Ketiga prajurit itu menunggu di belokan lorong ketujuh sambil membawa senjata.
"Mereka ada di sini," bisik salah satu prajurit.
Rumble~~~
Suara ledakan terdengar dari luar saat tanah di bawah mereka terasa bergetar.
Salah satu prajurit bertubuh pendek mengintip dari lubang kecil untuk memastikan situasi di depan mereka. Ia melihat dua ular raksasa yang melata di sepanjang koridor dan menggeliat melintasi dinding-dinding itu. Kedua ular itu bahkan merobohkan dinding dan membuat lantai yang dilaluinya menjadi retak.
"Dua Frost Snake itu sangat berbahaya. Semua jebakan yang dipasang di sana tidak ada yang luput dari serangan tubuh ular raksasa itu. Untungnya, pengaruh ular-ular itu di lorong ketujuh cukup lemah," bisik prajurit bertubuh pendek itu. Susunan jebakan memiliki tingkat kekuatan yang berbeda-beda, sehingga tidak semuanya bisa dihancurkan oleh Frost Snake itu.
"Bersiaplah. Kita akan mengaktifkan jebakan saat mereka memasuki lorong ketujuh," kata prajurit bertubuh jangkung.
"Mereka sedang berjalan kemari. Tunggu aba-abaku," jawab prajurit yang lain sembari terus memperhatikan Xue Ying dan keempat orang lainnya.
….
Selama berjalan di belakang dua ekor ular raksasa itu, Xue Ying dan yang lainnya belum menemukan Lu Huai Ru. Bangunan kastil ini berbentuk segi delapan, sehingga ada delapan Aula Besar yang harus mereka lalui.
Saat ini, mereka berjalan menuju salah satu Aula Besar.
Si Bai Rong dan Liang Yong berjalan di depan; Jing Qiu dan pengikutkutnya mengikuti mereka dari belakang. Ia sudah mengucapkan mantra Frost Armor untuk berjaga-jaga jika ada serangan yang tidak terduga menyerang mereka. Xue Ying dan Tang Xiong berjalan di belakang gadis penyihir itu, tepatnya di sebelah kiri dan kanannya.
"Ruangan dalam kastilnya sebesar ini. Di mana sebenarnya Lu Huai Ru itu bersembunyi?" tanya Bai Rong tidak sabaran.
"Jangan tergesa-gesa."
"Kita sudah mengecek setiap ruangan dalam enam Aula Besar di kastil ini. Tinggal dua aula yang tersisa. Sekarang, kita akan memasuki aula yang ketujuh. Jika kita masih belum menemukan orang itu di kedelapan aula di kastil ini, maka kemungkinan besar ia bersembunyi di bawah kastil ini. Dengan kapal terbang Dragon Mountain di atas kastil, dan kita di sini, ia tidak mungkin bisa melarikan diri."
"Ya, benar." Bai Rong menganggukkan kepalanya.
"Rumble~" Tiba-tiba, getaran terasa dari belokan menuju aula ketujuh. Lantai lorong itu retak, sehingga memperlihatkan lubang besar di bawahnya. Di dalam lubang itu, terlihat begitu banyak tombak tajam yang mengarah ke atas. Setiap ujung tombak itu sudah dilengkapi dengan racun. Tanpa ragu, Xue Ying dan empat orang lainnya langsung melompati lubang itu. Untungnya, dua ular raksasa itu sudah menghancurkan sebagian besar lubang itu, sehingga beberapa jebakan tidak bisa berfungsi dan mencegah agar lubang di sana tidak semakin melebar.
Jadi, Xue Ying dan para ahli lainnya dapat menghindari jebakan itu dengan mudah.
"Rumble—" Dinding-dinding di antara mereka tiba-tiba hancur. Bebatuan di dinding itu berjatuhan dan memperlihatkan banyak busur silang mekanik yang tersembunyi di balik dinding itu.
Terdengar deru roda gigi yang menggerakkan busur panah itu. Ratusan anak panah sebesar paha manusia dewasa mengarah ke lima orang itu. Mereka hanya bisa meringis melihat anak panah setebal itu.
"Ini gawat!" Wajah Jing Qiu tiba-tiba memucat. Roda gigi mekanik itu perlahan menggerakkan setiap busur panah di balik dinding itu. Dua ular raksasa tadi berhasil menghancurkan dinding dan lantai di bawahnya, namun kali ini, reruntuhan bangunan itu justru membuat busur panah itu aktif. Semakin lama roda gigi itu bergerak, maka semakin kuat anak panah yang ditembakkan.
"Keempat sudut! Setiap orang berdiri di sana!" teriak Tang Xiong dan Liang Yong. Mereka menyadari bahwa mereka sedang menghadapi situasi antara hidup dan mati.
Peng! Peng! Peng! Peng! Peng!
Efek sentakan yang ditimbulkan oleh tembakan anak panah itu terasa jelas. Panah-panah itu ditembakkan dari berbagai arah. Xue Ying dan keempat orang lainnya berada di tengah ruangan. Jarak antara mereka dengan busur busur silang itu hanya beberapa meter; yang terdekat dengan mereka adalah 10 meter!
Dalam sekejap, panah-panah itu melesat ke arah mereka. Untungnya, busur-busur silang itu hanya dikendalikan oleh mesin mekanik, sehingga setiap orang hanya menghadapi paling banyak 10 anak panah.
"Semuanya, lindungi diri kalian!" teriak Tang Xiong dan Liang Yong.
Liang Yong menghalau salah satu tembakan anak panah itu dengan menggunakan perisai dan pedangnya. Pada saat yang bersamaan, ia mengarahkan perisainya untuk mengurangi dampak tembakan panah-panah itu. Sekitar 8-9 anak panah berhasil ia tangkis. Namun, kekuatan anak panah itu sangat besar. Bahkan jika ia menggunakan baju zirah, tetap tidak akan selamat dari tembakan 2-3 anak panah yang tebal itu.
"Tang tang tang!" Tang Xiong menangkis semua anak panah yang mengarah ke arahnya hanya dengan menggunakan pedang pendeknya.
"Sialan!" Ksatria Silver Moon, Si Bai Rong, berusaha untuk menangkis panah-panah itu dengan menggunakan pedangnya. Ia terlihat sedikit kesulitan dibandingkan dengan kedua pria tua itu tadi.
Tang tang tang!!!
Anak panah itu masih terus melesat satu per satu. Meskipun Bai Rong bisa mengimbangi kecepatan anak panah itu dengan gerakan tubuhnya yang gesit, namun ia sudah menghabiskan banyak energi karena ia tidak memahami seni pedang secara mendalam.
Peringkat ksatria tidak menentukan seberapa pintar seseorang dalam bertarung.
Padahal, untuk bisa menjadi seorang Ksatria Silver Moon, seseorang harus bisa meningkatkan Dou Qi di dalam tubuhnya. Akan tetapi, keahlian seseorang dalam menggunakan pedang tergantung pada faktor lain. Meskipun Bai Rong menghabiskan waktunya untuk berlatih bersama para ksatria lainnya di Klan Si, ia masih jauh dari tingkat 'Menyatu dengan Pedangnya'. Paling tidak, ia masih memiliki tubuh yang kuat. Pertarungannya melawan ksatria biasa bukan menjadi masalah. Namun, kali ini, ia berada dalam situasi antara hidup dan mati, karena ada banyak anak panah yang ditembakkan ke arahnya. Ia hanya bisa mengandalkan insting dan refleksnya.
"Tidak!" Keringat dingin mengucur di wajah Bai Rong. Ia tidak bisa menangkis tembakan anak panah itu lagi.
Saat ini, perisai Liang Yong melesat ke arahnya dan menangkis anak panah yang tebal itu.
Selama menangkis serangan bertubi-tubi dari panah mekanik itu, Liang Yong sebenarnya selalu memperhatikan Bai Rong. Lagipula, alasannya bergabung dalam misi ini adalah untuk melindungi Tuan Muda itu. Sayangnya, tembakan anak panah itu terlalu cepat. Bahkan ia tidak bisa melindungi dirinya sendiri. Bagaimana mungkin ia memiliki kekuatan untuk melindungi orang lain? Alhasil, ia terjerembab dan tidak sempat menangkis serangan anak panah itu. Ia bisa menangkis dua serangan anak panah yang melesat ke arahnya. Ia nyaris tidak bisa menghalau dua anak panah itu. Namun, anak panah yang ketiga…?
"Ah!" Liang Yong mengerang saat ia menggunakan seluruh kekuatannya untuk menangkis serangan anak panah yang ketiga.
Anak panah yang tebal itu merobek lengan kanannya.
Hu…
Tidak lama kemudian, tembakan panah itu berhenti.
"Menghadapi serangan senjata dalam jarak dekat seperti ini, Liang Yong justru tidak melindungi dirinya sendiri dan malah melindungi Tuan Muda-nya itu. Untungnya, ia tidak mati," gumam Tang Xiong pada dirinya sendiri.
"Liang! Liang!" Bai Rong berlari ke arah pria tua itu dan mengangkatnya dengan kedua lengannya. Luka di lengan kanannya masih terus mengeluarkan darah. Liang Yong langsung mengambil kain dan mengikat lengan Bai Rong agar pendarahannya berhenti.
"Aku tidak apa-apa. Ini hanya lengan kanan," kata Liang Yong. Sebenarnya, ia bukanlah orang yang setia terhadap Klan Si. Hanya saja, kelangsungan hidup klan-nya bergantung pada Klan Si. Jika Bai Rong tewas dalam misi ini, maka ia akan menanggung semua konsekuensinya.
"Xue Ying itu ternyata cukup tangguh. Aku harus mengeluarkan semua kekuatanku untuk menangkis serangan anak panah itu, sedangkan Xue Ying menangkis semua serangan itu dengan mudah," Tang Xiong melirik Xue Ying. Ia tidak sempat melihat teknik yang digunakan Xue Ying, karena ia fokus untuk bertahan. Xue Ying terlihat tenang dan kokoh...
"Kasihan sekali…" Xue Ying menggelengkan kepalanya. Meskipun ia tidak menyukai tabiat Bai Rong, ia tidak memiliki dendam pada Liang Yong. Jika tadi ia memiliki kesempatan, ia pasti akan membantunya. Namun, ia berdiri jauh di belakang Liang Yong. Bukan berarti dia tidak bisa menyelamatkan Liang Yong, tapi prioritasnya adalah Jing Qiu.
Jing Qiu, yang berdiri di tengah-tengah mereka, tidak bisa melawan serangan panah-panah itu.
"Hati-hati!" seru Jing Qiu. Gadis itu memperhatikan serangan-serangan selanjutnya.
Sou Sou Sou!
Tiba-tiba, tiga bayangan melesat dari balik busur panah itu. Dari kecepatannya, sepertinya mereka memiliki kekuatan yang setara dengan Ksatria Silver Moon. Hanya dalam sekejap, ketiga orang itu menyergap Xue Ying dan yang lainnya.
"Awas!"
"Liang Yong!" teriak Tang Xiong.
"Tuan Muda!" teriak Liang Yong. Ia menggunakan perisainya untuk melindungi dirinya sendiri dan Bai Rong dari sergapan dua prajurit tadi. Dari serangan tadi, para prajurit itu tahu bahwa Bai Rong adalah orang yang terlemah di antara mereka. Ditambah dengan pria tua yang terluka itu, mereka berdua adalah target yang paling mudah.
Prajurit ketiga melesat ke arah Jing Qiu.
"Berhenti!" perintah Tang Xiong. Dengan pedang pendeknya, Tang Xiong menghalau prajurit ketiga.
Xue Ying, yang berdiri di belakang mereka, langsung menyerang musuh dengan menggunakan tombak panjangnya.
….
"Tuan Muda, mari kita selesaikan ini bersama-sama." Liang Yong berdiri dan bersiap untuk melawan kepungan tiga prajurit tadi. Ia memegang perisainya dengan lengan kirinya.
Wajah Bai Rong tiba-tiba memucat. Ia menggunakan pedangnya untuk mengembalikan serangan salah satu prajurit itu, namun prajurit itu terlalu cepat. Bai Rong mencoba menangkis serangannya. Apa yang dilakukan Bai Rong sungguh di luar dugaan. Ia meninggalkan Liang Yong dan tidak peduli apa yang Jing Qiu akan pikirkan tentangnya. Ia memutuskan untuk mundur.
Ia berlari ke arah belakang kelompoknya. Ia berharap bahwa rekan-rekannya yang lain akan melindunginya.
Andai saja Bai Rong bisa berpikir lebih jernih dan melawan serangan musuh tadi dengan Liang Yong, mungkin mereka bisa mempertahankan serangan mereka. Melihat situasi tersebut, Xue Ying langsung melesat ke arah mereka dan memperbaiki situasi mereka.
Bai Rong hanya memedulikan dirinya sendiri. Para prajurit yang sebenarnya ingin menghabisi Bai Rong langsung beralih ke Liang Yong.
Pria tua berambut hitam itu sudah kesulitan untuk melindungi dirinya sendiri dari serangan salah satu prajurit itu hanya dengan menggunakan perisainya. Ia sudah tidak bisa menahannya lagi saat kedua prajurit itu menyerangnya secara bersamaan.
"Pu!" Sebuah pedang menembus lehernya dari belakang. Mata Liang Yong terbelalak. Ia tidak bisa menghindari kematiannya. Di kedua matanya, terdapat sedikit harapan bahwa meskipun ia mati dalam misi kali ini, Klan Si masih terus memberikan tempat tinggal untuk cucu-cucunya.
Pria tua itu ambruk ke atas lantai. Liang Yong, si penjaga, telah tewas!
Ini adalah kematian pertama dalam kelompok itu. Pertarungan melawan para Ksatria Silver Moon itu berlangsung sangat cepat.
Dalam satu detik, para Ksatria Silver Moon itu bisa melancarkan ratusan tebasan pedang. Itulah mengapa pertarungan kali ini berakhir dengan cepat. Namun, itu juga disebabkan karena Bai Rong melarikan diri. Liang Yong hanya bisa menangkis satu hingga dua serangan saja, sebelum akhirnya ia menjemput ajalnya.
Syuut, syuut, syuut!
Dua bayangan terlihat melesat di udara bersamaan dengan guguran salju.
Pu! Pu!
Dua prajurit yang baru saja membunuh Liang Yong tidak sempat bereaksi. Tiba-tiba, tombak melesat dan menikam leher mereka. Mata mereka terbelalak dan dipenuhi rasa kagum.
"K…kau…kau" Tidak seorang pun yang bisa mempercayai ini. Tombak yang melesat ke arah mereka terlalu cepat.
Hanya dengan satu serangan tombak, dua orang itu langsung tewas. Orang-orang yang berada di dalam ruangan itu hanya bisa terkejut.
Teknik yang Xue Ying gunakan kali ini adalah teknik Dark Ice milik Gu Yuan Han. Teknik ini lebih menekankan pada kecepatan. Saat masih menjadi Ksatria Meteor, ia sudah bisa menggunakan kecepatannya untuk membunuh seekor Shadow Leopard. Hanya dengan lemparan biasa, ia bisa langsung bisa menghabisi dua Ksatria Silver Moon sekaligus. Hal ini karena Xue Ying sudah memahami teknik menombak yang sesungguhnya dan juga teknik seorang Transenden.
Xue Ying belum pernah bertemu dengan seseorang yang sudah mencapai tingkat Master Great Spear. Lagipula, tidak mudah untuk bisa mencapai tingkat tersebut.
Hanya ada beberapa orang yang berlatih dengan cerdas seperti Xue Ying. Bahkan ayahnya dan Paman Zong Ling tidak bisa mengikuti cara berlatihnya. Meskipun begitu, untuk bisa mendapatkan peringkat itu dengan cepat, seseorang tidak hanya harus cerdas namun juga cekatan. Tentu Xue Ying adalah seorang pemuda yang bisa berpikir cepat dan langsung bisa menyesuaikan rutinitasnya berdasarkan teknik menombak para Transenden. Setelah mengalami banyak kegagalan dan keberhasilan, Xue Ying akhirnya bisa 'Menyatu dengan Tombaknya' dan menjadi Master Great Spear.
Ini semua adalah berkat mandi obat-obatan, latihan rutin, teknik menombak para Transenden, otak yang cerdas, dan banyak prajurit sebagai lawan bertarung. Xue Ying adalah orang yang bisa melakukan hal-hal tersebut.