, dia bisa mengubah kekuatan sihirnya menjadi pakaian?"
"Ya, begitulah cara kerjanya."
Dia benar... Itu bukanlah pakaian yang sama seperti pakaian yang kupahami. Saat Filo berwujud burung, pakaian itu akan berubah menjadi kekuatan magis yang akan masuk kedalam tubuhnya. Lalu ketika dia berubah menjadi seorang cewek, kekuatan itu akan terwujud sebagai pakaian.
"Baiklah kalau begitu. Sekarang, Filo, maukah kau memutar gagang itu?"
Filo memegang gagangnya dan mulai memutarnya. Saat dia melakukannya, sebuah benang tipis keluar dari ujung mesin. Wanita itu mengambilnya, menggulungnya pada sebuah pasak, dan mulai memutar pasak tersebut untuk mengumpulkan benangnya.
"Apa yang terjadi? Aku merasa seperti kehilangan tenagaku!"
"Kami mengubah beberapa kekuatan magismu menjadi benang, sayang. Kau akan merasa agak lelah. Tapi teruslah putar gagang itu. Kita masih kekurangan bahan untuk membuat pakaian untukmu."
"Ugh... Tapi ini nggak menyenangkan!"
Kurasa dia betul-betul cuma seorang anak kecil. Kalau dipikir-pikir dia memang baru menjalani kehidupan selama seminggu.
Filo perlahan-lahan terus memutar gagangnya sambil melamun memandangi sekeliling ruangan.
Saat dia melakukannya, permata yang ada dibagian atas mesin itu tiba-tiba pecah.
"Oh tidak. Permataku pecah! Tanpa permata itu kita nggak akan bisa membuat pakaian."
"Apa?"
Itu terdengar seperti masalah yang gawat bagiku.
Hampir mustahil untuk menyuruh dia berganti pakaian setiap kali dia bertransformasi, dan selain itu, biaya pakaiannya akan sangat besar.
"Apa nggak ada sesuatu yang bisa kau lakukan?"
"Yah, material untuk permata itu bisa didapatkan dipasar.. tapi harganya mahal."
"Ugh...."
Itu adalah hal yang ingin kudengar terakhir.
"Apa ada cara lain yang bisa kita ambil?"
"Hm... Coba kupikir dulu."
Dia mengambil sebuah peta di belakang rak buku dan membukanya di atas meja.
"Di Melromarc, aku yakin satu-satunya tempat dimana permata itu bisa ditemukan, cuma disini di gua ini."
Dia menunjuk area pegunungan di barat daya kerajaan, dan aku serta pemilik toko senjata mengangguk.
"Harusnya ada suatu lorong uang dalam di ruang bawah tanah dari reruntuhan disana. Kalau kau bisa menemukannya, kita bisa membuat permata itu tanpa mengeluarkan banyak uang."
"Kedengarannya bagus."
Itu akan berbahaya, tapi kami nggak punya cukup uang untuk memikirkan pilihan yang lainnya.
"Baiklah, aku akan pergi bersamamu."
"Apa kau yakin?"
"Siapa lagi yang bisa kau tanyai seberapa bagus kualitasnya?"
Aku memang punya sebuah skill yang meningkatkan penilaian barang milikku, tapi masih akan lebih baik bersama seorang Witch yang sebenarnya untuk memilih permatanya.
Kalau kami bisa mendapatkan item yang banyak, kami bisa menjual sisanya untuk mendapatkan keuntungan. Sudah jelas itu adalah skenario terbaik.
"Oke. Apa kau sudah siap berangkat sekarang?"
"Ya, nggak masalah."
"Baiklah kalau begitu, ayo segera berangkat."
Kami menaikkan barang bawaan kami ke kereta dan Filo menariknya. Lalu kami berangkat menuju gua yang terletak di Barat Daya Merlomarc.
* * * * *
"Apa ini guanya?"
Aku menunjuk pada apa yang terlihat seperti pintu masuk yang mencekam pada sebuah reruntuhan kuil, masuk kedalam karang dari wilayah pegunungan yang telah kami lintasi.
Ada sebuah gua yang dibangun di tebing berwarna kemerahan... dan terasa seperti tempat itu pasti mengandung item-item yang kuat didalamnya... begitulah kalau ini adalah sebuah RPG. Aku secara nggak sadar berpikir seperti itu lagi. Aku telah menghabiskan terlalu banyak waktu untuk main game!
"Tidak, bukan itu. Menurut kepercayaan lokal, dulu pernah ada seorang alchemist jahat yang membuat kuil ini menjadi rumahnya."
"Serius?"
"Ada rumor bahwa alchemist itu terlihat dalam penelitian tentang suatu tanaman berbahaya. Sepertinya tanaman itu masih tersegel didalamnya. Kita nggak akan masuk kesana. Harusnya ada sebuah terowongan yang mengarah ke sisi gunung yang lewat bawah kuil itu. Itulah tujuan kita."
Kami mulai menjelajahi area itu untuk mencari terowongan yang dikatakan witch itu.
"Apa ini?"
Kami terus berjalan, lalu menemukan retakan yang besar di tebing. Retakan itu cukup besar hingga bisa dimasuki.
"Kayaknya ini."
"Tuan Naofumi, haruskah kita masuk duluan dan memeriksanya?"
Aku mengangguk, dan kami berdua melihat kedalam.
Interiornya kayaknya buatan manusia. Bagian dalamnya terbuat dari batu, tapi terbentuk menjadi bentuk yang rinci dan kuat.
Apa itu? Ada sebuah peti harta yang bagus terletak di ujung ruangan itu. Aku membukanya, tapi peti itu kosong.
Kurasa kalau dungeon memang betul-betul ada, akan seperti inilah modelnya. Tentunya seseorang pasti pernah masuk sebelum dirimu.
"Apa ini masih jadi persembunyian alchemist itu?"
"Kayaknya begitu."
Mungkin alchemist itu memilih tempat ini sebagai persembunyiannya untuk menyembunyikan permata yang kami cari.
Ada sebuah pilar batu, sesuatu seperti batu nisan, tepat di samping kotak harta itu, dan di batu itu terukir banyak simbol. Aku belum cukup mempelajari bahasa sini jadi belum bisa membacanya.
"Hei, Witch? Bisakah kau membaca tulisan ini?"
"Hurufnya sangat tua. 'Kepada orang yang akan menghancurkan segel benih ini. Ini adalah keinginanku bahwa benih ini tidak akan pernah dilepaskan ke dunia. Benih ini akan mempermainkan harapan orang untuk terbebas dari kelaparan, mengabulkan harapan mereka dengan cara terburuk yang bisa dibayangkan. Segel ini tidaklah mudah dihancurkan.'"
Sebuah benih, huh? Jadi itu yang ada didalam peti harta ini. Terserahlah, itu bukan urusanku.
Itu pasti dibawa oleh seorang pengembara—selain itu, siapa juga yang punya waktu buat mempedulikan proyek setengah matang dari alchemist ini?
"Kurasa ini bukan tempatnya."
"Sepertinya kau benar."
Kami meninggalkan ruangan kecil itu dan berjalan menuju ke area lain, dan kami akhirnya sampai di terowongan yang kami cari. Kami masuk kedalamnya.
Tapi....
"Jejak-jejak kaki monster ini masih sangat baru."
Si witch bergumam pelan segera setelah memasuki terowongan. Matanya tertuju pada tanah. Aku mengikuti tatapannya.
Kayaknya ini adalah jejak kaki dari monster tipe karnivora besar. Kalau nggak salah, kurasa aku pernah melihat jejak kaki yang mirip di suatu tempat.
Jejak kaki ini mengingatkan aku pada... jejak kaki dari Chimera raksasa yang muncul pada gelombang yang sebelumnya.
"Apa kau baik-baik saja?"
"Ini membuatku gugup, aku nggak yakin apakah kita harus lanjut atau enggak."
"Kita harus lanjut. Kita nggak punya pilihan."
"Kalau Pahlawan Perisai bilang begitu, maka pasti memang begitu. Ayo lanjut."
"....."
Filo mengendus jejak itu.
Dan kemudian....
Ew! Dia ngiler!
"Ayo pergi, Filo!"
"Oke!"
Filo mengangguk pada teriakan Raphtalia, dan kami maju terus.
Aku berjalan didepan, diikuti Raphtalia, lalu si witch, dan terakhir Filo.
Itu terasa seperti sebuah petualangan yang sebenarnya. Aku merasa jantungku berdebar-debar gembira pada pemandangan ini.
"Tuan Naofumi, aku cuma memaanfaatkan kamu. Beri aku uang."
Aku mendengar suara Raphtalia memantul di dinding.
"Aku berpura-pura menjadi seorang budak lagi untuk mendapatkan kepercayaanmu, tapi itu semua cuma akting. Aku bisa menikammu sekarang, dari belakang. Aku ingin membunuhmu dengan tanganku sendiri."
Aku berbalik dan melihat Raphtalia meringis.
Filo berteriak, "Tidak, Master! Jangan tinggalkan aku!"
Apa yang terjadi?
"Monster-monster disini mengatakan hal-hal untuk membuat kita marah dan membuat kita lengah. Jangan sampai mereka membodohi kalian."
"Monster jenis apa itu?!"
Kurasa aku pernah melihat monster jenis ini sebelumnya, di sebuah game di suatu tempat. Ada sebuah gua yang menyimpan item yang bisa memulihkan kepercayaan pada sebuah party yang mana pemimpinnya telah kehilangan kepercayaan pada rekan-rekannya. Tapi disana terdapat jebakan, sebuah jebakan yang menyebabkan pertikaian yang keji.
Jadi suara barusan, itu bukanlah suara Raphtalia.
Bagus. Kalau itu adalah yang sebenarnya dipikirkan oleh Raphtalia, maka aku akan benar-benar patah hati.
"Master! Kau butuh aku kan? Kau butuh Filo?"
"Ya."
"Yay! Aku percaya padamu."
"Tuan Naofumi, kata-kata barusan bukan aku yang mengatakannya. Ayo terus maju."
Pada akhirnya kami bertemu seekor monster yang kelihatan seperti seekor kelelawar, namanya Voice Gengar, dan monster itulah yang menghasilkan kata-kata tadi. Kami melawannya, dan si Witch mendukung kami dengan sihir, jadi itu adalah pertarungan yang mudah.
Filo berlari ke dinding dan menyerangnya, mengayunkan kakinya untuk melakukan tendangan yang kuat yang mana menjatuhkan si kelelawar. Dia betul-betul bisa bertarung. Aku membiarkan perisaiku menyerap Voice Gengar.
Voice Gengar (bentuk kelelawar) Shield: persyaratan terpenuhi
Voice Gengar (bentuk kelelawar) Shield
Kemampuan belum terbuka
Bonus equip: pertahanan gelombang suara (kecil)
Efek Khusus: Megaphone
Efek khusus Megaphone? Kurasa aku tau apa itu.
Perisainya sendiri nggak terlalu bagus, meskipun kurasa monsternya sendiri juga nggak terlalu kuat, jadi aku nggak bisa berharap banyak.
Terus... kenapa juga itu didesain bentuk kelelawar?
Itu membuatku kuatir, dan juga aku memfokuskan telingaku pada lorong yang hening ini. Aku bisa mendengar suara-suara di kejauhan.
Kami nggak punya pilihan selain terus maju.
Lorongnya menjadi sangat gelap, jadi aku memegang sebuah obor dengan satu tangan. Lalu tiba-tiba, aku nggak bisa melihat apa-apa.
"Tuan Naofumi! Bersiaplah!"
Bersamaan dengan teriakan itu, aku merasakan rasa sakit yang tiba-tiba.
"Raphtalia?!"
"Tuan Naofumi! Apa kamu baik-baik aja?!"
"Mati saja sana!"
"Tidak! Tidak!"
"Tenanglah, ini adalah kelakuan musuh! Mereka menggunakan sihir untuk menggelapkan lorong ini!"
Sialan! Itu adalah serangan pembunuh. Jujur saja aku merasa seperti aku telah ditikam oleh Raphtalia. Dan rasanya betul-betul sakit.
Apa serangan itu memang cukup kuat hingga bisa mengungguli defense milikku?
Kalau itu adalah Raphtalia... dia mungkin cukup kuat untuk melukai aku. Tapi lukanya lebih terasa seperti goresan...
"Master! Beri aku makan!"
Aku mendengar Filo berteriak. Ayolah—aku sedang kuatir mengenai goresan yang ku terima, dan sekarang Filo berteriak? Itu sangat mencurigakan. Apa ada bisa kita lakukan?
"Witch, apa ada yang bisa kau lakukan?"
"Aku sedang menyiapkan sihir. Tunggu sebentar."
Aku bahkan nggak tau apakah aku berbicara pada seorang witch asli. Gimana kalau aku mempercayai dia, tapi apa itu betul-betul kata-katanya monster? Gua ini....
Benar juga! Aku bisa menggunakan perisai yang barusaja kudapatkan.
Aku berganti pada Voice Gengar (bentuk kelelawar) Shield, dan menggunakan efek khusus Megaphone.
"Hei!"
Suaraku menggema, dan aku mendengar tanggapan suara gemerisik yang aneh.
"Kau menakutiku!"
"Aku juga," teriak Filo.
"Aku adalah sumber dari segala kekuatan, dengarkan perintahku dan pahami alasanku. Pulihkan pandangan kami. Fast Anti-Bind!"
Dalam sekejap, lorong yang gelap itu menjadi cukup terang hingga bisa melihat.
Aku menatap kakiku dan melihat monster yang seperti tikus dalam jumlah yang banyak berlarian disekitar kakiku.
Lalu aku melihat kearah Raphtalia dan yang lainnya, dan mereka digigiti cukup parah.
Mereka pasti telah diserang dalam kegelapan. Tentu saja mereka babak belur.
Aku mengeluarkan ramuan penyembuh dari tasku dan menyerahkannya pada Raphtalia.
"Witch, apa kau bisa menggunakan sihir penyembuh, pemulihan?"
"Sayangnya enggak. Aku nggak cocok dengan sihir pemulihan?"
"Oh....."
Kayaknya ini cukup buruk. Mereka telah menerima damage.
Oh hei, aku baru ingat. Aku menyerap monster yang baru saja kami kalahkan, dan aku membuka Voice Gengar (bentuk tikus) Shield. Perisai itu memiliki efek khusus yang sama seperti yang sebelumnya, tapi equip bonusnya adalah "Blinding Endurace (kecil)".
Untuk amannya, aku mengubah ke Alert Shield. Dengan memakai perisai ini, kami bisa tau kalau ada monster yang mendekat dalam jarak 20 meter dari kami. Aku penasaran seberapa bergunanya jarak segitu di tempat berburu, tapi aku sekarang menyadari bahwa itu adalah jarak yang cukup berguna—kalau kau berada didalam ruangan, atau didalam sebuah dungeon.
Kami berjalan terus di lorong itu selama beberapa saat sebelum pada akhirnya menemukan bijih mentah yang bersinar redup di suatu ruangan.
"Kyukiiiii!"
Suara aneh tiba-tiba terdengar. Itu adalah monster pemilik jejak kaki yang ada di pintu masuk, dan sekarang dia ada disana, menjaga lapisan bijih mentah itu.
Monster itu disebut "Nue". Dia begitu mirip dengan Chimera.
Para Nue seperti Chimera yang ada di mitologi jepang, dan mereka adalah tipe mahluk mitos legendaris.
Monster ini memiliki kepala monyet dan tubuh tanuki, dengan kaki harimau dan ekor seekor ular.
Kalau dipikir-pikir, itu kelihatan sangat mirip dengan monster yang aku dan Raphtalia temui saat kami mencari bijih mentah light metal, dan sama seperti monster yang kami lihat saat gelombang kehancuran terjadi. Aku yakin itu cuma kebetulan saja, tapi tetap aja—itu membuatku ngeri.
Selama gelombang, butuh kekuatan ketiga pahlawan yang lain, di tambah dengan dukungan dari party mereka untuk mengalahkan Chimera itu. Bisakah kami menang melawan yang satu ini? Cuma dengan kami saja?
Si witch memperhatikan binatang itu dengan cermat. Dia berbisik, "Apa yang dilakukan seekor binatang dari timur disini?" Kurasa maksud dia adalah binatang itu nggak berada pada habitat aslinya.
Kami harus mundur... Itu bukanlah ide yang buruk. Perlahan-lahan aku mengalihkan tatapanku pada Raphtalia dan yang lainnya untuk memberi sinyal pada mereka... tapi sudah terlambat.
"Biar aku yang maju!"
"Oke!"
"Sialan! Jangan terburu-buru!"
Tapi Raphtalia sudah memasuki pertempuran. Masalah nih.
Aku ingin dia nggak terluka, tapi cewek ini...
"Aku akan mendukungmu dari belakang."
Si witch memiringkan stafnya kearah pertempuran dan mulai merapal.
Aku berlari dibelakang Raphtalia dan Filo.
"Rasakan ini!"
"Hiyaaaa!"
"Kyukiiii!"
Raphtalia mengayunkan pedangnya secara membabi buta, menyerang badannya. Filo mulai menendang wajah binatang itu.
Tapi mereka nggak bisa melakukan serangan yang fatal. Nue itu kayaknya cuma mengalami goresan-goresan kecil, tapi nggak terpengaruh. Dia mengarahkan cakar harimaunya pada Raphtalia dan Filo.
Aku nggak akan membiarkan dia melukai mereka semudah itu! Aku lebih cepat. Dan dalam sekejap aku berada didepan mereka dan melindungi mereka dengan perisaiku.
"Berpikirlah dulu sebelum kalian menyerbu!"
Kami bisa kabur sebelumya binatang itu menyadari kami. Tapi mereka menghancurkan peluang kami untuk kabur...
"Aku minta maaf. Tapi sekarang kita harus menghabisi mahluk ini!"
"Aku lapar..."
"Kita belum cukup kuat! Kalau kalian nggak berpikir tentang pertarungan mana yang bisa kita menangkan, kita cuma akan berakhir tewas!"
Sial... Cakar Nue mengenai bahuku, dan aku mengalami pendarahan.
Sakit sekali. Sekarang aku jengkel.
Apa?! Tubuh Nue tiba-tiba bersinar.
"Cepat mundur!"
"Baik!"
"Master?!"
"Aku nggak bisa menahannya!"
Tubuh Nue itu sekarang diselimuti percikan listrik, dan menekan kearahku.
Ini pasti serangan khusus miliknya.
Bisakah aku menahannya? Sejujurnya aku nggak tau. Tapi yang jelas Nue itu nggak akan membiarkan aku kabur.
"Tidak!"
Filo menendang wajah si Nue, dan binatang itu terdorong mundur dan memberiku ruang yang cukup bagiku untuk melompat menjauh.
Tendangan Filo memang sangat kuat.
"Kyukiiiiiii!"
Percikan listrik itu mulai berkumpul di dada si Nue.
Aku senang bahwa aku nggak dipaksa menerima serangan itu secara telak. Kayaknya si Nue akan lumpuh sesaat setelah dia kehilangan serangannya.
"Aku adalah sumber dari segala kekuatan. Dengarkan perintahku dan pahamilah. Bakar dia! Zweit Fire Place!"
Si witch menembakkan sebuah ledakan api yang menyelimuti Nue.
"Kyukiiii!"
Apa kita menang?!
Aku berharap dia akan tumbang, tapi Nue itu cuma menghentikan sesaat serangannya sebelum mulai bangkit lagi.
"Ugh...."
Kayaknya binatang itu bisa berlari cepat, kalau dia mau.
"Master."
"Apa?!"
"Bolehkah aku mengeluarkan suara keras? Seperti yang kau lakukan?"
"Tentu."
Voice Gengar Shield memiliki sejenis perangkat pada bagian belakangnya yang akan memperkuat suara penggunanya.
"Baiklah, Master! Hentikan pergerakan monster itu, seperti yang kami lakukan, dan kemudian aku akan mengeluarkan suara yang keras!"
"Apa gunanya melakukan hal itu?"
"Monster itu sangat sensitif terhadap suara."
Apa dia tau hal itu karena semacam analisis mutual dari para monster? Aku bisa mempercayai dia. Dalam game berburu monster, ada monster yang akan menunjukkan titik lemahnya pada suara yang keras. Itu mungkin merupakan ide yang bagus, untuk melakukan serangan penghabisan...
"Witch, kau lanjutkan sihir pendukung, dan Raphtalia, kau lindungi Filo dan dukung party."
"Tapi Tuan Naofumi!"
"Aku nggak punya waktu untuk melindungi kalian berdua! Tolong, dengarkan saja aku!"
"Baik."
Nue itu menyerbu kearah kami. Aku merentangkan tanganku dan memblokir jalannya.
Sialan! Monster berkepala monyet itu punya gigi yang tajam. Dia menggigitku, dan itu betul-betul sakit!
"Kyukii!"
Aku mengarahkan perisaiju untuk memblokir kepalanya. Tangan kiriku tercakar oleh cakar harimau.
Ini membuatku gila. Aku dipenuhi dengan goresan. Kalau aku melawan binatang ini saat di Jepang, aku pasti sudah jadi daging cincang dari tadi. Syukurlah aku punya Perisai Legendaris. Aku mengubah perisaiku menjadi Voice Gengar Shield, itu akan menurunkan tingkat defenseku, sebenarnya aku nggak mau, tapi terpaksa aku mengubahnya.
"Lakukan!"
Aku berteriak memberi tanda, dan Filo mulai menarik nafas dalam-dalam.
"Waaaahhhhhhhhhhhhh
Sial! Gendang telingaku rasanya kayak mau jebol!
Sekeras itulah teriakan Filo, dan itu berasal dari belakang Megaphone.
Aku mendengar suara terjatuh yang keras di kejauhan.
"Kyuki?"
Dua semburan darah yang deras menyembur dari telinga Nue, dan binatang itu jatuh.
Sekarang adalah kesempatan kami!
"Raphtalia! Filo! Witch! Sekarang adalah kesempatan kita! Serang dia dengan segala yang kalian punya!"
"Baik!"
"Oke!"
Raphtalia menyerbu ke depan dan menikam dada Nue. Dan Filo... Filo mulai menghimpun kekuatannya, perlahan-lahan menunduk ke tanah. Dari bawah tubuhnya, kakinya menggaruk, menggaruk, dan menghasilkan suara yang mengerikan.
"Aku adalah sumber dari segala kekuatan! Dengarkan perintahku dan pahamilah! Bakar mereka! Zweit Fire Blast!"
Bola-bola api terbang diudara dan menghantam Nue yang terjatuh. Dan saat itu terjadi.
"Hiyaaaah!"
Ba-Boom! Suara itu betul-betul meledak dan bergema saat tendangan Filo menghantam Nue. Kekuatannya sungguh besar hingga kepala Nue meledak menjadi kepingan-kepingan kecil, dan tubuhnya sendiri terhempas kebelakang dan menghantam dinding.
Ew... Itu seperti adegan gore dari sebuah film.
"Kita berhasil!"
Filo mengangkat kedua sayapnya untuk merayakan kemenangan kami. Tapi secara pribadi aku nggak merasa ingin merayakannya.
Aku kelelahan, dan kesakitan. Kalau Raphtalia dan Filo sedikit lebih berhati-hati, kami nggak harus melawan binatang itu, yah... nggak ada gunanya sih mengeluh.
"Yah kita telah menang. Kayaknya itu adalah seekor Nue anakan. Kurasa mungkin ada sebuah keluarga yang kaya di suatu tempat yang merawatnya sebagai seekor peliharaan, tapi dia kabur dan jadi liar lagi."
Kalau ada orang yang memelihara sesuatu seperti itu sebagai peliharaan, maka dunia ini lebih buruk daripada yang kubayangkan.
Dan kenapa dia menyebut binatang itu anakan? Kurasa binatang itu memang agak kecil....
"Beri aku makan!"
Filo berdiri diatas Nue dan mulai memakannya. Apa dia akan mulai memakan bangkai binatang itu?!
"Hentikan!"
"Tapi...."
Aku bisa membuka perisai baru dengan bangkai binatang itu. Aku nggak bisa membiarkan dia memakannya begitu saja.
Aku memotong-motong Nue itu dan menyerap berbagai bagiannya, membuka beberapa perisai yang bagus sebagai hasilnya.
Tapi adapun untuk peningkatan status... Chimera masih lebih baik.
"Oke, ayo istirahat sebentar dan kemudian mencari ore itu."
Ada urat dari ore yang bersinar disana, dan itu akan cukup mudah untuk mencungkilnya menggunakan sebuah beliung.
"Ide bagus. Ayo ambil sebanyak yang bisa kita bawa."
Jadi kami beristirahat dan lemidiant mulai bekerja menggali ore itu. Setelah kami mendapatkannya kami pergi.
Oh, tentu saja aku membiarkan perisaiku menyerap sedikit ore itu juga.
Tapi aku belum cukup mengisi pohon perisai untuk membuka sesuatu. Dan aku nggak tau apa lagi yang kubutuhkan.
* * * * *
Kami kembali ke Kastil Kota, dan dengan nasehat si witch memutuskan untuk mampir ke toko obat untuk mendapatkan perawatan.
Untungnya toko obat itu dikenal sebagai sebuah tempat yang bisa menyembuhkan kami, dan cukup beruntung bahwa biayanya murah untuk memberi kami mantra sihir pemulih.
Seperyinyay aku bisa menggunakan sihir pemulih juga, jadi aku ingin segera mempelajarinya.
Inilah akhir dari petualangan kami hari ini.
* * * * *
Keesokan harinya kami memproses ore yang kami dapatkan menjari permata yang diperlukan, yang mana sama si witch dipasang diatas kumparan magis. Seperti yang dia lakukan kemarin, Filo perlahan-lahan memutar gagangnya sambil menggerutu
"Ini membosankan...."
"Lakukan saja. Kalau sudah selesai, aku janji aku akan memberimu hadiah."
Sejujurnya, kemarin sangat melelahkan, dan aku ingin bersantai.
"Maksudmu makanan? Apa makanan itu lezat?"
"Ya."
Aku memegang kata-kataku. Dan aku telah berjanji memberi dia makanan yang lezat, jadi aku akan menepatinya.
"Baiklah kalau begitu, aku akan berjuang!"
Dia terus memutar rodanya.
"Oh bagus! Dia melakukannya dengan baik!"
"Pak tua, aku juga sudah janji padamu. Apa kau punya waktu setelah ini?"
"Aku sudah memasang tanda yang menyebutkan tokoku akan tutup sampai sore ini, jadi aku punya banyak waktu. Apa kau mau mentraktirku?"
"Begitulah. Apa kau bisa mendapatkan selebar besi yang besar untukku?"
"Huh? Memangnya mau kau pakai apa?"
"Untuk memasak sesuatu."
"Bocah Pahlawan ini akan memasak untuk kami? Aku nggak tau apa aku harus menantikannya agah enggak."
"Oh, ayolah."
Dia kelihatan kecewa—yang mana membuatku jengkel. Tunjukkanlah sedikit rasa terimakasih.
"Oke, Raphtalia. Pergilah ke pasar dan belikan aku arang, beberapa sayuran, dan daging. Beli yang cukup untuk lima orang, tapi pastikan kamu mempertimbangkan nafsu makan Filo."
"Baik."
Aku memberi dia beberapa silver dan dia pergi.
"Makanan enak, makanan enak!"
Filo sekarang bersemangat dan mulai memutar rodanya lebih cepat dari yang sebelumnya.
Itu berlangsung selama beberapa saat, dan kemudian si witch menyuruh dia berhenti.
"Kayaknya sudah cukup. Kau bisa berhenti."
"Kalau aku terus memutarnya, akankah aku mendapatkan lebih banyak makanan lezat?"
"Tidak. Berhenti memutatnya."
"Baiiiiiiiik."
Filo datang ke sampingku, dengan wujud burung raksasanya.
"Master.... Makanan enak."
"Bukan sekarang, kita belum mendapatkan pakaianmu."
"Tapi...."
Filo kelihatan sangat kecewa. Tapi Raphtalia masih belum kembali, jadi aku nggak bisa memberi dia makanan. Aku nggak punya hal yang kubutuhkan. Dia sungguh polos dan bebas... benar-benar seperti anak kecil.
"Saat kita meninggalkan toko sihir, kau harus berubah menjadi manusia."
"Baik."
Apa dia betul-betul mengerti? Aku nggak yakin. Apa kayak gini rasanya punya seorang anak? Nah... "Aku hanya perlu menenun ini menjadi kain, lalu membuat pakaian." Si witch menyerahkan benang itu padaku.
"Aku kenal seseorang yang bisa menenun benang ini menjadi kain."
"Bagus, ayo kesana."
"Baiklah kalau begitu, apa yang harus kukatakan pada nona muda itu saat dia kembali dari berbelanja?"
"Bilang saja sama dia untuk menunggu kami di gerbang besar kota."
"Oke."
Si pemilik toko senjata memimpin jalan, dan aku mengikuti dia.
"Bayarannya nanti saja, dari toko senjata!"
"Berapa banyak biayanya?"
Aku betul-betul ingin tau, itu sebabnya aku bertanya.
"Untuk benang sihirnya? Yah harga kristalnya cukup mahal, tapi aku membantuku, dan menyediakan materialnya untukku, jadi kali ini anggap saja impas."
"Makasih."
Dia mungkin tau bahwa aku nggak bisa membayar kalau dia meminta 50 silver.
Jadi pemilik toko senjata dan aku mengunjungi seorang temannya yang di katakan dia bisa menenun benang itu menjadi kain untuk kami.
"Ini memang material yang sangat langka. Ya, ini mungkin butuh waktu. Tapi aku mungkin bisa menyelesaikannya malam ini. Kau harus mengunjungi seorang penjahit untuk pengukurannya. Akan aku berikan padamu setelah kainnya jadi."
Jadi kami pergi ke penjahit.
Aku nggak bisa mempercayai seberapa banyak waktu dan tenaga yang kami habiskan demi mendapatkan satu pakaian.
"Ooh! Sungguh gadis kecil yang imut."
Toko penjahit itu dijalankan oleh seorang wanita muda yang memakai selendang dan terus-menerus menekan kacamatanya dengan jarinya. Dia bersandar di meja.
Dia tampak polos. Aku nggak tau gimana caranya mendeskripsikan dia. Kalau ini adalah duniaku, aku akan mengatakan dia kelihatan seperti cewek yang menulis doujinshi atau semacamnya—semacam pendiam dan culun.
"Dia punya sayap kecil juga, seperti seorang malaikat. Aku pernah mendengar bahwa ada demi-human bersayap juga, tapi mereka tidak terlihat begitu sempurna."
"Gimana menurutmu?"
Aku menanyai si pemilik toko senjata tentang apa yang dia pikirkan, tapi dia cuma mengangkat bahu.
"Ya, para demi-human bersayap juga memiliki bagian-bagian lain yang seperti burung, seperti tangan dan kaki mereka. Tapi gadis ini tampak seperti seorang gadis manusia normal, selain sayap kecil itu."
"Huh?"
Filo mendongak, bertanya-tanya, pada penjahit itu.
"Oh ya, dia sebenarnya seekor monster. Dia cuma berubah wujud menjadi seorang manusia saat ini. Saat dia kembali menjadi seekor monster, pakaiannya hancur, kau paham?"
"Ahhhh.... jadi kau datang untuk mendapatkan palaian magis, apa itu benar?"
Kacamatanya berkilauan. Aku yakin sekarang. Kalau ini adalah duniaku, cewek ini adalah seorang Otaku akut.
Aku kenal seseorang yang kayak dia saat masih diduniaku, yang menjual doujinshi miliknya sendiri di pameran.
Dia meminjamkan kartu pesertanya padaku dari waktu ke waktu, dan dengan itulah aku bisa menghadiri pameran-pameran ini dan melihat seperti apa itu. Dia adalah cewek yang sangat baik.
"Dia sangat mnaisr, jadi kurasa sebuah pakaian one-piece akan cocok. Kalau kita menambahkan beberapa pola sederhana yang bisa bertahan dari transformasi, harusnya itu sudah cukup."
Dia mengeluarkan sebuah pita ukur dan mengukur Filo yang berdiri diam berbalut jubahku.
"Aku ingin melihat dia bertransformasi!"
"Huh?"
Filo mengarahkan tatapan bertanya padaku. Aku jadi bingung.
"Aku nggak yakin ruangan ini cukup tinggi untuk dia."
Langit-langitnya cuma sekitar dua meter tingginya, maka Filo akan membenturkan kepalanya kalau dia dalam wujud Filolialnya.
"Bisakah aku melakukannya sambil duduk?"
"Kurasa bisa."
Dia duduk dan, matanya menatap langit-langit, bertransformasi ke wujud aslinya. Si penjahit takjub.
"Dia begitu berbeda! Itu bahkan lebih baik."
Kalau cewek ini nggak terkejut melihat Filo berubah, maka aku merasa seperti dia mengetahui apa yang dia lakukan. Kami bisa mempercayai dia.
Si penjahit mengukur leher Filo dan dan mulai mencatat desainnya.
"Baiklah, sudah siap! Tinggal tunggu kainnya datang!"
"Orang ini tau betul apa yang dia kerjakan."
"Kayaknya begitu."
Dia adalah tipe orang yang nggak bisa berhenti sekali apinya dinyalakan. Dia akan fokus pada proyeknya sampai selesai.
"Kurasa aku bisa menyelesaikannya besok."
"Cepat amat. Tapi berapa biayanya? Kasi tau aku total biayanya."
"Yah, kalau kau yang menyediakan bahannya, maka... mungkin 40 silver."
"Filo, apa kau dengar ini? Totalnya sudah 340 silver yang kuhabiskan padamu. Kau harus melakukan apa yang kau bisa untuk membantuku mengembalikan uang itu."
"Baik!"
Apa dia betul-betul mengerti?
Filo bertransformasi kembali menjadi manusia, dan kami meninggalkan toko jahit itu.
Kami sudah menyelesaikan semua urusan pentingnya, jadi kami pergi ke gerbang besar untuk bertemu dengan Raphtalia.
"Tuan Naofumi, aku sudah membeli semua hal yang kamu minta."
"Filo sudah membuatku mengeluarkan uang 340 silver sejauh ini. Raphtalia jauh lebih murah."
"Kuharap kamu nggak akan menyebutku 'murahan'."
Haaaa..... Yah, nggak ada lagi yang bisa diperbuat selain menjalaninya.
"Pak tua, carikan aku lempengan logam. Filo, kau pergi bersama pak tua dan bantu membawa materialnya kesini."
"Oke!"
"Tentu."
Filo mengikuti pak tua itu, dan mereka kembali dengan cepat, membawa semua barang bawaan.
Kenapa dia berubah menjadi seorang manusia untuk membawa barang bawaan itu?
Seperti yang kuharapkan, ada lempengan logam yang besar diantara barang bawaan itu.
"Baiklah! Ayo keluar dari kota dan menuju ke tepi sungai."
Kami berjalan di padang rumput sampai kami tiba di tepi sungai.
Aku menyusun batu untuk menahan lempengan logam. Lalu aku menyalakan api dibawahnya.
"Raphtalia, pak tua, kalian berdua urus apinya, oke?"
"Um... tentu."
"Oke."
Gimanapun juga pria itu pembuat senjata. Dia tentunya tau gimana mengurus nyala api.
"Gimana dengan aku?" tanya Filo.
"Tugasmu pastikan bahwa kita nggak akan diserang oleh para Balloon."
Kalau aku membiarkan Filo membantu menjaga api atau memasak, rasa penasarannya akan menguasai dia dan bisa saja dia mengacaukan pekerjaan kami, dan aku akan mendapatkan mimpi buruk. Akan jauh lebih baik untuk menyuruh dia melakukan sesuatu yang lain.
Aku mulai mengiris sayuran dan daging yang Raphtalia beli.
"Bocah Pahlawan, apinya kayaknya sudah sangat bagus."
"Oke."
Seperti yang dia katakan, logamnya terlihat panas dan bagus, jadi Aku menaruh potongan berlemak diatasnya agar mengeluarkan minyak, lalu menaruh daging dan sayurannya diatas lempengan itu.
"Kau cukup ahli juga!"
Aku menggunakan pisau dan tongkat kayu untuk membalik daging dan sayuran itu supaya nggak gosong.
"Harusnya itu cukup bagus."
Itu benar, BBQ di samping sungai. Tampak seperti perlakuan yang bagus bagi Filo.
"Filo, makanannya sudah siap."
"Yay!"
Filo sudah ngiler karena aromanya, tapi dia menunggu sampai aku menyerahkan garpu pada dia sebelum dia mulai menyantap dagingnya.
"Lezat! Lezat sekali!"
Dia terus makan lagi dan lagi.
"Woi, Jangan memakan semuanya! Bagi sama yang lain."
"Baik...."
Pipinya penuh dengan makanan saat dia mengangguk. Apa dia betul-betul mengerti?
"Raphtalia, pak tua, silahkan dinikmati!"
"Baik."
"Makasih."
Mereka memegang piring mereka, dan aku mengambilkan daging dan sayuran untuk mereka.
"Woah, ini enak sekali! Siapa yang nyangka bahwa cuma memasak dagingnya akan membuatnya seenak ini."
"Ya, makanan Tuan Naofumi sering kali memang aneh, tapi rasanya lezar."
"Aku anggap itu sebagai pujian."
Pak tua itu terlihat sedang berpikir.
"Aku bertanya-tanya apakah itu berkat skill memasakku?"
"Maksudmu dari perisai itu?"
"Itulah yang kupikirkan."
"Sungguh perisai yang kuat dan misterius. Aku iri."
"Aku nggak bisa melepasnya. Sebenarnya itu sangat nggak nyaman."
Dan aku sama sekali nggak bisa menyerang...
"Kau pasti jauh lebih kuat daripada yang seharusnya."
"Entahlah."
Kami harus bepergian ke seluruh dunia, membiarkan Perisai Legendaris ini menyerap berbagai monster dan material yang berbeda, dan menjadi lebih kuat.
Sejujurnya, aku masih nggak tau berapa banyak jenis perisainya.
Aku nggak tau seberapa banyak perisai ini harus berkembang agar sempurna.
Tapi meskipun aku mengabaikannya dan cuma bersantai-santai saja, gelombang yang berikutnya tetap akan datang. Aku bahkan nggak tau berapa kali gelombang itu akan datang.
Sudah terjadi dua kali. Akankah berakhir setelah yang ke lima, ke sepuluh... ke seratus?
Yang manapun jawabannya, aku harus melakukan apa yang aku bisa.
Itu mengingatkan aku. Aku penasaran mengenai Curse Series Shield.
Saat mereka hendak merenggut Raphtalia dariku, perisai ini terserap oleh sesuatu dan Curse Series Shield terbuka. Aku mencarinya di pohon skill milikku, tapi nggak bisa menemukannya.
Aku membuka menu bantuan.
Curse Series: sebaiknya jangan disentuh
Itulah yang pertama tertulis. Tapi setelah aku melihatnya beberapa kali, kata-kata itu bergetar seolah terguncang, dan berubah.
Curse Series: memberi kekuatan dan kepedihan yang sangat besar pada pemegangnya
sebaiknya jangan disentuh
Aku masih belum bisa menemukan perisainya, jadi aku memutuskan untuk mengabaikannya untuk saat ini.
Itu pasti tipe senjata yang cuma muncul sebagai sebuah pilihan saat kau betul-betul membutuhkannya. Itu semacam perisai bersyarat.
"Master! Kita kehabisan daging."
"Apa?!"
Memang, sudah nggak ada daging lagi. Semuanya lenyap.
Sekarang cuma tersisa sayuran saja.
"Gimana ini? Aku masih lapar." Teriak Filo.
"*sigh*.... kalau gitu pergilah ke hutan dan tangkap lima Usapil. Aku akan memasaknya untukmu."
"Baik!"
Filo berlari dengan kecepatan penuh ke hutan.
"Itu enak sekali. Hidangan yang sungguh lezat."
"Kalau menurutmu begitu, kurangi biasa pakaian itu."
"Kalau aku melakukannya, aku akan bangkrut, Bocah Pahlawan."
Kami menghabiskan sepanjang hari disana, memasak sayuran dan daging di tepi sungai. Matahari mulai terbenam.
Dan Filo berhasil menangkap 10 Usapil.
Sebenarnya aku nggak mampu makan sebanyak itu. Aku menghabiskan waktuku dengan mencincang Usapil dan memasaknya untuk mereka.
***