'Sejujurnya, kakak Seiji sangat...'
Shika merasa malu.
Tapi, anehnya, perasaan itu bukan tidak nyaman... pada kenyataannya, terasa menyenangkan.
Makan bersama dengannya, berbicara dengannya dan dipuji olehnya... benar-benar menyenangkan.
Dia hampir merasa ingin menangis ketika membandingkan kehidupannya saat ini dengan hidupnya dulu.
'Tidak, aku tidak boleh menangis di sini. Aku harus tersenyum di depannya pada saat seperti ini.'
Shika memperlihatkan senyuman yang datang dari hatinya.
Senyumnya yang sedikit malu dan bergetar hampir membuat Seiji terkejut.
Disaat dia kembali duduk, Seiji kembali sadar.
'Adikku terlalu manis! Apa yang harus aku lakukan!?'
Dia merasa bahwa dirinya secara bertahap terperosok ke dalam jurang... Tidak, dia harus berhenti memikirkannya!
"Terima kasih atas kerja kerasmu. Aku sekarang mengerti apa itu ritual, jadi kita bisa menghabiskan makanan kita."
"Yaβ¦"