Seseorang yang menjadi pemimpin Sekte Dewa Iblis pasti adalah orang yang fanatik.
Selain itu, para iblis telah menemukan cara untuk memasuki Klan Xia sejak lama, dan belum sepenuhnya berhasil diberantas bahkan sampai sekarang. Mereka juga memiliki kemampuan yang luar biasa, seperti sumpah Dewa Iblis, perjanjian ruang dan waktu, dan beberapa hal lainnya. Semua itu bisa digunakan untuk mengendalikan para pengikut elit mereka. Untuk menyerahkan hidup dan mati dengan sepenuhnya, jiwa-jiwa mereka akan tinggal di tempat Dewa Iblis. Hidup atau pun mati, selamanya mereka akan mengabdi pada Dewa Iblis.
"Ini gawat!" Air muka Xue Ying berubah ketika ia melihat Lu Huai Ru di kejauhan, yang terlihat gila.
Boom!!!
Lantai aula itu tiba-tiba naik. Sesaat kemudian, seluruh lantai itu meledak. Pilar-pilar di aula juga ambruk dan meledak satu per satu.
Jing Qiu dan Bai Rong, yang tengah bersembunyi di sudut aula, juga memucat.
Ning, ning, ning.
Sudah terlambat untuk mengucapkan mantra. Jing Qiu hanya bisa mengucapkan beberapa mantra kecil untuk perlindungan. Mantra Frost Armor yang sudah melindungi dirinya merupakan mantra terbaik yang bisa ia gunakan sekarang. Jing Qiu juga mengucapkan mantra untuk memunculkan dinding es di depannya.
Gadis penyihir itu berusaha untuk mengurangi pengaruh aula yang mulai roboh itu. Tapi, seluruh aula itu meledak. Dahsyatnya ledakan itu membuat Jing Qiu ragu jika mantranya bisa melindunginya.
"Tidak, aku tidak ingin mati. Aku tidak ingin mati…" Tatapan mata Bai Rong penuh dengan rasa putus asa. Ia langsung berjongkok dan bersembunyi di balik dinding es itu. Ia menatap Jing Qiu, yang dilindungi oleh baju besi es. Matanya berkilat dingin. Ia langsung menarik lengan Jing Qiu untuk berdiri di depannya.
Pertahanan Penyihir Silver Moon juga bisa memantulkan banyak serangan.
"Si Bai Rong!" Jing Qiu terkejut dan marah.
"Jing Qiu, korbankan dirimu untukku. Sebagai gantinya, aku akan menjaga Klan Yu," Bai Rong bersembunyi di belakang tubuh Jing Qiu, sehingga membuat gadis itu sebagai tamengnya. Baju es itu mengurangi efek serangan lawan. Tanpa baju itu, Jing Qiu mungkin akan mati. Karena kekuatan baju es itulah Bai Rong menjadikan Jing Qiu sebagai tameng terbaiknya.
Dengan Jing Qiu sebagai tamengnya, ia masih memiliki kesempatan untuk bisa bertahan hidup. Jika Jing Qiu mati pun ia tidak peduli.
Meskipun ia selalu memuja-muja Jing Qiu, ini hanya karena penampilan dan kekuatan yang dimiliki gadis penyihir itu. Berhadapan dengan situasi hidup dan mati seperti itu membuat Bai Rong lebih mementingkan hidupnya daripada orang lain. Ia belum hidup terlalu lama.
"Dasar keparat!" Jing Qiu terkejut dan marah. Awalnya, ia ingin bersembunyi di bawah dinding es buatannya, namun Bai Rong malah menariknya dan membuatnya sulit untuk melindungi dirinya sendiri. Jing Qiu sangat marah, namun ia tidak bisa mengeluarkan amarahnya. Kekuatan Ksatria Silver Moon di belakangnya itu terlalu kuat. Ia tidak terbunuh di tangan Utusan Dewa Iblis itu, namun pada akhirnya ia mungkin akan mati di tangan Si Bai Rong. Ini tidak adil.
….
"Ini gawat." Saat lantai ruangan itu mulai meledak, Xue Ying langsung bergerak dan mengeluarkan perisai hitam dari dalam cincin Utusan dewa Iblis.
Ia memegang tombak di tangan kanannya dan perisai di tangan kirinya.
Syuut!
Xue Ying bergerak secepat kilat dari kejauhan. Saat ini, ia sudah bersatu dengan kekuatan primordialnya. Aura berwarna kemerahan menyelimuti tubuhnya. Ia bergerak melesat ke seluruh ruangan dan mencoba menghindari puing-puing bangunan yang terbang di sekitarnya.
Klang, klang, klang.
Perisai xue Ying terus menghalau batu-batu yang beterbangan itu, sementara tombak Flying Snow God Spear-nya menghantam batu-batu hingga terpental ke dinding dan pilar.
Xue Ying langsung berlari sejauh lebih dari 100 meter ke arah Jing Qiu dan Bai Rong, yang sedang bersembunyi di balik dinding es situ. Walaupun ia menghalau serangan dengan perisai dan tombaknya, beberapa puing bangunan masih mengenai tubuhnya. Sisa-sisa ledakan itu datang dari berbagai arah, dan Xue Ying hanya menggunakan kekuatan fisiknya agar bisa bergerak cepat.
Dengan kekuatan Legend dan Pprimordial Bloodline-nya, ledakan semacam itu tidak bisa melukai tubuhnya. Bebatuan yang terbang ke arahnya langsung memantul saat mengenai lapisan Dou Qi-nya. Hanya ada sedikit batu-batu kecil yang berhasil merobek bajunya. Meski begitu, tubuhnya bisa menangkis pengaruh ledakan itu dengan mudah.
"Bai Rong!" Xue Ying bergegas ke arah mereka. Ketika ia melihat Bai Rong menjadikan Jing Qiu sebagai tamengnya, tatapan dingin memenuhi matanya. "Memalukan!"
"Enyahlah kau!" Xue Ying menarik Jing Qiu dengan satu tangan dan langsung menendang tubuh Bai Rong. Wajah Bai Rong pun memucat.
Peng!
Seberapa kuatkah tendangan Xue Ying? Bai Rong melesat dengan tubuh meringkuk, dan darah keluar dari mulutnya. Saat Xue Ying menarik lengan Jing Qiu, baju es yang ia kenakan langsung menyerap kekuatan tarikan itu, sehingga Jing Qiu tidak mengalami cidera. Gadis penyihir itu hanya bisa menatap penyelamatnya.
Xue Ying menarik tombaknya dan memeluk Jing Qiu dengan satu tangan dan mengayunkan perisai besar di tangan kirinya untuk menangkis efek ledakan itu.
…
Jing Qiu sudah putus asa ketika Bai Rong menariknya dan menjadikannya perisai, sehingga ia tidak bisa berkutik menghadapi efek ledakan itu.
Namun, tiba-tiba pemuda berpakaian hitam itu terbang dari kejauhan dengan kecepatan tinggi. Gerakannya sangat cepat, sehingga meninggalkan banyak bayangan. Jing Qiu melihat banyak bayangan Xue Ying, yang sedang memegang tombak dan perisainya, melesat ke arah mereka. Ekspresinya tampak tajam namun tetap tenang, tanpa ada kepanikan sedikit pun.
Xue Ying menangkis semua puing-puing bebatuan yang mengarah ke arah mereka.
Saat ini, Jing Qiu merasa bahwa tubuh Xue Ying diselimuti oleh cahaya, sama seperti para pahlawan legendaris.
Hati gadis penyihir itu bergetar saat ia melihat Xue Ying menendang Bai Rong dengan satu kaki dan langsung mendekap Jing Qiu untuk melindunginya. Meskipun ada beberapa lapis baju es di antara mereka, namun Jing Qiu merasa lebih tenang, seperti seorang anak dalam pelukan ayahnya.
Xue Ying tidak memedulikan yang lainnya. Ia memastikan bahwa perisainya melindungi tubuh mereka dari belakang.
Rumble rumble ...
Bebatuan terbang dari berbagai arah. Ledakan kali ini membuat seluruh aula itu hancur. Atap dan dinding bebatuan itu roboh. Puing-puing bangunan, baik besar maupun kecil, menghujani mereka. "Tidak!" Jeritan yang melengking terdengar dari Bai Rong. Ia berusaha untuk melindungi dirinya sendiri dengan sebuah perisai, namun perisai tersebut tidak mampu menahan bebatuan yang mengarah ke arahnya, sehingga pelindung Dou Qi-nya hancur. Tubuh lemahnya tidak bisa menahan dampak ledakan itu. Saat ini, tubuhnya dipenuhi oleh banyak luka. Setelah beberapa kali kepalanya terkena lemparan puing-puing bangunan, kesadarannya mulai menghilang, dan akhirnya ia tewas.
Sulit untuk bisa melindungi seseorang saat harus berhadapan dengan ledakan seperti itu. Mungkin hanya tingkat Legend saja yang bisa selamat.
Xue Ying berjongkok dan mengeratkan pelukan di tubuh gadis penyihir itu. Tangan kirinya menekan tanah kuat-kuat dan mengayunkan perisai untuk melindungi mereka.
Bang bang bang!
Bebatuan itu masih terus berjatuhan, sehingga dinding es itu hancur dan tidak bisa menahan efek ledakan itu lagi. Beberapa bebatuan itu mengenai perisainya dan kaki Xue Ying.
Tangan kiri Xue Ying mencengkram tanah di bawahnya. Ia mencoba menstabilkan tubuh mereka saat perisai di tangan kanannya menangkis bebatuan itu.
Jing Qiu tidak terluka di bawah perlindungan Xue Ying. Kepalanya menunduk, sehingga ia hanya bisa melihat telapak tangan Xue Ying yang mencengkeram tanah di bawahnya.
Melihat tangannya yang kuat itu membuat Jing Qiu tenang.
"Berhati-hatilah!" Terdengar suara peringatan.
Rumble rumble ...
Tiba-tiba seluruh aula itu hancur, dan bebatuan besar jatuh dari atas.
Xue Ying langsung mendekap tubuh Jing Qiu. Pada saat yang bersamaan, ia meletakkan perisai itu di atas mereka. Seluruh aula runtuh, hingga terdengar suara gemuruh. Begitu banyak bebatuan yang berjatuhan. Seketika itu, Xue Ying dan Jing Qiu tertutup lapisan tebal bebatuan.
….
Ledakan itu mulai berhenti.
Perisai masih di atas kepala mereka. Kegelapan menyelimuti Xue Ying dan Jing Qiu yang berlindung di bawahnya. Setelah ledakan itu berhenti, area di sekitar mereka menjadi sangat gelap.
Xue Ying mengerutkan dahinya. Kaki kanannya remuk, namun berkat kekuatan tubuhnya, luka itu terasa tidak lebih dari sekedar goresan.
"Kau baik-baik saja?" tanya Jing Qiu cemas. Ia mendengar Xue Ying merintih.
"Aku baik-baik saja." Suara Xue Ying masih terdengar tenang meskipun lengan kanannya menegang karena menahan beban di atasnya. Berat puing-puing bangunan itu sekitar 15.000-20.000 kilogram. "Tunggu sebentar. Aku akan menghancurkan batuan ini dari bawah, jadi kita bisa keluar."