Chereads / Sukacita Hidup Ini / Chapter 19 - Masalah Harga Diri

Chapter 19 - Masalah Harga Diri

Entah kenapa, Kepala Pelayan Zhou tampak sombong hari ini. Ia memaksakan diri tersenyum palsu: "Tuan… Muda, mengenai masalah di rumah ini, sang Countess mengatakan kalau aku masih memegang kewenangan disini."

Kepala Pelayan Zhou menekankan sebutan "tuan muda" dengan sengaja saat ia mengucapkannya, rasa tidak hormatnya terlihat jelas.

Sambil tersenyum, Fan Xian merasakan tatapan penuh benci dari mata kepala pelayan itu. Meskipun dia tidak pernah merasa tersinggung karena terlahir sebagai anak haram, selalu dipandang rendah dan diperlakukan seperti anak haram tetap bukan pengalaman yang menyenangkan.

Melihat masalah semakin memburuk, salah seorang gadis yang cerdas pergi mencari sang Countess sementara gadis-gadis pelayan lainnya hanya bisa mengamati dengan cemas. Meskipun dari luar kedua rumah terhubung, semua orang tahu bahwa latar belakang Tuan Muda Fan Xian tidak begitu dapat dibanggakan. Lagipula, semua persediaan penghuni kediaman itu untuk hidup di Pelabuhan Danzhou berasal dari ibukota, dari tangan istri kedua.

Karena ia memiliki hubungan dekat dengan istri kedua, Kepala Pengurus Zhou berani menunjukkan rasa tidak hormat ke Tuan muda. Lagipula, di mata semua orang, pewaris kemewahan harta kekayaan Count Sinan itu hanyalah Tuan Muda kecil di ibukota seorang, bukan anak berusia dua belas tahun yang berdiri di sini tersenyum penuh kasih.

Meskipun mereka mencintai dan menghormati Fan Xian, para gadis pelayan tidak berani melawan istri kedua pada saat yang genting seperti ini. Mereka berdiri di sisi yang berlawanan dengan Fan Xian.

Hanya pelayan pribadi Fan Xian yang memegang tangannya dengan erat. Fan Xian mengerti betul apa yang dipikirkan para pelayan. Siapa pun yang menginginkan kehidupan yang lebih baik tidak akan mendapatkannya dengan mudah, dan karena itu mereka siap menanggung kesedihan atau kekecewaan. Para gadis pelayan hanya bisa memiringkan kepala mereka. Melihat Kepala Pelayan Zhou yang sedang tidak bahagia ini dengan penasaran, mereka berpikir, "Ia biasanya selalu tenang, apa yang akhirnya membuatnya kalap?"

Zhou adalah kepala pelayan kedua Count Sinan di Jingdu. Karena ia pernah berbuat beberapa kesalahan kecil di ibukota, ia dipindahkan ke Pelabuhan Danzhou yang terpencil. Namun, Kepala Pelayan Zhou tidak percaya kalau ia benar-benar telah dikeluarkan dari kemewahan ibukota, dan tidak bersedih atas hal itu.

Istri pertama Count Sinan telah meninggal selama bertahun-tahun, dan istri keduanya melahirkan seorang putra tujuh tahun yang lalu. Karena keluarga istri kedua memiliki reputasi, tentu saja, ia ingin mengambil keuntungan dari situasi ini dan mencari posisi yang lebih layak. Di saat seperti inilah Kepala Pelayan Zhou tiba di Danzhou. Tidak diragukan lagi, Zhou datang dengan niat buruk.

Untuk memenuhi tugasnya, ia dengan cermat mengelola kediaman sang Count dan sangat hormat terhadap sang Countess. Ia juga baik terhadap para pelayan dan jarang ikut campur dengan urusan pribadi orang lain. Tetapi setiap kali ia melihat anak anjing kampung itu, yang menyebabkan pengasingan rahasianya, Zhou jadi tidak bisa menyembunyikan perasaannya yang sebenarnya.

Tidak ada yang tahu kenapa, tapi ia agak takut terhadap Fan Xian, meskipun anak itu masih baru beranjak remaja.

Karena kemanapun ia pergi, ia hampir selalu bisa menemukan wajah bocah dengan senyuman samar dan sepasang mata yang jernih itu. Siapapun akan merasa terganggu jika wajah bersih dan manis itu mengikuti mereka terus-menerus sejak mereka bangun.

Ketika Kepala Pelayan Zhou dengan ramah menyapa para pelayan, wajah manis Fan Xian tersembunyi di antara bunga-bunga, menatap Zhou dengan tatapan kosong; ketika Zhou merengut saat membaca laporan rekening, Fan Xian kecil menyandarkan wajahnya di depan jendela ruang akuntan sambil memandang kepala pelayan itu dengan polos; dan saat Zhou memberikan laporan ke Countess dengan penuh hormat, Fan Xian kecil meletakkan wajahnya di sebelah sang Countess, menatap si kepala pelayan dengan rasa ingin tahu yang tinggi.

Setelah beberapa bulan seperti ini, pengurus Zhou hampir jadi gila. Ia bisa melihat wajah manis polos itu setiap saat, seperti wajah hantu yang mengambang di kabut putih. Wajah yang begitu cantik yang hanya bisa dimiliki oleh hantu, wajah yang menatapnya dengan begitu tajam.

Dengan emosi yang hampir mencapai titik puncaknya, ia bahkan mulai merasa paranoid. Mungkinkah bocah itu mengerti kalau ia telah dikirim ke sini untuk berurusan dengannya? Tapi kemudian Kepala Pelayan Zhou berpikir, "Anjing kampung kecil itu terlalu muda; bagaimana dia bisa paham soal dunia orang dewasa? Tapi ... mengapa dia selalu menatapku? Mengapa? Sama seperti sekarang. Jika aku jadi dia, aku akan merasa dipermalukan, bagaimana mungkin dia masih bisa tersenyum seperti itu? "

Kepala Pelayan Zhou tersenyum dingin, berpikir: "Semuanya akan segera berakhir, tidak perlu aku marah kepada anak nakal ini."

...

...

Fan Xian tidak tahu bahwa mengamati gerak-gerik Kepala Pelayan Zhou dengan berlebihan bisa begitu membebani benak kepala pelayan itu. Tetapi misalnya pun jika dia tahu, dia tidak akan menyesalinya. Dia hanya penasaran tentang siasat apa yang akan digunakan bibinya di ibukota untuk menghadapinya.

Tapi setelah melihat Kepala Pelayan Zhou memarahi pelayannya agar ia sendiri tidak kehilangan muka, ekspresi Fan Xian berubah menjadi gelap. Setelah mendengar bagaimana kepala pelayan itu mengucapkan "Tuan Muda", senyum Fan Xian perlahan memudar.

"Saya mendengar Tuan Muda mengusir seorang pelayan wanita keluar dari rumah beberapa tahun yang lalu, perilaku tidak sopan seperti itu tentu tidak akan terjadi." Kepala Pelayan Zhou terus berbicara dengan nada menghina, mengabaikan ekspresi Fan Xian yang perlahan memburuk. "Anda masih muda, akan lebih baik kalau mulai sekarang anda tidak mengkhawatirkan urusan rumah tangga."

Fan Xian tertawa: "Apakah kamu memperingatkanku untuk tetap diam?"

Walau Kepala Pelayan Zhou mengaku dia tidak akan berani, tetapi nada bicaranya dipenuhi dengan keangkuhan: "Siapa yang berani? Hanya saja sebelum datang ke sini, istri kedua Count Sinan memerintahkan saya untuk menjaga anda, karena anda masih dalam usia yang sangat muda."

"Jadi kamu tidak takut aku menggunakan keweanganku sebagai majikanmu untuk menampar mulut besarmu itu?" Fan Xian bertanya, penasaran.

Kepala Pelayan Zhou terkekeh, sambil membelai janggut yang tumbuh tipis di dagunya. Dia mengucapkan: "Tuan Muda... meskipun anda kehilangan ibu ketika masih bayi dan tumbuh dengan kurang disiplin, semua orang tahu bahwa anda dibesarkan sebagai sarjana terpelajar. Anda tidak akan memperlakukan pelayan anda dengan kasar."

Kepala Pelayan itu memandang pemuda yang manis di depannya sambil tertawa sendiri di benaknya. "Dia hanyalah anak kecil, bisa-bisanya dia mencoba menggunakan kewenangannya untuk mengancam saya."

"Oh." Fan Xian kembali sadar, seolah-olah baru menyadari identitasnya sebagai anak haram. Dia berbalik dan pergi.

Para gadis pelayan, yang diam-diam menginginkan keadilan bagi Tuan Muda mereka, menghela napas lega karena tidak ada konflik yang terjadi. Dengan mata yang mulai berkaca-kaca, Sisi menggenggam tangan Fan Xian. Dia merasa kasihan pada si Tuan Muda, tetapi takut dia akan marah. Sisi baru merasa tenang setelah gadis itu melirik Fan Xian dan melihat ketenangan di matanya.

Sambil Menggandeng tangan Sisi, Fan Xian membimbingnya masuk dan menyiapkan dua bangku di dekat pintu. Dia menyuruh Sisi duduk di salah satu bangku sebelum berjalan ke taman dengan bangku yang satunya.

Para gadis pelayan belum membubarkan diri dan pengurus Zhou masih menikmati pertunjukan keberaniannya di depan si Tuan Muda tadi.

Fan Xian menghampiri Kepala Pelayan Zhou dan meletakkan bangku tepat di depannya. Mereka yang masih berada di pekarangan jadi bingung, tidak terkecuali Kepala Pelayan Zhou. Ia tampak hendak mengajukan pertanyaan, tapi Fan Xian kecil sudah melangkah ke atas bangku yang dibawanya.

Pada usianya yang hanya dua belas tahun, Fan Xian tidak terlalu tinggi. Berdiri atas bangku pun, dia hanya sama tingginya dengan Kepala Pelayan Zhou.

Orang-orang bingung, mereka tidak tahu apa yang akan dilakukan Fan Xian. Pada saat itu, Fan Xian menghembuskan nafasnya dua kali ke telapak tangan kanannya lalu mengangkat tangannya tinggi-tinggi.

"Apa yang sedang anda lakukan?" Kalimat itu keluar dari mulut pengurus Zhou semburan ludah dari mulutnya.

Fan Xian dengan brutal mengayunkan tangan kecilnya ke depan!

Kepala Pelayan Zhou tersungkur ke tanah diiringi bunyi "plak!" yang keras. Cap tangan berwarna merah membekas di wajahnya dan muncul sedikit darah di tepi mulutnya. Ia secara fisik tertegun oleh pukulan itu. Tidak mungkin dia bisa mengira kekuatan seperti itu datang dari seorang anak, belum lagi ... anak ini ... benar-benar berani memukulnya!

Fan Xian melompat turun dari bangku, melenturkan pergelangan tangannya, dan mengambil sapu tangan dari seorang gadis pelayan yang berdiri di dekatnya. Dia menyeka tangan sambil melihat Kepala Pelayan Zhou – yang mengerang sambil memegangi wajahnya – dan berkata dengan suara ringan: "Bahkan seorang sarjana terpelajar pun akan menggunakan kekerasan kalau perlu. Meskipun aku tidak menyalahgunakan para pelayanku, aku sangat senang untuk menunjukkan kepadamu gaya seorang putra dari keluarga kaya. "