Chereads / Tate no Yuusha no Nariagari / Chapter 16 - Chapter 16 Anjing Berkepala Dua

Chapter 16 - Chapter 16 Anjing Berkepala Dua

Kami menuju ke desa yang dikatakan oleh pemilik toko senjata itu.

Desa itu bernama Riyute. Itu tampak seperti sebuah tempat yang bagus untuk menjadi basis operasi kami. Meski cuma ada satu penginapan disini, dan satu kamar biayanya 1 silver. Seorang pedagang keliling berkunjung setiap hari, dan dia akan membeli barang jarahan dari kami kalau dia membutuhkannya.

Nggak ada toko obat, tapi penduduk membutuhkan obat, jadi aku bisa menjual barang-barangku disana, tapi harganya lebih rendah daripada di Kastil Kota.

Kalau kualitasnya buruk mereka pasti akan komplain.

Reputasiku sudah mendahului aku. Meski begitu, jika warga desa tampak siap untuk melakukan sesuatu yang bodoh, aku harus mengenalkan mereka pada para balloon punyaku.

Aku pergi ke toko untuk menjual beberapa loot (barang jarahan) yang kami dapatkan di area sekitar kota.

"Jadi... Inilah yang kudapatkan."

"Cuma ini?"

Dia membayarku dengan beberapa koin silver, dan aku menerimanya sambil menggerutu.

Dia membelinya dengan harga yang cukup bagus, tapi itu masih belum cukup.

"Apa nggak ada cara yang lebih cepat untuk mendapatkan uang?"

"Kenapa, kau butuh sesuatu?"

Apa dia nggak tau bahwa aku adalah sang Pahlawan Perisai? Atau dia sudah tau tapi berpura-pura nggak tau. Hal itu memberi dia keuntungan dariku.

"Yah, ada tambang batu bara di perbatasan kota. Kalau kau mendapatkan beberapa bijih mentah dari sana, kau mungkin bisa menjualnya dengan harga yang mahal."

"Beneran?"

"Ya. Kalau kau bisa mengetahui bagaimana caranya untuk mendapatkannya dari sana, kau mungkin akan mendapatkan banyak peluang."

"....terus kenapa orang lain nggak melakukannya?"

Kalau itu sangat gampang, tempat itu harusnya sudah dipenuhi oleh para pendulang.

"Sebelum gelombang kehancuran datang, tempat itu sangat populer. Tapi sekarang tempat itu dipenuhi dengan monster-monster berbahaya."

"Jadi begitu."

"Aku nggak tau apa yang dilakukan oleh para petualang, para knight, ataupun para pahlawan panggilan kami. Tapi... kurasa seperti itulah yang kau harapkan dari sebuah tambang terabaikan."

Cerita ini semakin menarik. Sebuah tambang batu bara huh? Kalau aku bisa mendapatkan bijih mentah disana, aku akan bisa mendapatkan yang cukup banyak dari itu.

"Ada beberapa jenis bijih mentah langka disana, kalau kau bisa menemukannya. Bijih mentah itu bisa terjual dengan dengan harga mahal."

"Sungguh? Makasih buat informasinya."

Sejujurnya, aku nggak sepenuhnya mempercayai dia, tapi tetap saja aku ingin memeriksa tambang itu.

"...Hari ini kita akan kemana?"

Raphtalia gemetar ketakutan saat dia bertanya.

"Kita akan pergi ke tambang di wilayah sini."

"Baik..."

"Kayaknya ada monster-monster berbahaya disana. Kamu lebih baik jangan jauh-jauh, kalau darurat kita akan kabur."

"Baik!"

Aku membuka peta dan menemukan tambang batu bara itu.

Letaknya ada didekat pegunungan, dan jalannya ditumbuhi dengan rumput dan semak-semak tinggi. Tambang itu sudah ditinggalkan sejak lama. Dekat pintu masuknya, kami menemukan sejumlah beliung yang dibuang. Beliung-beliung itu tua dan karatan, tapi kayaknya masih bisa digunakan.

Nggak jauh dari pintu masuk, kami menemukan sebuah tempat peristirahatan tua.

Pintunya terkunci. Tapi sudah lama gak dipakai, jadi aku nggak punya alasan untuk nggak masuk.

"Raphtalia, aku akan merusak gemboknya."

"Apa? Oh... Oke."

Dia mengambil sebuah batu dan mulai memukulkan batu tersebut pada gemboknya. Gemboknya sudah sangat berkarat, jadi hanya butuh beberapa pukulan untuk mematahkannya.

Didalam, kami menemukan beberapa tali, dan beberapa barang lain. Tapi semuanya sudah di tinggalkan dan nggak berada dalam kondisi yang bagus. Kami menemukan sebuah peta dari tambang tersebut, yang mana itu merupakan hal yang bagus.

Perisaiku menyerap item-item lain yang kami temukan.

Pickax Shield: persyaratan terpenuhi

Rope Shield: persyaratan terpenuhi

Pickax Shield

Kemampuan belum terbuka

Bonus equip: menambang +1

Rope Shield

Kemampuan belum terbuka

Skill bonus equip: Air Strike Shield

Efek Khusus: tali

Air Strike Shield? Apaan itu?

Semisal itu adalah sebuah skilk, gimana caranya menggunakannya? Aku memutuskan untuk mencoba Rope Shield.

Ternyata itu adalah sebuah perisai yang terbuat dari tali panjang yang melingkar. Defensenya begitu rendah jadi awalnya kupikir itu adalah lelucon.

Aku nggak mau mencobanya di pertarungan yang sebenarnya. Dan apaan efek khusus "tali" ini? Lebih baik aku mencobanya. Mungkinkah itu adalah suatu jenis dari kait melilit?

Aku berpikir tentang tali tersebut dan melemparkan penampungan kecil, dan itu terbang dari perisaiku lalu melingkar pada penampungan tersebut.

Wow! Ini akan berguna.

Adapun untuk Air Strike Shield... lebih baik aku memeriksa menu bantuan.

Ketemu.

Skill:

Saat dalam pertempuran, sebuah skill mungkin akan diaktifkan dengan meneriakkan namanya. Juga ada skill-skill yang diaktifkan dengan gerakan tertentu.

Jadi itu seperti kemampuan dan skill dari sebuah RPG. Atau seperti skill set dalam sebuah MMO.

Baiklah, kurasa aku memahaminya. Waktunya mencoba.

"Air Strike Shield!"

Saat aku meneriakkan perintah tersebut, sebuah ikon muncul, mengatakan bahwa aku harus mengindikasikan arah untuk mengarahkan serangan tersebut. Sebuah lingkaran yang mengindikasikan jangkauan serangan muncul di tanah.

Aku berfokus pada tanah yang berada tepat didepanku. Saat aku melakukannya, Air Strike Shield yang besar muncul disana, melayang di udara.

Bentuknya aneh, sesuatu seperti sebuah perisai yang besar. Itu terbuat dari kekuatan sihir yang aneh.

Aku penasaran apaan itu?

Aku mengulurkan tangan untuk menyentuhnya. Perisai itu nggak bergerak dari tempat itu. Kurasa itu adalah skill yang memanggil sebuah perisai. Kalau ini adalah skill pertamaku, maka aku kurasa aku nggak bisa mengharapkan mendapatkan serangan yang kuat dalam waktu dekat ini.

"Apa itu?"

Raphtalia bertanya padaku.

"Bukan apa-apa. Aku baru saja mendapatkan skill yang berguna. Itu saja."

"Oh... Jadi, apa kita akan pergi?"

"Ya, ayo."

Raphtalia bertindak lebih berani dari pada yang sebelumnya, tapi aku harus mengawasi agar dia nggak terlalu akrab. Itu bisa jadi sebuah masalah.

Pickax Shield tentunya bisa berguna mengingat alasan kami datang ke tambang ini.

Nah sekarang, waktunya bekerja. Aku mengambil sebuah obor dan masuk kedalam tambang.

"Ada monster-monster berbahaya disini, jadi terus waspada."

"Baik."

Aku berjalan didepan dia.

Selama beberapa saat, terowongannya disangga oleh batang-batang kayu, tapi saat kami masuk semakin dalam, guanya terbentuk dari dinding batu alami. Kau bisa mendengar suara pelan dari sungai dan air terjun di kejauhan, dan ada cahaya lembut dari atas. Ada sebuah lubang kecil diatas kami, dan cahaya yang masuk tersaring oleh udara yang berdebu.

Nah sekarang, kemana harus pergi? Kami mulai mencari bijih mentah.

Aku membuka peta dan melihatnya.

Itu adalah sebuah labirin. Di peta tersebut ada tanda "X" didekat air terjun. Kesanalah tujuan kami.

"Master...."

"Hm?"

Raphtalia menarik lengan bajuku.

"Um... Lihat."

Dia menunjuk ke bawah.

Aku mengikuti tatapannya. Ada jejak kaki yang besar, dan jejak kaki itu kayaknya berasal dari sesuatu seperti seekor anjing.

Jadi mereka nggak bohong mengenai monster-monsternya.... Jejak kaki itu besar, tapi nggak abnormal. Jadi aku membayangkan seekor anjing yang berukuran sangat besar.

"Kita harus terus maju."

Kalau kami selalu berusaha menhindari bahaya, kami nggak akan bisa kemana-mana.

Kalau kami bertemu seekor monster, yang perlu kami lakukan adalah mengalahkannya. Kalau itu cuman seukuran seekor anjing, aku yakin kami bisa menanganinya.

"Baiklah, ayo maju."

"Oh... Baik."

"Jangan kuatir. Kita bisa mengalahkannya."

"Aku akan berusaha."

Itu baru namanya semangat.

Jadi kami terus bergerak pelan-pelan di gua itu. Sampai....

"Grrrrrr"

Kami bertemu dengannya tepat ketika kami mencapai puncak air terjun.

Itu adalah seekor anjing hitam besar dan berkepala dua.

Tapi jejak kakinya lebih kecil... Mungkinkah itu adalah seekor anak anjing? Anjing ini lebih tinggi daripada aku!

Kami nggak punya pilihan....

"Hawoooooooo!"

Tanjung itu melolong dan berbalik kearah kami. Dia mulai berlari.

Aku belum pernah menerima damage dari musuh, tapi bisakah aku menahan monster seperti ini dan nggak menerima luka?

Yah, meskipun dia melakukan serangan, satu serangan harusnya nggak akan membunuhku. Aku mengangkat perisaiku, dan menunggu serangannya.

Ugh... Berat sekali.

"Gahhhhh!"

Kukunya yang tebal menggores perisaiku, dan kedua kepalanya berusaha menggigitku.

....Jangan harap aku akan membiarkannya!

Untuk menghindari giginya, aku mengerahkan kekuatanku pada perisaiku, mendorong binatang itu ke belakang, dan melompat menjauh untuk membuat jarak.

Kayaknya, aku bisa bertahan pada serangannya.

"Ya! Aku paham!"

Ada peluang untuk Raphtalia juga... Tapi saat itulah aku menyadarinya.

Dia gemetaran ketakutan, dan matanya terkunci pada sesuatu. Tidak! Seperti inilah dia saat dia akan menangis dimalam hari.

"Tidaaaaaaaaaaaaaaaaak!"

Jeritannya yang melengking bergenat di gua dan berdengung di telingaku.

"Grrrrroooar!"

Anjing itu melolong dan melompat kebelakang.

Lalu anjing itu berbalik dan mulai berlari kearah Raphtalia.

Jangan harap aku akan membiarkannya.

Aku segera menggunakan perisaiku untuk mendorong dia menjauh dari jalur anjing itu. Dia jatuh jatuh ke tepi air terjun.

"Ah! T...Tolong!"

Meskipun dia jatuh, dia harusnya nggak mati. Tapi dia tampak seperti hendak jatuh ke air terjun.

"Tidak! Tidak! Ayah! Ibu!"

Sialan.... Ini buruk. Lebih baik mendorongnya. Memang beresiko, tapi cuma itu satu-satunya pilihan kami.

Aku berlari mendekati dia, memeluk dia, dan melompat ke air terjun. Kau bisa saja ikut jatuh bersama dengan air terjun sesukamu didalam game, tapi melakukannya di kehidupan nyata adalah hal yang sepenuhnya berbeda.

Semuanya berputar, dan aku nggak tau aku ada dimana.

Kami tiba-tiba terbebas dari air namun jatuh diudara. Kami jatuh ke sebuah danau kecil yang ada dibawah.

Aeusnyau tidaklah kuat, jadi kami bisa berenang ke tepi.

Uhuk... Uhuk....

"Apaan itu?! Nggak bisakah kau nggak membuatku panik."

"Ayah?"

"Bukan! Apaan yang kau bicarakan?"

Aku menatap keatas saat kami berbicara. Anjing itu berlari di tepi tebing, menatap kami, lalu berbalik dan pergi.

Dia pasti memikirkan cara untuk sampai ke tempat kami.

"Apa kamu baik-baik aja? Apa kamu sadar?"

"Aku... Aku...."

"Ada apa?"

"Itu...."

"Katakan padaku!"

"Aku.... Baik."

Dia mulai berbicara, perlahan-lahan dan tenang.

"Aku berasal dari sebuah desa demi-human kecil, kebanyakan petani. Agak jauh dari sini, menyebrang laut... Desa itu masih bagian dari negeri ini, jadi kehidupan tidaklah mudah."

Kedua orangtuanya baik hati, dan desa itu damai.

Tapi suatu hari, pasukan skeleton menyerbu desa. Mereka berasal dari gelombang kehancuran.

Ada banyak skeleton warrior, tapi para petualang didesa itu bisa menahan mereka di teluk. Tapi nggak lama kemudian para binatang, serangga-serangga raksasa muncul di medan pertempuran, dan para petualang tak mampu menahannya.

Akhirnya, seekor monster anjing raksasa berkepala tiga muncul. Orang-orang tak mampu menghadapinya, dan mereka dibantai.

Desa itu nggak mampu bertempur lagi, jadi mereka lari dari para monster.

Namun, para monster nggak membiarkan mereka kabur. Menganggapnya seperti olahraga, mereka memburu orang-orang yang tersisa dan membunuh mereka. Sama seperti warga desa yang lain, keluarga Raphtalia lari dari para monster. Tak lama kemudian, mereka sampai di sebuah tebing yang menghadap ke lautan dan mendapati diri mereka terjebak disana oleh gelombang monster. Menyadari bahwa mereka nggak bisa lari, orangtuanya saling bertatapan dan kemdian menghadap Raphtalia dan tersenyum.

Raphtalia gemetar ketakutan, tapi mereka menepuk kepalanya dan menenangkan dia. Dia masih terlalu muda untuk menyadari bahwa mereka berencana mengorbankan diri mereka sendiri untuk menyelamatkan dia.

"Tidak! Ayah! Ibu!"

Slam!

Mereka berdua mendorong dia dari bibir tebing seraya berdoa untuk keselamatan Raphtalia. Saat dia jatuh ke laut, dia melihat para monster menyerang orangtuanya.

Saat dia menceritakan kisah itu padaku, wajahnya pucat. Kurasa itu adalah sebuah kenangan yang sangat sulit untuk diceritakan.

"Aku jatuh ke air dan secara beruntung terseret ke pantai terdekat."

Setelah dia bangun, dia pergi mencari orangtuanya. Dia mendaki tebing itu.

Para monster akhirnya dikalahkan oleh para knight dan para petualang dari kerajaan. Dia berjalan melewati medan yang penuh berserakan dengan tulang-tulang dan akhirnya menemukan jalan ke tebing tersebut.

...Dan dia menemukan kolam darah dan potongan daging.

Ketika dia akhirnya memahami bahwa orangtuanya tewas, sesuatu didalam diri Raphtalia tersentak.

"Tidaaaaaaaaaaaaaaaaaaak!"

Dari situ Raphtalia bertekad untuk terus hidup.

Melihat dia sekarang, itu sangat sulit untuk digambarkan. Tapi kayaknya dia terbiasa untuk menjadi seorang yang sangat bekerja keras.

Saat dia menjadi seorang budak, itu pasti perlahan-lahan telah membuat dia kelelahan.

Sampai dia bertemu denganku, sepertinya dia menjalani kehidupan yang heroik. Dia berjuang untuk membangun kembali desanya, namun sayangnya dia ditangkap oleh penjual budak dan bahkan disiksa.

Akhirnya, dia berakhir di tenda penjual budak, tempat dimana aku menemukan dia.

"Anjing hitam itu telah kembali! Kita harus lari!"

Dia mulai panik lagi.

Kurasa itu adalah sumber dari traumanya.

"Tenanglah!"

"Tapi... Tapi!"

"Itu bukanlah anjing yang membunuh orangtuamu. Anjing itu punya dua kepala kan? Selain itu.... Kamu pikir siapa aku ini?"

"Um...."

"Aku adalah sang Pahlawan Perisai. Sampai sekarang, aku yang melindungimu kan? Tapi meski aku bisa melindungimu, aku nggak bisa mengalahkan musuh sendirian."

Raphtalia menutupi wajahnya dengan tangannya.

"Orangtuamu nggak akan kembali. Tapi kamu bisa membantu anak-anak yang lain. Kamu bisa membantu agar hal itu nggak terjadi lagi pada meeemat!"

Aku nggak pandai berdebat. Aku cuma ingin selamat. Itu sebabnya aku harus menjadi lebih kuat. Tapi gelombang itu jelas-jelas merupakan sumber teror bagi Raphtalia.

Meski bergitu, kalau dia mau lebih banyak anak kecil berakhir seperti dirinya, maka nggak ada yang bisa kuperbuat.

"Yang bisa kuberikan cuma membuka kesempatan bagimu untuk menggunakan skill-skill bertarung punyamu. Kalau itu nggak cocok buatmu, yah, kita sudah membahas pilihanmu."

"B...Benar."

"Gaah!"

Anjing itu berhasil menemukan kami.

"Kalau kamu nggak mau bertarung, maka keluarlah dari sini."

"Bagaimana denganmu?"

"Aku akan menarik perhatiannya. Kamu larilah!"

"Tapi!"

"Cuma itu yang bisa kita lakukan. Aku nggak bisa bertarung. Yang bisa kulakukan cuma melindungimu."

"Aku nggak mau melarikan diri!"

"Terus apa yang akan kamu lakukan? Mati disini?"

"...Tidak!"

Dia memperbaiki pegangannya pada pedangnya, mengayunkan pedangnya ke sisi anjing itu, dan menikamnya.

"Yipe!"

Anjing itu berteriak.

"Aku nggak mau kamu mati!"

"...Aku nggak akan mati. Kalau aku mati, itu artinya aku nggak akan bisa melindungimu."

Aku harus menjadi lebih kuat agar nggak mati. Aku nggak sudi mati di tempat kayak gini.

Anjing itu menyerbu kearah Raphtalia.

Aku segera mengubah menjadi Rope Shield. "Air Strike Shield!"

Perisai itu berubah lagi, dan aku segera berbalik kearah anjing itu.

"Argh?!"

Anjing itu berpaling dari Raphtalia dan menyerbu ke arahku sambil melolong.

Salah satu kepalanya menggigit bahuku dalam-dalam.

Sakit, dan semburan darah menyertai rasa sakit itu.

"Master?!"

"Tenang aja! Aku nggak apa-apa!"

Kalau dia bisa menembus tingkat pertahananku, dia pasti sangat kuat. Taringnya besar dan tajam. Kuharap dia nggak menimbulkan kerusakan permanen.

Ini pasti berkat perusainya juga. Memang sakit, tapi itu bukanlah sesuatu yang nggak bisa kuatasi.

"Baik!"

Raphtalia mengerahkan seluruh kekuatannya kedalam tusukannya. Dia menemukan jantung dari binatang itu dan menusukkan pedangnya pada jantung itu.

"Roooooooaaaaaaarrrrrrr!"

Dia berteriak kesakitan, Raphtalia menekan pedangnya lebih dalam lagi.

"Arrrrrrrrrhhhhhh!"

Anjing itu lebih kuat daripada yang kusangka. Dia masih menggeliat kesakitan. Raphtalia menikam jantungnya lagi dan lagi.

Akhirnya, anjing itu berhenti bergerak dan tumbang.

EXP +340

Raphtalia EXP +430

Kami mendapatkan exp poin yang besar dari pertarungan itu. Kami naik level.

Huff... Huff...

"Kamu berhasil. Kerja bagus."

Kami berdua berlumuran darah. Aku menepuk kepalanya.

"Master... Jangan mati, kumohon... kamu adalah tempatku...."

Dia kebingunan mengatakan apa yang dia maksudkan. Tapi kurasa dia ingin membiarkan semuanya apa adanya.

Hidup sebagai seorang budak pasti sangat keras. Tentu saja dia nggak mau kembali ke kurungan itu. Situasinya nggak buruk. Apakah itu alasannya dia ingin aku memuji dia?

Yah aku nggak berencana menjual dia untuk saat ini. Dan yang kuinginkan dari dia adalah kemampuan serangannya.

"Master... Kurasa aku belum tau namamu..."

"Ya, kamu benar. Namaku Naofumi Iwatani."

"Nao... fumi? Senang bertemu.... denganmu."

Dia menatap lantai dengan malu-malu.

Namaku? Yah itu lebih baik daripada dipanggil "Master" atau "Pahlawan" sepanjang waktu.

Waktunya menyerap monster itu.

Kami membedah binatang itu... Itu bukanlah pengalaman yang menyenangkan.... Tapi lami berhasil melakukannya.

Two-headed Black Dog Shield: persyaratan terpenuhi

Two-headed Black Dog Shield:

Kemampuan belum terbuka

Bonus equip: Alert Shield (perisai siaga)

Efek Khusus: Dog Bite (gigitan anjing)

Perisai ini tampak seperti seekor anjing berkepala dua. Perisai ini terbuat dari kulit, dan begitu realistis hingga kedua kepala itu hampir terlihat hidup.

Kayaknya memiliki kemampuan untuk cukup bagus. Nggak buruk juga.

Aku penasaran apa gunanya Alert Shield. Aku juga penasaran apa itu efek khusus "Dog Bite". Aku akan memeriksanya nanti.

Aku mengoleskan beberapa obat penyembuh pada bekas gigitan di bahuku. Rasanya agak menyengat, tapi aku bisa merasakan lukanya langsung sembuh.

Setelah kami kembali ke penginapan, aku akan mencari seorang pengguna sihir untuk menyembuhkannya m kalau aku menemukannya aku bisa menbayar mereka.

Hal itu mengingatkan aku, ini adalah pertama aku merasakan sakit sejak aku datang ke dunia ini. Tentunya ada rasa sakit. Itu nggak seperti kami nggak bisa bertarung lagi.... Tapi tetap aja... aku nggak suka terluka.

Bagian yang berbeda dari anjing itu nggak menyebabkan perisainya bereaksi. Entah itu nggak cukup atau levelku yang terlalu rendah.

"Yah, kita sudah mengalahkan monster ini. Sekarang waktunya mencari bijih mentah."

"Baik!"

Raphtalia tampak lebih ceria secara tiba-tiba.

Aku mengubah perisaiku menjadi Pickax Shield untuk menggunakan kemampuannya, dan berjalan ke tempat yang bertanda X dipeta. Aku mengayunkan beliung, dan saat aku melakukannya, sebuah tanda X kecil muncul di dinding, bersinar. Apa iyu? Haruskah aku mencari disana?

"Yah!"

Aku mengayunkan beliung sekeras yang aku bisa.

Dindingnya retak. Retakan tersebut terus menjalar, dan dindingnya runtuh.

"Woah!"

Dinding itu hancur dengan cepat.

Aku memperhatikan sekeliling yang mudah hancur dan mulai menggali untuk mencari bijih mentah.

...Tapi ini tidaklah mudah.

Aku terus mengayunkannya, dan akhirnya aku mencungkil sekeping bijih mentah berkilauan.

"Light Metal?"

Rupanya suatu jenis bijih mentah bernama Light Metal.

Apa ini bisa dijual dengan harga mahal? Kelihatannya sangat murni.

Jumlahnya nggak terlalu banyak, tapi kami terus menggali sampai sore, dan ujung-ujungnya mendapatkan 10 buah.

Ini sangat nggak efesien.

Aku membiarkan perisaiku menyerap satu buah.

Dikatakan masih butuh lagi, jadi aku memberinya lagi.

Light Metal Shield: persyaratan terpenuhi

Light Metal Shield:

Kemampuan belum terbuka

Bonus equip: Defense +1

Efek Khusus: Magic Defense up

Tingkat pertahanannya adalah yang tertinggi.

Kalau aku akan melawan monster kuat, perisai inilah yang bisa digunakan.

"Gimana menurutmu?"

"Lumayan."

"Betul. Baiklah kalau, ayo kembali, Tuan Naofumi."

Raphtalia menggenggam tanganku dan mulai berjalan.

"Kita harus terus hidup."

"Ya."

Kurasa itu sudah sangat jelas. Aku harus bertahan dan kembali ke duniaku sendiri. Aku nggak sudi mati di dunia sampah kayak ini.

Kami kembali ke Riyute dan menjual bijih mentahnya.

Kami mendapatkan harga yang bagus untuk bijih itu. Hasil uangnya harusnya bisa mendukung kegiatan dan keperluan equipment kami untuk beberapa saat.

***