Tik.... Tik..... Tik....
Suara tetesan hujan yang terdengar ke telingaku membuat aku bersemangat.
Ya, suara hujan.
Setiap kali aku mendengar suara hujan, aku teringat masa kecilku. Tubuhku seperti mengecil, dipenuhi rasa ingin tahu, betapa seakan-akan seluruh butiran dunia jatuh ke dalam pelukanku.
Suara hujan seakan-akan berubah menjadi panggilan untuk bermain. Anak-anak kecil berlari-lari sambil merentangkan lebar-lebar lengannya seperti burung-burung di bawah tetesan-tetesan hujan, bernyanyi sambil menari-nari bahagia.
Di tangan perempuan manakah gunting yang membelah langit itu berada?
Maka dia tunangan yang paling cantik.
Cambuk pemuda mana yang lecutannya seperti petir-petir itu?
Dia merupakan tunangan yang paling bagus.
Turunlah hujan, Turunlah hujan ke Majjana...
Turunlah hujan, Turunlah hujan ke Ajyad...
Anak-anak berkeliling dari pintu ke pintu mengumpulkan kurma dan gandum di tengah hujan merupakan adat kami...
Tok... Tok... Tok...
"Siapa itu...?"
"Kami anak-anak hujan, tak adakah yang mau berbagi?"
"Silahkan terimalah ini.... Semoga kalian mendapatkan banyak berkah.."
"Turunlah, turunlah hujan! Berikanlah berkah kepada orang-orang yang membuka pintu, wahai hujan!"
Terlihat senyum merekah di wajah anak-anak itu ketika kata hujan terucap. Hujan yang jarang kami saksikan merupakan tamu perjalanan yang kami tempuh. Kami pun semua sangat senang dan bersemangat dengan tetesan-tetesan pertama hujan yang turun.
Dan begitu hal seperti itu terjadi.... Aku akan kembali lagi menjadi seorang gadis perempuan kecil di dalam rumah bersama suara-suara lembut hujan. Aku seakan-akan menjadi suara seekor kucing yang sedang jalan, seakan-akan seperti seorang ibu yang dengan lembut menyelimuti anaknya yang tertidur.
Tik... Tik.... Tik...
Aku ingin meninggalkan pekerjaan yang sedang aku lakukan dan segera meloncat keluar. Melihat wajah hujan yang turun, menatap titik air yang turun.
Ketika aku menatap hujan dari kamarku yang kecil, terlihat selimut Rasulullah, kemudian aku ambil dan selimutkan ke badanku.
Aku membuka pintu. Aku angkat tirai pintu. Aku melangkahkan ke arah luar, menatap hujan yang turun.