Tangan He Jichen perlahan mulai gemetar saat ia berusaha untuk tetap menggenggam gelas di tangannya.
Ji Yi berpikir bahwa Lin Ya mungkin ada keperluan lain kemarin malam, jadi gadis itu tidak menginap di rumah He Jichen, tapi bagaimana jika ia kembali nanti... Ji Yi sungguh-sungguh ingin meninggalkan tempat itu secepat mungkin. Karena He Jichen sepertinya tidak akan mengambil uang itu dari tangannya, Ji Yi meletakkannya di atas ranjang, lalu berpamitan dengan sopan pada He Jichen, "Sebaiknya aku pergi sekarang, untuk menghindari kesalahpahaman dan masalah yang tidak diinginkan seandainya Lin Ya kembali nanti..."
Ji Yi belum sempat menyelesaikan kalimatnya ketika He Jichen tiba-tiba membanting gelas di tangannya ke lantai.
Suara bantingan dan pecahnya gelas sangat mengejutkan Ji Yi, gadis itu mendekap mulutnya. Ia hendak mundur untuk menjauhkan diri dari He Jichen, tetapi ia kalah cepat. He Jichen mendadak mengambil satu langkah besar ke arahnya. Pemuda itu menyambar kerah bajunya dan menariknya mendekat.
Ia begitu murka hingga tubuhnya bergetar dan memancarkan aura mencekam seolah malapetaka besar akan terjadi. Ketegangan yang ditimbulkan begitu menyesakkan dan membuat Ji Yi bergidik ngeri.
Pemuda itu menatap Ji Yi dengan sepasang matanya yang dingin menusuk bagaikan sepasang mata pisau yang kasat mata yang siap mencabik-cabiknya.
He Jichen terengah-engah menahan amarahnya. Setelah beberapa saat, ia mengeratkan giginya seraya memberi penekanan pada setiap kata yang diucapkannya, "Biar kukatakan padamu, tidak ada..."
Hampir saja He Jichen mengungkapkan kebenaran hubungannya dengan Lin Ya. Namun, dia mendadak berhenti bicara dan mengatupkan bibirnya rapat-rapat. Ia tak dapat melanjutkan kalimatnya dengan "...apapun di antara Aku dan Lin Ya."
Dia membuka mulut dan menutupnya kembali beberapa kali, tapi tetap tak menemukan penjelasan lain yang lebih baik.
Ini bukan kali pertama dia menyimpulkan bahwa aku dan Lin Ya berpacaran. Dia justru mengira semua yang kulakukan untuknya adalah permintaan maafku atas nama Lin Ya?! Apa yang dia bilang? Lin Ya kembali ke sini? Atas hak apa dia berani menganggap bahwa Lin Ya tinggal di rumah ini... Semakin He Jichen berpikir tentang hal itu, semakin ia dilanda emosi. Bagian bawah matanya memerah ketika ia mencengkeram kerah baju Ji Yi dengan tangannya yang gemetar tak terkendali. Ia menelan ludah dengan susah payah, namun seperti biasa- tak mengatakan sepatah katapun. Akhirnya He Jichen melepas cengkeramannya dan menghempaskan tubuh Ji Yi ke lantai dengan penuh kemarahan.
Tubuh Ji Yi terhempas ke lantai bagaikan daun yang dihantam badai, terlalu lemah untuk melawan.
Kepalanya membentur kursi kayu dengan suara keras.
Zhang Sao, yang masih berdiri di depan pintu, memekik terkejut melihat hal itu dan segera berlari ke arah Ji Yi. "Tuan He, Nona!"
Tapi belum sampai dua langkah Zhang Sao mendekat, He Jichen tiba-tiba berteriak, "Biarkan saja Dia! Bukankah Dia ingin pergi? Biarkan Dia pergi!"
Zhang Sao tidak berani melangkah lebih jauh dan akhirnya berdiri mematung. Wanita itu hanya bisa menatap Ji Yi dengan wajah penuh kekhawatiran.
Setelah beberapa detik, Ji Yi dapat mengatasi rasa sakit di kepalanya, lalu tanpa bersuara ia berusaha berdiri. Tanpa mengatakan apapun atau pun melirik ke arah He Jichen, gadis itu bergegas ke luar dari kamar tidur.
Ketika Ji Yi melewatinya, He Jichen tiba-tiba meraih pergelangan tangannya. Dengan penekanan pada setiap ucapan katanya, ia mengancam, "Kuperingatkan kau, jangan pernah berbicara padaku lagi!"