Monkey tersesat sendirian di lantai dua, mata dan telinganya tetap waspada dengan keadaan disekitarnya. Ia berdiri di sudut ruangan di mana dia bisa memantau tangga dengan baik. Tidak peduli dari arah manapun pembunuh itu datang, ia dapat melarikan diri secepat mungkin.
Lampu-lampu dalam skenario tampak semakin redup dan musik latar yang menyeramkan benar-benar mempermainkan detak jantungnya. Monkey mencubit dirinya sendiri untuk kembali fokus dan mulai mengatur napas. Sebagai seorang mahasiswa kedokteran, ia tahu rasa sakit dan oksigen adalah elemen terbaik untuk membuat seseorang tenang dengan cepat.
Monkey memutar kembali kejadian tadi dalam benaknya. Waktu kemunculan monster itu sangat aneh. Dia menemukan kami tepat setelah Lao Zhao menemukan ada orang kedelapan yang bersembunyi di antara kami; itu terlalu kebetulan.
Semua orang mulai panik ketika Lao Zhao menyadari hal bodoh itu. Jika Kakak Feng dapat menggunakan ponselnya dan memeriksa kita semua satu per satu, orang kedelapan itu akan segera terekspos. Itu adalah kesalahan pertama. Setelah monster itu berlari ke arah kami, jika kami berdiri diam dan tidak berlari seperti sekelompok ayam tanpa kepala, kami akan baik-baik saja. Itu adalah kesalahan kedua kami.
Monkey sedikit menghela napas. Monster yang menyerbu kami itu memang menakutkan, tapi itu seharusnya tidak cukup untuk membuat kami berlari ketakutan seperti itu. Semuanya berawal ketika orang pertama berlari. Tindakannya mempengaruhi pikiran kami. Kalau tidak salah, pelari pertama adalah orang kedelapan. Aku baru saja mendengar teriakan Xiao Hui; dia orang kedua yang berlari dan paling dekat dengan orang misterius itu. Jadi, ini benar-benar sesuai dengan hipotesisku.
Monkey tertawa mengejek dirinya sendiri. Namun, menebak dengan benar dan tidak ketakutan adalah hal yang berbeda. Lagipula, tersesat sendirian di Rumah Hantu yang menyeramkan ini masih menyebabkan rasa dingin menjalar di tulang punggungnya. Monster dan orang kedelapan itu bekerjasama menggunakan tekanan psikologis untuk menanamkan rasa takut pada kami. Jika aku tidak salah, rencana mereka adalah memisahkan kami dan kemudian menjatuhkan kami satu per satu. Apakah pemilik Rumah Hantu ini perlu mengandalkan teknik psikologis yang kejam seperti itu hanya untuk menakuti seseorang?
Monkey adalah seorang mahasiswa yang cerdas, tetapi ia sama penakutnya dengan He San. Di sekolah, dia tidak berani memasuki kamar mayat kecuali ditemani seseorang. Ia bergumam, "Aku harus menyampaikan informasi ini kepada Kakak Feng dan yang lainnya sesegera mungkin."
Pemuda itu lalu mengeluarkan ponselnya untuk menelpon Kakak Feng, dan saat melihat sesuatu yang aneh terpantul di layar ponselnya yang bersinar, tubuhnya mulai gemetar. Mengapa boneka kain ini terletak di tangga? Bukankah tadi aku meninggalkannya di lantai tiga?
Monkey tidak berani mengaktifkan fungsi senter karena ia tak ingin menarik perhatian monster gila itu. Dia mengarahkan layar ponselnya ke arah dinding dan melihat boneka compang-camping terletak disana.
Apakah seseorang tidak sengaja menendang boneka ini ke lantai bawah saat kejadian tadi? Ini adalah satu-satunya penjelasan logis yang dapat ditemukan Monkey. Boneka kain itu berisi potongan kertas dan bukan mesin penggerak, sehingga tidak mungkin dikendalikan dari jarak jauh. Boneka itu terlihat cukup menakutkan baginya.
Selain kondisinya yang sedikit rusak, boneka tersebut tidak menakutkan sama sekali. Tetapi, ketika Monkey menatapnya, ia memiliki perasaan aneh seolah-olah boneka itu hidup. Monkey juga tidak bisa memahaminya. Ia seperti melihat seorang gadis kecil yang menatapnya dengan tatapan memohon.
Aku pasti berhalusinasi. Aku harus secepatnya keluar dari Rumah Hantu ini, jika tidak aku akan benar-benar gila. Monkey menelpon Kakak Feng, dan bunyi dering telepon datang dari lantai tiga.
Dia masih di lantai tiga? Atau apakah dia menjatuhkan teleponnya seperti yang dilakukan Lao Zhao? Suara dering telepon membuat Rumah Hantu terasa semakin menyeramkan. Monkey tidak memutuskan panggilan itu dan memasukkan ponselnya ke dalam sakunya, perlahan-lahan menaiki tangga ke lantai tiga. Sambil bersembunyi di tangga, ia melihat ke arah koridor dan seperti dugaannya, ponsel Kakak Feng terlihat berdering di lantai.
Kakak Feng dan Lao Zhao menjatuhkan ponsel mereka; jadi, aku harus mencoba menelepon yang lainnya. Saat berdiri seorang diri di tangga lantai tiga, ia menatap pintu-pintu di kedua sisi yang bergerak karena angin, Monkey merasa lututnya menjadi lemah.
Dia membuka daftar kontaknya dengan cepat untuk mencari nomor kontak salah satu anggota grup di tempat itu ketika teleponnya bergetar dan berdering.
Sial! Apa lagi! Itu adalah panggilan dari salah satu anggota grup. Shi Ling? Kenapa dia menelponku? Atau apakah dia juga tersesat sendirian seperti aku?
Seperti kebanyakan pemuda, Monkey mencoba terlihat berani di hadapan teman-temannya. "Shi Ling, apakah kau tersesat sendirian? Di mana kau sekarang? Aku akan menjemputmu."
"Aku terjebak di dalam sebuah kamar di lantai tiga; aku tidak tahu nomor kamarnya, tapi tolong datang dan jemput aku. Rumah Hantu ini sangat aneh!" Shi Ling biasanya hanya diam saja dan tidak banyak berbicara. Jadi, ketika ia berbicara dengan penuh ketakutan dan tergesa-gesa seperti itu, Monkey sudah menduga sesuatu yang traumatis pasti terjadi padanya. Shi Ling terdengar seperti ia akan benar-benar menangis.
"Tenang, bagaimana kau bisa terjebak? Tidak ada kamar yang terkunci," Monkey menjelaskan ketika dia berjalan menyusuri koridor, mencoba menemukan kamar tempat Shi Ling berada dengan mendengar suara gadis itu.
"Aku juga tidak tahu. Setelah aku berlari masuk untuk bersembunyi, aku tidak bisa membuka pintunya lagi! Dan ruangan ini berbeda dari yang lain; ada dua boneka yang duduk berdampingan tepat di tengah ruangan!"
"Duduk?" kata boneka dalam ucapan Shi Ling membuat tubuh Monkey bergidik. Ia akan sangat senang jika dia tidak melihat boneka itu lagi seumur hidupnya.
"Tolong segera kemari dan jemput aku!" Suara Shi Ling berubah nyaring. Dari suaranya, ia benar-benar sangat ketakutan.
"Aku akan kesana sebentar lagi! Sekarang, berdirilah sejauh mungkin dari boneka-boneka itu dan seperti yang He San katakan sebelumnya, jangan sentuh apapun. Aku curiga boneka-boneka itu ..." kalimat Monkey terpotong karena ia tiba-tiba menyadari bahwa ada boneka kain yang "menghalangi" jalannya, terletak sekitar setengah meter dari kakinya.
Ia mencoba melawan keinginan untuk berteriak dan melempar boneka itu dengan ponselnya. Pemuda itu lalu melangkahinya dengan hati-hati.
Boneka ini memiliki rambut panjang dengan ekspresi wajah bersalah, berbeda dari boneka di tangga. Ia terlihat seperti wanita dewasa. Setelah merenung untuk beberapa saat, pemuda itu menyadari sesuatu dan matanya mulai terbelalak. Bagaimana ... bagaimana mungkin aku bisa melihat begitu banyak emosi dari boneka kain? Apakah ini karena ketakutan? Atau karena boneka-bonekanya terlihat asli? Aku merasa mereka seperti manusia yang memiliki emosi.
Namun, sekarang bukan saatnya untuk memikirkan hal itu. Selama boneka di hadapanku ini bukan boneka yang aku lihat di tangga, maka semuanya baik-baik saja. Setidaknya, ini membuktikan bahwa boneka ini tidak bergerak sendiri. Ini tidak seburuk dugaanku. Fokus. misi paling penting sekarang adalah menyelamatkan Shi Ling.
Monkey menggelengkan kepalanya dengan keras, berusaha menenangkan pikirannya. Dia menyemangati dirinya sendiri. "Aku hanya menakuti diriku sendiri. Jika boneka dari tangga memang mengikutiku, boneka itu tidak akan muncul di depanku, kan? Boneka itu harusnya ada di belakangku. Ini hanyalah tipuan dari Rumah Hantu; aku tidak boleh takut." Ujarnya.
Untuk meyakinkan dirinya sendiri, Monkey menoleh ke belakang. "Benar, kan, tidak ada apa-apa …"
Mata Monkey kemudian terfokus pada satu titik yang berjarak sekitar satu meter di belakangnya, dan sisa kalimatnya terpotong. Disana, sebuah boneka kain berbaring di lantai.