Ketika pasukan Shanhai muncul diluar tembok pertahanan mereka, dagu para penjaga gerbang hampir copot melihatnya. Untunglah, mereka semua merupakan prajurit terlatih, dan segera meniup sangkakala perang.
Suara dari sangkakala menyebar ke seluruh lembah, menyebabkan gelombang kepanikan melanda benteng tersebut. Satu - persatu anggota Suku Jifeng keluar dari rumah mereka dengan dipenuhi rasa takut, dan mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi.
Huan Tai, pemimpin dari Suku Jifeng, baru saja turun dari ranjangnya ketika penjaga menerobos masuk ke tendanya. Suaranya yang berat dan keras dapat didengar dengan jelas. "Siapa yang meniup sangkakala perang?"
"Pemimpin, ada pasukan besar yang muncul diluar tembok pertahanan." Penjaga itu panik.
"Pasukan? Dari suku mana? Kenapa bisa ada begitu banyak dari mereka disini?" Jantung Huan Tai terasa mau copot, dan dia segera bertanya kondisinya.
"Dari bendera mereka, pasukan ini sepertinya bukan dari suku manapun. Hamba belum pernah melihat mereka sebelumnya. Hamba telah memeriksanya dan setidaknya ada 1000 orang dengan persenjataan lengkap. Mereka lebih mirip prajurit militer daripada pemburu."
"Prajurit militer? Sial, apa mungkin mereka pasukan Shanhai?" Huan Tai cukup pintar, dia langsung menyadari identitas pasukan yang menyerang mereka. Dia segera bertindak sambil berteriak, "Kumpulkan seluruh pemburu, aku ingin semua pria bersiap di tembok pertahanan. Para brengsek itu akan mendapatkan balasannya!"
"Baik!"
Pemburu dari Suku Jifeng terdiri dari 800 orang, walau 200 orang ditugaskan untuk berpatroli di tembok, dan 600 sisanya berada dirumah mereka yang hangat. Mereka hanya akan berkumpul ketika akan memulai perburuan. Karena itu, membutuhkan usaha yang cukup besar untuk mengumpulkan mereka dalam waktu singkat. Huan Tai memulai untuk mengumpulkan para pemburu sembari menenangkan anggota suku yang lain disaat bersamaan.
Ketika orang-orang yang dikumpulkan mencapai 400 orang, Huan Tai tidak bisa menunggu lebih lama. Dia khawatir tembok pertahanan tidak bisa menahan serangan pasukan Shanhai. Dia tidak bisa hanya duduk tenang, dan tidak melakukan apapun. Dia memimpin 400 orang dan berangkat menuju tembok pertahanan, meninggalkan tangan kanannya, Huan An, yang masih menunggu para pemburu yang tersisa.
---------
Di tembok pertahanan, pasukan Shanhai yang pertama kali memulai serangan. Mengambil kesempatan dari jarak tembak mereka yang lebih jauh, Unit Pertahanan Kota menembakkan gelombang demi gelombang tembakan anak panah, menekan para pemburu agar tidak bisa keluar dari tembok perlindungan mereka. Suku Jifeng benar-benar tidak berdaya diserang hujan anak panah seperti ini, karena jarak tembak mereka yang lebih pendek. Anak panah mereka bahkan tidak bisa mencapai Infanteri pedang-perisai, dan rasa tidak berdaya benar-benar membuat hati mereka menjadi pahit.
Setelah berhasil menekan para pemburu dari Suku Jifeng, Ouyang Shuo memerintahkan Unit Infanteri untuk bergerak maju menuju gerbang utama. Sekelompok prajurit menggotong kayu besar di bahu mereka, mengangkat perisai mereka keatas, dan bergerak menuju gerbang utama tembok pertahanan.
Hanya baru sekarang para pemburu sadar apa tujuan pasukan Shanhai ini. Melihat Unit Infanteri bergerak mendekat ke tembok pertahanan, mereka tidak memiliki jalan lain selain menghadapi hujan anak panah dan balas menembak.
Sejujurnya, para pemburu ini bukannya tidak bisa mengatasi serangan pasukan Shanhai. Bagaimanapun juga mereka memiliki keuntungan geografis. Begitu ada prajurit infanteri yang mendekat ke tembok, mereka akan bangkit dan menembakkan panah mereka, sungguh serangan yang menakutkan dan tanpa diikuti rasa ketakutan, mereka menghujani dengan batu dan kayu bergulung yang dijatuhkan dari tembok, mendorong Unit Infanteri menjauh lagi dan lagi.
Akhirnya, Huan Tai tiba dengan bala bantuan. Kedatangannya memberikan suntikan kepercayaan diri, dan segera moral dari para pemburu ini pun menjadi stabil. Mereka mulai membentuk formasi dan dengah gigih mempertahankan tembok ini, menggunakan seluruh batu dan kayu serta keuntungan geografis mereka.
Melihat tembok pertahanan ini lebih kokoh dari sebelumnya, dahi Ouyang Shuo pun mulai berkerut. Dia menatap Ge Hongliang dan berkata, "Bila terus seperti ini, Unit Pertahanan Kota tidak akan bisa bertahan. Sampaikan perintahku, perintahkan Unit Infanteri untuk terus maju kedepan. Jatuhkan gerbang kayu itu dengan segala cara!" Selagi dia berbicara dengan Ge Hongliang, bagian terakhir kalimatnya ternyata diarahkan kepada pemberi pesan.
"Baik!" Pemberi pesan pun menyampaikan pesannya kepada Unit Infanteri.
Begitu mendengar perintah ini, wajah Jenderal Shi langsung mengganas, dia berteriak dengan kencang, "SAUDARAKU, TUAN KITA SEDANG MELIHAT PERJUANGAN KITA! SEBAGAI UJUNG TOMBAK, KITA MASIH BELUM BERHASIL UNTUK MEROBOHKAN GERBANG TERKUTUK INI, INI MERUPAKAN HAL YANG MEMALUKAN! BOCAH-BOCAH DARI GARNISUN LANGSHAN MEMINTA KEPADA TUAN AGAR DAPAT MENGGANTIKAN POSISI KITA! APA KALIAN INGIN ITU TERJADI!?"
"TIDAK, TIDAK!" Para prajurit pun mengamuk dan menjawab dengan berteriak.
"JADI APA YANG HARUS DILAKUKAN?" Suara Jenderal Shi dapat terdengar dengan jelas di seluruh unit.
"JATUHKAN GERBANG TERKUTUK ITU, PERTAHANKAN KEHORMATAN UNIT INFANTERI!" Semangat para prajurit semakin membara.
"BAGUS SEMANGAT INILAH YANG INGIN KULIHAT. BERSAMA DENGAN PERINTAHKU KITA AKAN MENYERBU DAN MENJATUHKAN GERBANG INI! BILA GERBANG INI MASIH BERDIRI, MAKA AKU, SHI WANSHUI, LEBIH BAIK MATI DARIPADA BERTEMU TUAN!" Teriak Shi Wanshui.
"SERANG!"
Shi Wanshui secara langsung memimpin sebagai ujung tombak, dan tindakannya semakin mengobarkan semangat para prajurit.
Kemudian Unit Infanteri membawa kayu dan mengangkat perisainya, membentuk lapisan pertahanan yang kuat di dalam formasi. Mereka menyerbu di tengah hujan panah dengan rasa tanpa takut mati, dan menerobos ke arah gerbang kayu.
30 menit kemudian, ditengah serbuan tak kenal takut Unit Infanteri, gerbang itu pun akhirnya jatuh. Tanpa menunggu lama, Ouyang Shuo memerintahkan Unit Garnisun Langshan di sayap kiri untuk maju dan menyerbu ke dalam lembah. Dan selama ini terjadi, Unit Pertahanan Kota tetap mempertahankan formasi ketat dan bergerak maju dengan perlahan.
Karena gerbang telah jatuh, seluruh tembok pertahanan pun sudah sampai di batas akhir. Prajurit Unit Infanteri segera menerobos ke dalam tembok pertahanan, dan dengan gagah berani bertempur dengan para pemburu.
Garnisun Langshan yang datang belakangan mengambil alih tugas untuk mempertahankan gerbang. Kebetulan, mereka bertemu dengan bala bantuan yang dipimpin oleh Huan An. Saat dua musuh ini saling bertemu, mata Shi Lang pun menjadi semerah darah dan berteriak, "BUNUH MEREKA SEMUA!" Setelah memberikan perintah dia pun menerobos maju ke depan dan langsung menghadapi para pemburu di pertempuran jarak dekat.
Tidak perlu dikatakan lagi, 500 prajurit bersenjata lengkap dari Langshan melawan 200 orang pemburu dengan senjata sederhana, pertempuran ini pun dengan cepat menjadi berat sebelah. Tahu bahwa kekalahan tidak bisa dielakkan, Huan An memimpin para pemburu untuk menyerah.
Di tembok pertahanan. Para pemburu dari Suku Jifeng terus ditekan mundur dan disudutkan oleh Unit Infanteri. Pemburu pada akhirnya hanyalah pemburu, bagaimana mungkin mereka dapat menandingi prajurit militer profesional? Huan Tai memimpin para pasukannya bertahan dari serangan dan berteriak, "Apa kalian pasukan Shanhai? Kenapa kalian menyerang kami tanpa alasan?"
Shi Wanshui menyeringai sambil tombaknya membawa satu lagi pemburu kedalam kematian. Dia tertawa dan menjawab, "Hahaha, lucu sekali, kau menyerang tambang kami dan sekarang mau pura-pura tidak terjadi apa-apa? Hari ini, aku akan menghancurkan suku-mu hingga potongan terkecil!"
Tepat saat ini, Ouyang Shuo maju ke tembok dan mendengar pembicaraan ini. Dia segera berteriak, "Huan Tai, suruh semua anak buahmu menyerah dan kau akan diampuni!"
"Hmph, Suku Jifeng bukan suku pengecut. Lebih baik mati daripada menyerah!" Kata Huan Tai keras kepala.
"Oh begitukah? Baiklah kalau begitu, kalian para pemburu bukanlah pengecut, tapi bagaimana dengan keluarga kalian?" Ouyang Shuo berkata dengan nada bercanda yang tidak bisa dipercaya.
Kata-katanya langsung menyebabkan gelombang kegelisahan di antara para pemburu. Keluarga mereka akan menjadi tidak berdaya melawan Shanhai jika mereka semua tewas disini.
"Kau… orang tidak tahu malu!" Mendengar kalimat sederhana dari Ouyang Shuo yang berhasil menghancurkan moral dari para pemburunya, Huan Tai berteriak marah.
"Orang bijak menyerah pada takdir, Huan Tai, aku tidak akan mengulanginya lagi, menyerah dan kau akan diampuni. Bila tidak, jangan salahkan aku untuk bertindak kejam." Ouyang Shuo memberikan penawarannya lagi dengan ekspresi dingin.
"Haahh…!" Huan Tai menghela nafas panjang, dan tanpa pilihan lain, dia melemparkan senjatanya.
Setelah semua senjata para pemburu berhasil dilucuti, Ouyang Shuo memerintahkan Unit Infanteri untuk menahan mereka semua, dan memerintahkan Garnisun Langshan untuk bergerak ke dalam lembah dan mengumpulkan para anggota suku yang lain.
---------------
Ruang Dewan Suku Jifeng.
"Direktur Ge, berapa jumlah korban terluka dan tewas di pihak kita?" Ouyang Shuo sangat mengkhawatirkan kondisi pasukannya.
"Tuanku, jumlahnya adalah yang tewas 20 orang, terluka serius 35 orang, dan 60 terluka ringan."
Wajah Ouyang Shuo pun menggelap, dan dengan nada serius berkata, "Kita benar-benar mengalami kerugian besar! Departemen Urusan Militer harus menangani para prajurit yang tewas dengan baik. Atur biaya hidup dan kesejahteraan dari para prajurit yang terluka serius setelah mereka pensiun. Di saat yang sama, mulai mencari anggota baru, aku pikir ini saatnya bagi kita untuk membuat Unit Pasukan Cadangan."
"Hamba mengerti!"
"Perang ini tidak memberikan kita hasil. Jifeng semiskin para pengungsi. Kita benar-benar rugi kali ini." Ouyang Shuo mengatakan hal ini dengan nada sangat terluka.
"Setidaknya kita dapat membangun nama kita di tanah ini. Dari yang hamba lihat, tepat pada saat berita mengenai perang ini menyebar ke seluruh penjuru, suku-suku kecil-menengah yang lain akan mulai mendekati kita untuk bersekutu." Kata Ge Hongliang menenangkan tuannya.
"Yah mungkin aku hanya bisa berpikir seperti itu."
"Tuanku, apa rencana tuan untuk Suku Jifeng?" Tanya Ge Hongliang.
"Bawa mereka kembali ke teritori kita. Bawa yang bisa kita bawa, mereka yang tidak bisa kita bawa, tinggalkan disini." Kata Ouyang Shuo tanpa daya. Dia tidak memiliki cara lain. Dia telah mengalami kerugian besar, sehingga mustahil untuknya membiarkan suku ini dapat lepas begitu saja. Dia hanya bisa membawa mereka ke teritorinya.
Namun, dia melihat Ge Hongliang mengerutkan keningnya saat mendengarkan jawabannya, sehingga dia tersenyum dan berkata kepadanya, "Silahkan bila kau memiliki saran lain!"
"Baik tuan. Aku telah melihat lembah ini dengan baik, dan lembah ini meliputi area yang cukup luas. Lahan yang digunakan oleh Suku Jifeng hanyalah setitik air didalam ember besar dibandingkan dari keseluruhan lembah. Lembah ini juga dipenuhi sumber air. Yang lebih menarik adalah disini terdapat sebuah danau. Dan juga ada padang rumput yang subur cocok untuk tempat makan hewan ternak. Karena itu, saran hamba adalah, kita dapat menjadikan lembah ini menjadi padang rumput pribadi kita. Tuanku juga sadar bahwa Kota Persahabatan masih membangun infrastruktur dasar untuk kota mereka. Bahkan jika itu telah selesai, untuk membuat satu area menjadi tempat merumput bagi ternak kita yang berada diluar batas kota, kita masih akan menghadapi ancaman besar dari Suku Nomaden. Sebaliknya lembah ini cukup terpencil, jadi kita hanya perlu menempatkan satu Squadron dari Garnisun di tembok pertahanan dan kita semua dapat menjadi tenang." Kata Ge Hongliang.
Ouyang Shuou mengangguk setuju dan berkata, "Saranmu benar-benar bagus. Namun lembah ini terlalu jauh dari teritori kita. Selain itu, untuk bergerak melewati jalan gunung tidaklah mudah!"
"Tuanku, selama kita dapat dengan mulus membentuk tempat merumput untuk kuda-kuda militer, perintahkan beberapa orang dan bawa sebagian bahan baku untuk membuat jalan dari Suku Xuanniao ke lembah ini, hasilnya pasti akan sepadan!" Ge Hongliang terus membujuk Ouyang Shuo.
"Baiklah, kita akan mencoba untuk mengikuti rencanamu!" Ouyang Shuo akhirnya telah memutuskan dan lalu berkata, "Departemen Urusan Militer harus berkomunikasi dengan baik dengan Divisi Transportasi dan segera membuat persiapan awal. Setelah kita kembali ke teritori, mungkin sudah waktunya untuk menghubungi Suku Nomaden. Tidak bagus untuk menunda lebih lama lagi."
"Hamba mengerti!"