Di perang ini, pipi Rasulullah terluka oleh anak panah. Topi baja pelindung kepala Rasulullah pada bagian pipi melesak hingga mengenai pipinya. Waktu ayah tak bisa mengeluarkan baja itu dari pipi Rasulullah, dia meminta Abu Ubayda untuk mendekat membantu kesisinya. Baja itu baru bisa dikeluarkan dengan gigitan gigi. Bahkan, salah satu gigi Rasulullah patah ketika berusaha mengeluarkan lempengan baja itu. Sungguh banyak darah Rasulullah yang bercucuran. Mereka menyamakan hal itu dengan hati gunung Uhud. Tak seorang pun dapat menghentikan darah Rasulullah yang terus mengalir deras. Baru ketika Fatimah mengurus Rasulullah, darah itu berhenti.
Para pejuang tangguh kami banyak yang meninggal syahid di Uhud. Hamzah, Mush'ab, Hanzala, dan banyak lagi.
Saking kejam, Hindun istri Abu Sufyan sampai mengeluarkan hati Hamzah dan meminum darahnya. Menyaksikan perbuatan mengerikan itu, Rasulullah menangis bersama-sama Safiyah, bibinya, yang ada di hadapannya. Hamzah adalah paman Rasulullah dan juga teman perjalanannya.
Abdullah bin Amr dan Amru bin Al-Jamuh juga berada di antara para syuhada.
"Mereka itu sahabat kita yang saling mencintai sewaktu hidup. Makamkanlah mereka dalam satu kubur yang sama," ucap Rasulullah sambil tersenyum sedih mengenang kebaikan keduanya.
Mush'ab adalah seorang guru muda yang dikucilkan keluarganya karena memutuskan masuk Islam. Ia juga berada di antara para syuhada waktu perang ini. Sungguh menyedihkan karena saat itu tak ada selembar kain kafan pun yang dapat menutupi seluruh tubuhnya di perang Uhud. Bila kain itu ditarik ke atas, kakinya tampak, dan ketika ditarik ke bawah, tubuh bagian atasnya terlihat. Para sahabat yang akan memakamkan Mush'ab sampai tak tahu apa yang harus mereka lakukan. Mereka bertanya kepada Rasulullah untuk menyelesaikan masalah ini. Rasulullah datang menghampiri Mush'ab sambil meneteskan air mata.
"Tariklah kain ke bagian atas tubuh Mush'ab sementara itu bagian kakinya yang masih terlihat tutuplah dengan rumput-rumputan," ucap Rasulullah. Di saat-saat terakhir, beliau memberi pernyataan terakhir, "Lihatlah para pejuang pemberani ini!" Air mata Rasulullah masih menetes pada saat itu.
Bagaimana dengan nasib Hanzala? Waktu itu dia segera ikut bergabung dengan pasukan muslim di waktu subuh setelah malam pertama pernikahannya tanpa sempat melakukan mandi wajib. Sungguh menakjubkan! Ketika dimakamkan, air mengalir dari bagian rambut-rambutnya. Atas kejadian itu, Rasulullah mengatakan bahwa Hanzala saat itu dimandikan para malaikat.
Kami benar-benar melewati ujian yang berat di Uhud. Ternyata, keputusan sadara-saudara kami meninggalkan pos jaga demi mengambil barang rampasan perang menjadi penyebab utama kekalahan besar.
Orang-orang yang dicintai Rasulullah banyak menjadi syuhada di Uhud. Sampai akhir hidupnya, beliau tak pernah sekalipun berhenti mengunjungi para syuhada Uhud.
Rasulullah sangat menyukai Uhud. Bahkan, baginya Seakan-akan Uhud itu bukan sebuah gunung, melainkan seperti seorang teman, sahabat karib Rasulullah. Saat itu Seakan-akan gunung Uhud merentangkan kedua lengannya bagai pelukan seorang ibu kepada anaknya. Sungguh begitu jelas arti gunung Uhud hari itu, Seakan-akan detak jantungnya terlihat. Kami sungguh terkejut dengan peristiwa yang terjadi kepada Rasulullah dengan tumpukan bebatuan disitu. Aroma wangi Rasulullah Seakan-akan sanggup menenangkan gunung itu. Bebauan yang menguap dari gua-gua ketika angin berembus membawa rasa cinta gunung itu kepada Rasulullah. Sepertinya, Gunung ini sangat merindukan Rasulullah dan menjadi pelindung dirinya. Gua gunung Uhud itu menjadi mata hati yang terbuka oleh cinta.
"Kami mencintai Uhud, dan Uhud juga mencintai kami," ucap beliau. Kata-kata ini tak lain merupakan bentuk cinta.
Apakah ketaatan tumpukan bebatuan gunung itu bisa menjadi kesetiaan?
Tak seorang pun bisa menjawab pertanyaan ini sebelum melihat Uhud....