Chereads / Memanggil Pedang Suci / Chapter 25 - Perselisihan

Chapter 25 - Perselisihan

Siapa kau?! Berani-beraninya kau mencampuri urusan kami?!"

Teriakan itu bergema di seluruh penjuru kota yang sepi. Rhode menyipitkan matanya. Tapi Matt yang berdiri di sebelahnya merasa lemas dan jatuh terduduk di tanah.

Benar-benar pemberani!

Dia tahu seberapa kuat Rhode sebenarnya. Dia bisa melihat perbedaan antara pemuda itu dengan kedua pengawal di depannya. Perbandingan itu bagaikan bumi dan langit. Hanya butuh waktu beberapa menit bagi Rhode untuk mengalahkan keduanya. Walaupun membunuh orang di kota sekecil ini termasuk mustahil, tapi dengan sifat Rhode, jika seseorang membuatnya marah, membunuh satu atau dua orang bukanlah masalah baginya.

Walaupun hukum di Dragon Soul Continent sangatlah ketat, perbedaan kelas di dalamnya juga sama ketatnya. Jika orang biasa atau budak membunuh seseorang, maka hukuman mati akan diberlakukan. Tapi jika pembunuhnya adalah bangsawan muda, selama bukan bangsawan kelas rendahan, maka tidak akan ada yang peduli dengan perbuatan mereka.

Entah apakah Rhode adalah orang yang santai atau bukan, Matt kurang begitu tahu karena pemuda itu jarang tersenyum dan selalu memasang wajah yang datar dan tenang. Tapi ketika dia berbicara, selalu adatekanan dalam suaranya. Bisa saja kedengarannya dia bercanda, tapi mungkin saja dia sedang serius mengancam. Secara umum, Rhode hanyalah pemuda yang berusia dua puluhan. Tidak peduli seberapa tenang dia kelihatannya, dia pastinya memiliki sisi yang menggebu. Tapi Rhode selalu terlihat tenang, dan hal itu membuat orang-orang susah menebak pikirannya. Namun, satu hal yang Matt pahami dari Rhode adalah dia bukan tipe pemuda yang menerima hinaan yang ditujukan padanya tanpa alasan.

Karena itulah, awalnya Matt terkejut saat mendapati bahwa Rhode tidak marah. Dia hanya melirik kedua pengawal tersebut dan menoleh pada Matt, melanjutkan pembicaraan mereka.

"Tuan Matt, sebaiknya kita pergi sekarang."

"Baik, tuan Rhode."

Hati Matt berjingkrak senang. Walaupun dia tidak jadi melihat sisi galak pemuda tersebut, tapi sikap Rhode mengabaikan kedua pengawal tersebut membuatnya merasa puas. Matt tiba-tiba berseru dengan keras dan memerintahkan kusir kuda untuk menggerakkan keretanya.

"Bersiaplah! Kita akan pergi sekarang."

"Tunggu."

Pada saat ini, pemuda yang dari tadi hanya diam saja tiba-tiba berbicara.

"Kereta kuda itu, aku menginginkannya."

"Dengar, kami sudah menyewanya…"

Matt mulai membantah perkataan pemuda tersebut namun kata-katanya dipotong oleh Rhode.

"Tuan Matt, hari sudah mulai gelap. Ayo."

"Ya, tuan Rhode. Aku pergi sekarang."

Rhode tidak sudi menghabiskan waktunya dalam perdebatan sia-sia itu. Walaupun tanpa alasan yang bagus, entah kenapa orang-orang suka memulai perdebatan, membuatnya semakin panas dan sengit. Mereka bisa menyebarkan rumor, membalikkan hitam dan putih, ataupun melebih-lebihkan fakta tertentu. Dia hanya membuang waktunya jika dia terlibat dalam konflik tidak berguna seperti itu. Dalam game, bahkan distribusi peralatan atau perlengkapan di antara pemain yang dianggap tidak adil bisa menghabiskan waktu hingga dua jam untuk berselisih. Sebagai pemimpin guild, dia sering menjumpai situasi seperti itu. Jika dia mencoba memecahkan masalah-masalah tersebut satu per satu, maka itu adalah kebodohannya sendiri. Karena inilah dia selalu mengabaikan perdebatan tidak berguna seperti ini.

Tapi tindakan tersebut terlihat seperti tindakan pengecut di mata ketiga orang lainnya. Mereka tidak tahu hubungan apa yang dimiliki Rhode dengan pedagang gemuk itu, namun, karena Matt dan Rhode pergi begitu saja tanpa mengabaikan mereka, jelas saja mereka akan sangat tidak senang. Muka sang pemuda menurun dan dia mengeluarkan karung berisi koin dan melemparnya ke depan kusir.

"Lima puluh koin emas. Aku ingin menyewa kereta kuda ini!"

"Ini…"

Muka kusir itu ragu saat dia melihat uang tersebut. Lima puluh koin emas bukanlah jumlah yang sedikit untuk orang sepertinya. Tapi masalahnya dia sudah terlanjur bertransaksi dengan pihak lain dan mengambil bayarannya. Penduduk di kota kecil ini adalah orang-orang yang sederhana dan jujur, jadi jelas saja dia tidak akan mengingkari kesepakatannya begitu saja. Tapi dia juga tidak bodoh. Ketiga orang tersebut juga bukan jenis orang yang bisa dia anggap remeh. Dia bisa saja dihajar sampai tewas tanpa alasan.

"Hei! Apa yang kau lakukan! Cepat siap-siap dan pergi."

Setelah Rhode muncul, Matt tiba-tiba berubah percaya diri dan mencoba membawa kereta kuda itu pergi dari sini.

Muka kedua pengawal itu berubah dingin.

"Hentikan!"

Setelah berteriak, kedua pengawal tersebut mengangkat pedang mereka dan mencoba menyerang Matt.

Tapi serangan mereka tidak berhasil.

"---!!"

Kicauan burung tiba-tiba terdengar.

Diikuti dengan sebuah hembusan angin, seekor burung hijau mengepakkan sayapnya dan melaju ke arah dua pengawal itu. Ketika mereka memperhatikan burung aneh tersebut, ekspresi muka mereka berubah. Mereka mencoba untuk menangkis burung itu menjauh, namun Burung Roh itu jauh lebih cepat dari mereka. Ketika sayapnya mengepak, sebuah hembusan angin menyapu keduanya dan melempar mereka terbang menjauh.

"Makhluk elemental?"

Menatap Burung Roh yang hinggap di bahu Rhode, ekspresi sang pemuda berubah.

Dia tidak mengira bahwa dia akan bertemu dengan musuh yang tangguh.

Apakah musuhnya adalah seorang penyihir?

Dia berpikir sejenak sebelum menyadari ada sesuatu yang tidak beres. Dia tahu bagaimana cara para penyihir melakukan pemanggilan monster, dan biasanya mereka merapal mantra terlebih dahulu. Namun, pemuda bernama Rhode di hadapannya berpakaian layaknya bangsawan muda, jadi bagaimana mungkin dia adalah seorang penyihir? Apalagi dia sama sekali tidak merapal mantra apapun.

Sepertinya lawan mereka kali ini bukan orang sembarangan.

Setelah berpikir dengan baik, pemuda itu memutuskan untuk menyerah. Lagipula, dia hanya menemani tuan putri majikannya keluarganya untuk main-main di pegunungan. Dia tidak ingin memancing kemarahan orang-orang penting. Dia hanyalah seorang pengawal redahan, melindungi tuan putri adalah tugas utamanya. Jika dia memancing kemarahan orang yang seharusnya dia hormati dan melibatkan sang tuan putri, maka lebih baik dia mati saja.

Wajah pemuda itu perlahan menjadi tenang dan dia melambaikan tangannya untuk memberi isyarat mundur kepada dua pengawal lainnya.

"Maaf telah mengganggu kalian berdua."

Dia melangkah maju dan berbicara dengan nada yang lebih sopan.

"Aku benar-benar minta maaf atas kelakuan kedua pengawalku. Mereka…mereka terlalu sembrono dan menyinggung kalian. Kuharap kalian bisa memaafkan mereka."

"Tidak masalah," Jawab Rhode.

Dia tidak berkata apa-apa lagi dan berbalik, melambaikan tangannya, memberi isyarat pada Matt untuk bersiap-siap dan pergi dari situ. Ketika pengawal itu mengamati kepergian mereka, dia menjadi semakin cemas. Tuan Putrinya telah berjanji kepada Tuan Besar dan Nyonya Besar bahwa dia tidak akan keluar dan main secara diam-diam lagi. Jika mereka tidak kembali ke kota dengan tepat waktu dan kedua majikannya mengetahui bahwa tuan putri belum kembali, mereka akan marah besar. Dan jika tuan putri menjadi korban kemarahan mereka, maka dia pasti akan menyalahkan dirinya…Awalnya dia berpikir bahwa di kota pinggiran kecil seperti ini, mereka tidak akan mengalami masalah apapun. Tapi dia tidak mengira bahwa orang seperti Rhode akan muncul di hadapannya…

Tetap saja, dia tidak bisa menahan diri untuk memperbaiki situasi yang dihadapinya sebaik mungkin.

"To-tolong tunggu dulu. Aku masih ada permintaan untuk kalian." Pemuda itu memohon dengan sopan.

"Apa itu?"

Ketika pemuda yang tadinya bersikap sombong itu merendahkan kepalanya untuk berbicara dengan sopan kepada Rhode, Matt merasa agak senang.

Ini terasa seperti berada di bawah perlindungan orang yang memiliki kekuatan dan status signifikan…

Awalnya dia ingin mengumpat lagi, tapi melihat sikap Rhode yang tenang membuatnya mengurungkan niat tersebut. Matt juga bisa melihat bahwa Rhode bahkan tidak terlalu menganggap mereka. Jika mereka memutuskan untuk terus menahan Rhode dan Matt di sini, tentunya Rhode bakal tidak senang. Jadi dia tidak berkata apa-apa dan langsung bertanya pada Rhode.

"Ini…"

Pengawal muda itu melihat ke arah kereta kuda dan berpikir sejenak.

"Ya, jika anda berdua tidak keberatan, saya harap kita bisa pergi bersama."

Bersama?

Matt dan Rhode hanya bisa saling melirik.

"Benar. Melihat penampilan anda, pastinya tujuan anda selanjutnya adalah ke arah kota Deep Stone, kan? Kami juga memiliki urusan penting di sana, jadi kami harus kembali secepat mungkin. Saya mohon maaf jika saya telah menyinggung anda. Tapi…ini benar-benar darurat, jadi…"

Kali ini dia tidak mengeluarkan uangnya lagi. Dia sadar bahwa identitas sebenarnya dari pria gemuk itu adalah pemimpin dari sebuah Asosiasi Pedagang. Tapi hal itu tidak penting baginya karena asosiasi tersebut hanyalah asosiasi pedagang kecil, dan para bangsawan tidak terlalu memperdulikan mereka.

Tapi Rhode berbeda. Biasanya para bangsawan tidak terlatih untuk bertarung, tapi pemuda ini dapat menundukkan dua pengawal dalam satu gerakan saja. Walaupun kedua pengawal tersebut tidaklah terlalu tangguh, namun jika dibandingkan dengan bangsawan pada umumnya, kekuatannya termasuk lumayan. Tapi Rhode dapat mematahkan perlawanan mereka dengan cepat, menggunakan gaya bertarung yang aneh…entah latar belakang macam apa yang dia miliki.

Selain itu, pedagang gemuk itu terlihat sangat menghormatinya, jelas-jelas hubungan mereka seperti atasan dan anak buah. Dia mungkin saja adalah seorang bangsawan agung. Akan Lebih baik jika dia tidak mencampuri urusan orang-orang seperti dirinya. Untungnya, melihat Rhode, dia terlihat tidak peduli dengan perlakuan kasarnya tadi. Jika dia bertemu dengan orang yang picik pikirannya, maka habislah riwayatnya.

"Tapi kereta kuda ini hanya bisa memuat empat orang…dan masih ada satu lagi kawan kami."

Matt mengerutkan alis. Dia tidak yakin terhadap ide untuk membawa orang-orang ini pergi bersama mereka. Hanya melihat mereka saja bisa membuat suasana hatinya memburuk. Tapi karena Rhode tidak keberatan, dia tidak bisa menolaknya. Walaupun kereta kuda ini disewa oleh Matt, karena keinginannya untuk memperdalam hubungan dengan Rhode, dia tidak keberatan dengan keputusan Rhode. Selain itu, Matt sebenarnya adalah orang yang baik, dan dia tidak tega menolak permintaan mereka. Karena kelihatannya mereka adalah bangsawan, dia sudah puas setelah mengumpat mereka habis-habisan. Dia bakal dianggap sebagai orang biadab jika dia memperpanjang masalah tersebut.

"Tidak masalah. Hanya satu orang di antara kami yang akan pergi bersama kalian di kereta kuda ini, dan sisanya akan menaiki kuda."

Setelah melihat bahwa pihak lainnya bersikap ramah pada mereka, pengawal muda itu merasa senang. Alasan dia ingin menyewa kereta kuda adalah demi tuan putrinya. Kalau bukan karenanya, maka berkuda ke kota Deep Stone bakal lebih cepat.

"Ini…"

Matt tidak menjawab dan melirik pada Rhode, menunggu keputusan akhirnya.

Tapi terlihat jelas bahwa Rhode tidak peduli terhadap hal-hal kecil sepert ini.

Selama tidak merepotkan baginya, dia tidak keberatan apabila ada satu orang lagi yang pergi bersama mereka. Jadi dia hanya mengangguk dan berkata. "Kalau begitu, kita akan bertemu di pintu masuk kota dalam waktu 15 menit. Jika kalian tidak datang tepat waktu…jangan salahkan kami apabila kami meninggalkan kalian."

Karena Rhode tidak keberatan dengan permintaan itu, Matt hanya bisa mengangguk setuju.

"Tenang saja, kami pasti bakal datang tepat waktu."

15 menit tidaklah lama, dan orang pertama yang datang kepada mereka adalah Lize.

"Ah, tuan Rhode, tuan Matt!"

Memanggul sebuah tas bepergian, ekspresi Lize berubah ceria dan dia berlari ke arah Matt dan Rhode.

Lize memancarkan aura yang ramah dan lembut di sekitarnya; mungkin karena dia setengah malaikat, bahkan jika dia berdiri di samping jalan, dia akan tetap memberikan perasaan ceria dan bersemangat ke orang-orang sekitarnya. Rhode mulai menyukai gadis itu. Malahan, kehadirannya di kelompok kecil ini bukanlah hal yang buruk karena membuat suasana ceria. Sebagai mantan pemimpin guild, Rhode tahu seberapa pentingnya keharmonisan dalam sebuah kelompok.

Dari sudut pandang tertentu, prajurit bayaran dan pemain cukup mirip. Misi, petualangan, penjelajahan, pertarungan; butuh banyak waktu dan usaha untuk melaksanakan semua hal ini. Di bawah tekanan terus menerus akan kewajiban bertarung, seiring waktu, jika suatu kelompok tidak berkomunikasi dengan baik, maka konflik internal pun tidak terhindarkan.

Setiap kali dia melihat gadis pirang itu, Rhode teringat akan penyihir wanita di guildnya, 'Canary'. Bukan hanya kemampuannya yang kelas atas, namun sesuai dengan namanya, dia adalah gadis yang banyak berbicara. Dia suka bercanda dan menggosip tentang berita terbaru dengan semua orang. Caranya bercerita sesuatu juga berlebihan. Dia bahkan bisa mengubah hal-hal biasa menjadi sesuatu yang membuat orang-orang tertawa.

Di satu waktu, saat seluruh guild sedang berada di dungeon Kuburan Gurun, mereka menghadapi banyak rintangan fisik dan mental. Rhode memanfaatkan bakatnya dan membuatnya bercerita tentang hal-hal menarik, dan dengan senang hati dia akan menceritakan sebuah cerita lucu yang membuat semua orang tertawa. Selama dia ada di sisinya, Canary selalu dapat mencairkan suasana dan menghapus sebagian ketegangan orang-orang di guildnya. Di dungeon itu, banyak pemain yang memiliki perlengkapan yang lebih baik dan level yang lebih tinggi dari mereka, tapi mereka tetap tidak dapat menaklukkannya karena berbagai tekanan yang mereka hadapi.

Terlebih, game online pada akhirnya hanyalah sebuah game; dan tidak bisa disamakan dengan kenyataan. Banyak orang yang menghadapi berbagai macam masalah di dunia nyata yang membuat mereka merasa stress; karenanya, mereka bermain game sebagai sarana penghibur. Banyak pemain di guild Rhode yang merasa stress di kehidupan nyata dan di dalam game, tapi mereka tetap bermain game. Sebaliknya, mereka malah menyisakan waktu untuk masuk game demi mendengar candaan penyihir perempuan tersebut agar bisa rileks. Mereka bisa merasa bahwa beban di pundak mereka menjadi lebih ringan. Pada akhirnya, guild Rhode dapat menaklukkan dungeon Kuburan Gurun. Walaupun Canary bukanlah pemain terkuat di kelompoknya, namun dari sudut pandang tertentu, keberadaan penyihir perempuan tersebut tak tergantikan.

Dan sekarang, gadis di hadapannya juga memberikan perasaan ceria yang sama. Walaupun dia tidak secerewet Canary; tapi sebaliknya, dia setia dan tenang. Setiap saat orang melihat wajahnya, mereka akan merasa tenang.

"Aku siap. Kita pergi sekarang?"

"Tunggu sebentar; ada seseorang yang akan pergi bersama kita."

"Tujuan mereka juga kota Deep Stone?"

Karena penasaran, Lize bertanya. Ekor kudanya berayun mengikuti gerakan kepalanya. Dia tidak bertanya lebih lanjut dan mengeluarkan jubah hitam dari tasnya.

"Ehhmm.. .tuan Rhode?"

"Ada apa?"

"Tolong terima ini."

Lize berbicara dengan rona merah di mukanya. Dia menundukkan kepalanya dan menyerahkan jubah tersebut.

"Ini…"

Melihat jubah itu, Rhode terkejut sesaat.

"…Arus angin di pegunungan sangatlah kuat, dan malam ini akan sangat dingin. Lukamu masih belum pulih sepenuhnya, jika anda masuk angin…anda akan terserang penyakit. Hal itu akan berakibat buruk untuk tubuhmu. Jadi aku membeli jubah ini agar kau tidak merasa kedinginan. Jubah itu terbuat dari kulit rusa, dan terasa sangat nyaman. Kumohon terimalah…"

Lize menundukkan kepalanya, membuat Rhode tidak dapat melihat mukanya. Tapi dia mendengar suaranya sedikit bergetar. Dia tidak berkata apa-apa dan mengambil jubah itu.

"Terima kasih atas kebaikanmu."

"Sama-sama. Memang sudah kewajibanku."

Mengangkat kepalanya, Lize menunjukkan senyum yang cerah. Ekspresinya yang bersinar mengagetkan Matt yang berdiri di sampingnya. Dia telah mengenal gadis itu lebih lama dari Rhode, tapi dia tidak pernah melihatnya tersenyum seperti itu. Tapi…

Pedagan gemuk itu pertama-tama melihat Lize, kemudian menoleh pada Rhode.

Sepertinya ada hal baik yang terjadi di antara mereka.

Sementara itu, ketika Matt menikmati pemandangan di hadapannya, suara bernada tinggi tiba-tiba terdengar.

"Siapa bajingan yang merebut kereta kudaku?!"